"Ayah!"
"Ayah!"
"Ayah!"
Tangisan seorang bocah kecil kira kira 6 tahun, ia melihat dua orang laki laki yang tiba tiba masuk ke dalam rumahnya, dua laki laki tanpa perasaan telah mengakar ayahnya dengan sadis sekali. Tapi sebelum sang ayah terkena pukulan gadis kecil itu disuruh bersembunyi di bawah kolong ranjang. Sang ayah mencoba membela diri dari serangan yang menghantam dirinya beberapa kali, tapi tetap kalah dan tidak berdaya sama sekali.
Tubuh ayahnya diseret keluar rumah, bocah itu langsung mengikutinya sambil berlarian kecil saat melihat tubuh ayahnya dibantai oleh orang laki laki yang tubuhnya tegap, hitam, gondrong mukanya sangat seram sekali.
Tapi gadis kecil itu tidak bisa.mendekati tubuh ayahnya, kerena ia melihat tangan ayahnya menyentuh bibir supaya ia diam jangan berteriak. Tapi terlambat laki laki yang menarik kaki sang ayah melirik laki laki yang lain.
"Tadi aku dengan suara anak kecil cari dia!" perintahnya sambil memandang wajah laki laki yang lain. Laki laki itu langsung mengangguk, mencari suara anak kecil yang berteriak, tapi saat laki laki dewasa itu mencari, gadis kecil dengan cerdasnya langsung bersembunyi di semak semak.
Di sebuah pohon nangka dekat pohon beringin muda, tubuh sang ayah langsung di banting, tubuhnya langsung menghantam pohon beringin muda, tapi sang ayah tidak meninggal. Sang ayah hanya pingsan, dengan tatapan mata sang gadis kecil meringis kesakitan ketika melihat ayahnya dengan ganas diguyur oleh air.
Dua laki laki tanpa topeng itu dengan teganya menyiksa sang ayah dihadapan gadis itu! Wajah itu terlihat jelas oleh gadis kecil. Tanpa mereka ketahui sama sekali. Tubuh sang ayah langsung di iris sampai sang ayah berteriak dengan histerisnya kerena kesakitan, saat mata pisau dengan lincahnya menyayat daging yang hidup sampai darah berceceran mengenai tubuh dsn badannya..
Tapi ekor matanya bisa melihst putrinya sedang bersembunyi di balik semak semak. Sebenarnya kaget sekali kerena melihat anaknya yang akan melihat apa yang ia alami, kalau bisa ia hanya ingin menutup celah supaya anaknya tidak melihat tapi semuanya terlambat. Ia pasrah apa yang dilakukan dua orang itu.
"Kang aku mohon beri aku waktu untuk membayar semuanya. Lusa bisa aku bayar kan kang!" sang ayah memohon pada dua laki laki yang ada dihadapannya.
Terlambat dua laki laki itu langsung menancapkan pisau dileher laki laki yang dipanggil oleh bocah kecil itu ayah. Anak kecil itu yang melihatnya hanya bisa menangis histeris. Ya bocah itu meraung saat ia melihat tubuh ayahnya merenggang nyawa dihadapannya. Kerena tangisannya bocah itu kedua laki laki lanhsung melihat kearah semak dsn belukar kedua mata mereka berada satu sama lainnya. Tanpa menunggu waktu bocah itu kabur dengan mengunakan kaki kecilnya untuk melarikan diri.
Tapi saat bocah kecil itu berlari tiba tiba sebuah mobil menabraknya, sang pemilik mobil langsung menolongnya. Mereka membawa gadis kecil itu ke rumahnya.
"Nggak Anin mau pulang! Anin ingin ketemu ayah!" Isak bocah itu dengan histerisnya.
Ia tidak mau di gendong dsn dipangku, bocah itu ingin melihat ayahnya.
"Sayang ini ayah, ini mama," ujar wanita itu sambil tersenyum.
"Nggak kalian bukan orang tua Anin, Anin juga punya ade!" teriak bocah itu.
"Sayang! Kamu bukan Anin, nama kamu xxxx" kata wanita itu.
"xxxx?" tanya bocah itu heran.
Ia berpikir sejak kapan namanya xxxx? Ia masih ingat kalau ibunya memanggil Anin sebagai kakak dari ade nya Ana. Tapi gadis kecil itu hanya diam dsn sekali kali mengelengkan kepalanya kerena tidak mungkin namanya xxxx?
Akhirnya bocah kecil itu menganti nama menjadi xxxx sedangkan bocah kecil itu masih mengingat kalau nama yang diberikan oleh orang tuanya adalah Anin, tapi ia lupa lagi nama belakangnya.
"Ya aku sering mimpi ayah, ayah berkata kamu anak ayah dan bisa mengungkapkan apa yang pernah ia lihat," ujar gadis itu pada temannya.
"Ya biarpun aku hanya mengingat sedikit dari peristiwa itu! Mungkin kalau ada waktu aku ingin singgah di tempat itu untuk menemukan bukti bukti yang kuat, supaya aku bisa membuktikan nya," lanjut nya bersemangat.
Temannya hanya menghela nafas panjang mendengarkan apa yang dibicarakan oleh gadis yang dihadapannya. Temannya menepuk bahunya dengan sekali.
"Kalau boleh izinkan aku ikut dengan mu, aku hanya ingin menemani," izin temannya itu..
"Aku juga ingin kok kalau kamu bisa menemani aku, tapi aku nggak mau kalau papa dsn mama tahu ini semuanya, kerja aku nyakin mereka nggak akan memberikan izin buatku pergi," kata gadis itu.
"Aku janji, tapi bagaimana kamu perginya, kamu kan nggak bakal sudah pergi kali tidak ada yang mengantarkannya?" tanya temannya lagi.
Ya temannya gadis itu tahu kalau gadis itu tidak mungkin mendapatkan izin dari kedua orang tua angkat, kecuali kalau gadis itu membawa supir pribadi keluarganya. Tapi temannya penasaran bagaiman gadis itu bakal keluar dari rumah itu dengan siapa keluarnya? Pertanyaan demi pertanyaan di didalam benaknya bermunculan begitu saja.
"Udah jangan dipikirkan, aku yang berpikir. Aku hanya ingin bertemu Ade dsn ibu saja setelah itu sudah, aku nggak peduli lagi sama orang orang sana. Aku akan membuat ibu bahagia." ujar gadis itu menatap tanya dengan tajam.
🦋
"Rencana kamu bagaiamana sekarang?" tanya Rey pada Zahra..
"Entahlah!"
"Aku hanya penasaran sama laki laki yang disebut uwa sama Ana itu!" ujar Zahra.
"Maksudnya?"
"Ceritanya masih simpang siur antara dirinya yang mengantarkan Ana dan ibunya ke klinik dsn kejadian Anin." kata Zahra merenungkan.
"Berapa sih jarak antara klinik dan TKP tempat pak Hamdi dibunuh, masa pak Iyan tidak bisa.mwnyusul dan menemukan Anin sih!" lanjut Zahara mendengus.
"Kamu curiga sama pak Iyan?" tanya Rey menatap wajah Zahra.
Zahra mengangguk kepalanya," alasan aku curiga sih! Kenapa ia mengatakan kalau ia mengantarkan Ana dan ibunya, sedangkan klinik.itu dekat dengan rumah pak Hamdi hanya beberapa rumah saja? Terus dalam peristiwa itu katanya pak Iyan langsung mencari pak Hamdi dan putrinya?" ujar Zahra merenungkan kata kata pak Iyan kemarin sore.
"Mungkin yang dikatakan oleh pak Iyan benar, hanya kitanya saja yang nggak jelas mendengarkan ceritanya." bela Rey..
Sebenarnya Rey juga sama seperti Zahra, tapi ia masih punya sisi positifnya dalam berpikir tentang apa yang diomongkan oleh pak Iyan kemarin, Zahra menatap Rey dengan tajamnya.
"Kamu nggak curiga?"
"Entahlah! Ya semuanya mengatakan hanya Anin yang tahu semuanya." Dengus Rey.
Zahra tidak langsung menjawab saat Rey menyebut nama Anin. Ya Zahra tidak bisa mengatakan apa apa kalau Rey sudah menyebut salah satu nama itu. Anin. Hanya Anin lah yang tahu. Ia tidak bisa membantah apapun juga saat itu juga, hanya bisa.mwbgehela nafas kesal saja. Rey yang melihat itu hanya tersenyum saja.
"Udah jangan bahas Anin lagi," Dengus Zahra kesal.
Rey hanya tertawa saja mendengar dengus Zahra seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
kak, revisi lagi dong banyak salahnya cara penulisannya. tetap semangat ya kak, 😂🙏
2023-04-18
0