"Na, kenapa ya kedatangan Zahra membuat ibu adem banget. Ya biarpun ibu melarang dirinya kost di rumah ini, tapi kedatanganya seperti menghapus bayang bayang kakakmu Anin." kata ibu Ayu ketika menghampiri putrinya Ana.
"Syukurlah, Bu. jangan mengingat kak Anin lagi ya. Mungkin kak Anin sudah meninggal dunia, biarkan ia tenang bersama ayah di surgaNya." ujar Ana tersenyum.
"Bu, kalau memang kak Anin masih hidup aku nyakin kakak nggak akan lupa sama kita. Kak Anin mungkin lagi mencari pembunuh ayah," lanjut Ana melanjutkan kata katanya..
Ia sangat bahagia mendengar ibunya mengatakan itu, ya sebenarnya ia ingin sekali kalau ibu melupakan Anin, bukan melupakan secara keseluruhan tapi Ana nyakin Anin juga kaku tidak meninggal bakal datang ke rumah ini, dan apanyang ia katakan pada ibunya kemungkinan benar sekali kalau Anin sedang mempersiapkan sesuatu kejutan supaya Anin datang ke rumah dengan membawa kabar sang pembunuh ayah dipenjara.
Mendengarkan kata kata Ana, ibu Ayu tersenyum puas. Ya kata kata Ana adalah kalau Anin dapat memenjarakan penjahat itu dengan mencari bukti yang kuat. Ibu Ayu mengangguk angguk menyetujui apanyang dikatakan Ana itu benar, keren ada satu tugas yang Anin lakukan untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.
"Semoga saja apanyang kamu omongkan itu terbukti ya Na."
"Terbukti dong! Itu harus!" teriak Ana riang.
Ya mungkin kalau dirinya jadi Anin ia bakal melakukan apa yang ia lihat. Tapi peristiwa itu hanya kakaknya yang melihat sedangkan kata ibunya ia sedang sakit. Tapi ia juga lupa sama sosok kakaknya yang kini telah hilang seperti ditelan bumi.
"Terbukti apa ya nih!" ujar Zahra yang tiba tiba nimbrung.
"Eh! Kakak, kami sedang membicarakan kak Anin!" kata Ana.
"Kok membicarakan Anin? Bicarakan kakak dong!" goda Zahra sambil duduk dekat ibu Ayu.
Ibu Ayu hanya tertawa mendengar godaan Zahra pada Ana, tiba tiba hatinya berdesir sangat kuat sekali melihat Ana merajuk dihadapan Zahra.
"Ya Tuhan kalau saja Anin berada diantara kami, mungkin ia sekarang sebesar Zahra.' Hela nafas Ibu Ayu agak sendu.
"Apa sih yang kalian bicarakan tentang Anin, boleh tahu?" tanya Zahra tersenyum.
"Aku bilang sama ibu kalau kak Anin masih hidup pasti ia bakal kembali ke sini, dsn kak Anin juga akan mencari pembunuh ayah dan memenjarakannya, tapi kerena tugas kak Anin belum selesai kak Anin belum bisa datang kesini," kata Ana mengulang kata katanya..
Deg!
Hati Zahra bergetar hebat mendengar kata kata Ana yang tadi diucapkan oleh gadis itu. Gadis yang begitu dewasa d ia bandingkan umurnya yang masih 19 tahun. Zahra merasakan perih mendengar apa yang Ana katakan, sebuah kata dsn motivasi buat seorang Anin. Ia nyakin kalau saja Anin mendengarkan kata kata adiknya kemungkian Anin bakal terharu atas kepercayaan adiknya pada kakaknya yang begitu besar sekali.
"Kaka hanya berdoa semoga kalian bisa bersama lagi!" senyum Zahra.
Hatinya teriris saat ia. mengucapkan itu, ia tidak bisa mengatakan apa apa Ana untuk sekarang. Mungkin suatu waktu ia bakal mengatakan apa yang pernah terjadi, tapi kapan waktunya ia tidak tahu kerena apa yang ia lakukan bukan hanya main main saja.
"Mungkin kalau Anin balik, kakak juga nggak bisa datang lagi ke rumah ini." ujar Zahra perih.
"Kenapa? Kenapa kakak nggak datang lagi, kakak bisa kenalan dengan kak Anin?" tanya Ana menatap wajah Zahra heran.
Zahra hshyanterdenyum.mendengsrksn apa yang Ana bicarakan. Zahra tidak perlu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ana. Kerena percuma ia jawab juga kerana gadis itu todsk.akan pernah mengerti.
"Kenapa kakak diam saja?" tanya Ana menatap wajah Zahra.
Zahra hanya mengelengkan kepalanya.
"Aku nggak ingin merusak kebahagiaan kalian dengan kedatangan Anin, aku nggak bisa berkumpul kembali dengan kalian, siapa aku?" suara Zahra sendu.
"Kak, aku nyakin kalau kak Anin bisa menerima kedatangan kakak. Kerena kakak baik sekali," kata Ana.
Ibu Ayu hanya mendengarkan apa yang di bicarakan dua gadis di hadapannya, ia tidak ikut campur dalam pembicaraan mereka. Ibu Ayu membenarkan apa yang dikatakan oleh Zahra, ya mungkin kedatangan Anin bisa membuat Zahra pergi ke rumahnya berkumpul dengan keluarganya. Ibu Ayu hanya menatap perih kalau memikirkan kalau Zahra benar benar pergi kembali di desa ini.
Apalagi dalam hatinya ia masih mengharapkan Zahra datang ke rumah ini ya biarpun gadis itu tidak kost di rumahnya. Tapi biarpun begitu Zahra selalu datang seperti sore itu ke rumahnya, ya datang dengan membawa kebahagiaan.
Ditatap wajah Zahra dengan lekat. Ada sesuatu yang tumbuh dihatinya, sesuatu yang begitu hangat dan nyaman sekali. Aneh perasaan itu hadir begitu saja tidak seperti ia menatap wajah Ana, sedangkan Ana adalah putrinya sedangkan Zahra?
Ibu Ayu menatap dua wajah gadis yang ada dihadapan nya, dua wajah yang sangat ia sayangi. Ya secara diam ia menyanyangi Zahra secara diam saja.
Senja mulai turun. Zahra yang tengah asyik bercanda dengan Ana pamit kerena malam akan tiba, ibu Ayu seperti tidak ingin melepaskan Zahra untuk pergi, tapi ia hanya menyembunyikan saja perasaan itu.
"Kak, besok main lagi ya." kata Ana menatap wajah Zahra..
Zahra hanya mengangguk saja. Sedangkan ibu Ayu hanya tersenyum dan melambaikan tangan saja ke Zahra.
"Ibu seperti melihat Anin di dirinya Zahra," gumam Ibu ayu pada Ana.
Bukan hanya sekali dua kali Ana mendengarkan ibunya mengatakan itu. Tapi sering sekali, Ana hanya diam saja ia tidak bisa.komentar apa apa pada ibunya untuk sekarang takut kesalahan lagi terjadi bisa bisa ada perang dunia kembali.
"Syukur lah Bu, Ana senang kalau ibu Seperi ini. Jangan mengingat lagi kak Anin ya, suatu waktu nanti juga kakak bakal balik kok!" hibur Ana sambil menepuk bahu ibunya..
Gadis itu langsung beranjak dari tempat duduk dsn meninggalkan ibunya yang masih duduk di kursi. Melihat putrinya masuk ke dalam rumah, wanita paruh bayi juga mengikuti anaknya kedalam rumah.
Disebuah rumah, seorang gadis menatap kosong ke depan. Pandangannya yang kosong itu penuh dengan kerinduan yang tidak akan pernah pudar pada sosok seorang wanita yang ia panggi ibu.
Ya gadis itu seperti kehilangan permata hatinya yang paling penting dalam hidupnya yaitu sosok ibu.
"Bu, aku kangen sama ibu. Aku lakukan ini demi ibu dsn ayah juga adik, aku nggak bisa seperti ini sembunyi di hadapanmu dan adik," rintih nya perih.
"Aku nggak berani mengatakan pada semua orang kalau aku ini anak mu, ibu,"Lirih gadis itu.
Di keheningan malam ia hanya bisa menangis, ia sangat kecewa pada peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupnya. Harus terpisah dengan wanita yang telah melahirkan nya, serta seorang adik yang cantik.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
yaelah kemarin nggak mau Zahra menempati kamar, sekarang ngomong kalau kedatangan Zahra bikin hati adem.
2023-04-18
1