"Nggak, nggak Anin nggak pernah meninggal! Ia bakal balik lagi ke dalam rumah ini, Anin bakal tahu siapa yang membunuh ayahnya!" Raung ibu ayu histeris.
Deg!
Hati Zahra berdetak sangat keras mendengar kata kata ibu Ayu kalau Anin bakal menemukan pembunuhnya. Ia teriris mendengar kata kata itu, kata kata yang seperti doa untuk anaknya dan wanita itu menginginkan sebuah keadilan yang harus dijunjung oleh keluarganya.
Secara diam diam Zahra mengusut cairan bening yang mengalir di pipinya yang siap tumpah. Ia tidak ingin kalau Ana dan ibu Ayu tahu kalau dirinya juga merasakan apa yang dirasakan oleh ibu Ayu pada anaknya.
"Saya janji ya nak Zahra, Anin bakal kembali membawa keadilan, membawa kebenaran!" isak tangis ibu ayu menatap wajah Zahra..
Tatapan penuh dengan antuasias memenuhi wajah dan hatinya. Zahra hampir menangis mendengar suara ibu Ayu yang benar benar serius kalau Anin putrinya akan kembali dan membawa kebenaran yang hakiki.
Ana berusaha meredakan raungan dan tangisan ibunya yang terduduk di lantai sampai memukul mukul lantai yang ia duduki. Sedangkan Zahra hanya diam saja, sejujurnya ia ingin sekali mengatakan sesuatu pada wanita itu tapi ditahannya perasaan dirinya dengan sekuat tenanga supaya pertahanan hatinya tidak jebol dan kalau sampai jebol.ia tidak bakal bisa melakukan apa apa, ia harus mencari bukti yang kuat tentang semua yang ia cari.
Sebenarnya ia memilih rumah ibu Ayu juga ada maksud lain dari kedatangan ke rumah itu, tapi mendengar kata kata ibu Ayu, Zahra sebenarnya ingin memeluk tubuh wanita itu tapi perasaan ia berusaha untuk kuat. Ya ia tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, kalau semua bukti belum ia dapatkan. Buat apa ia ke desa ini?
Zahra hanya bisa menelan air liurnya. Melihat wanita setengah baya masih memangil manggil nama Anin, nama yang selalu ia pegang teguh. Secara berlahan Zahra mendekati ibu Ayu dan menyentuh tanganya dengan lembut.
"Bu, saya nyakin apa ibu omongkan, akan terjadi. Kerena itu bagian doa yang ibu panjatkan pada Tuhan, tuhan sayang ibu dan menguji ibu untuk tetap tegar. Tuhan juga menguji Anin menjadi gadis yang kuat," kata Zahra tersenyum.
Ibu Ayu yang mendengar kan kata kata Zahra langsung terdiam dan menatap wajah gadis yang ada dihadapannya.
"Kamu kamu percaya sama saya?" tanya ibu Ayu berbinar."
Zahra mengangguk tegas. Melihat anggukan Zahra, wanita itu hampir saja memeluk Zahra gadis yang baru dua hari berada di desa itu, tapi ibu Ayu tidak memeluk Zahra ia hanya memegang tangan Zahra .
Zahra hanya diam saja melihat kelakuan dari ibu ayu yang demikian, sebenarnya hatinya berdesir sangat kuat ketika tangannya di genggam dengan erat oleh wanita itu, ingin rasanya gadis itu memeluk tubuh wanita itu tapi ia berusaha menahan gejolak jiwanya yang hampir luluh lantah.
"Ya saya sangat percaya pada ibu, apa yang ibu katakan akan benar benar terjadi." senyum Zahra lembut.
"Kak, jangan kasih harapan palsu pada ibu aku mohon?" ujar Ana menatap wajah Zahra.
"Ana, percayalah pada ibumu, kerena apa yang dikatakan ibumu itu benar kok kalau kakak kamu masih hidup." ujar Zahra tersenyum.
Ia berusaha untuk memberikan ketegaran pada wanita itu, ya seperti dirinya yang akan tetap tegar walau semuanya pasti bakal terjadi dalam hidupnya.
"Kenapa kakak bilang begitu, apa kakak kenal sama kak Anin?" tanya Ana heran.
Aku sama sekali tidak mengenal kakak kamu tapi apa yang diucapkan oleh ibumu suatu waktu akan terbukti. Kata kata ibu mu kramat bagi anaknya." Hela Zahra.
Mendengar kata kata Zahra yang begitu halus dan lembut membuat hati ibu Ayu adem sekali, ia menatap wajah Zahra yang putih dan cantik. Ia sama sekali tidak menduga kalau ada orang asing begitu percaya pada dirinya, sampai Zahra yang ada di hadapannya berusaha menjelaskan pada Ana tentang apa yang diucapkan oleh ibu Ayu kalau Anin bakal datang dengan sendirinya.
Ya biarpun Zahra gagal meluluhkan hati ibu Ayu tapi ia secara inten mendatangi keluarga ibu Ayu, ia sering mengobrol tentang Anin dan tentang kehidupan yang dijalani tanpa anak pertamanya. Zahra hanya mendengarkan saja cerita yang bagaikan punzle punzle itu, tapi ia berusaha menyambungkan punzle punzle itu untuk dijadikan satu cerita yang bisa dirangkai oleh dirinya sendiri.
Apalagi ia juga mempunyai punzle punzle sendiri, jadi tiap punzle itu akan disambungkan oleh dirinya dengan cerita yang pernah ia alami. Ya dengan punzle punzle itu ia harus mencari tahu sebuah kematian yang menjadi misteri kasus pembunuhan yang terjadi, ya biarpun ia seorang pustakawan tapi ia perlu mencari sebuah kebenaran yang harus ia tegakkan.
"Ibu nyakin nak Zahra kalau Anin masih ada, tapi ibu nggak tahu keberadaannya." cerita Ibu Ayu menatap senja yang mulai redup.
Ya sore itu ia berkunjung ke rumah ibu Ayu, saat Ana tidkamada di rumah, Zahra memang sengaja mendatangi ibu Ayu hanya ingin mendengarkan sedikit cerita tentang Anin ya biarpun tidak sepenuhnya diceritakan tapi itu sudah menjadi acuan untuk Zahra sendiri.
Sore itu ia pulang menuju rumah kepala desa kerena ia masih belum menempati rumah ibu Ayu, pak Arya juga heran sekali kerena Zahra seperti nya ingin sekali menempati salah satu kamar ibu Ayu, sedangkan Zahra tahu kalau ibu Ayu beberapa kali menolak dirinya, alasan yang tidak masuk akal yaitu menunggu kedatangan putri pertamanya. Sampai sekarang Anin belum pernah datang ke desa itu.
"Anin memang ada sih! itu waktu saya kecil, mungkin kalau Anin masih hidup mungkin sebaya dengan nak Zahra," kata pak Arya saat Zahra menanyakan tentang Anin.
"Apa benar pak kalau Anin itu meninggal?" tanya Zahra.
"Entah! Kalau meninggal dimana jasad bocah itu? Kalau masih hidup dimana keberadaannya?" gumam pak Arya seperti pada diri sendiri.
Zahra hanya bisa terdiam. Khabar seorang bocah 6 tahun simpang siur dalam benaknya, ia sama sekali tidak bisa mencari bukti apapun. Ia menghela nafas panjang, titik temu kematian Anin masih jadi misteri sampai sekarang juga, kalau kematian Anin bocah 6 tahun masih rahasia apalagi kematian pak Hamdi ayah Anin.
"Ya mungkin satu satunya saksi adalah Anin, maaf nak Zahra kenapa nak Zahra seperti ingin sekali tahu masalah ini?" tanya pak kepala menatap wajah Zahra.
Zahra gelagapan mendengar apa yang keluar dari mulut pak Arya, ia tidak menyangka kalau pak Arya akan menanyakan hal seperti itu pada dirinya, pak Arya masih menatap heran pada Zahra.
"Nggak apa apa kok pak, saya hanya kasihan sama ibu Ayu, kata Ana ibunya selalu mimpi kedatangan Anin." alasan Zahra.
Pak Arya hanya mengangguk angguk kan kepala mendengar alasan Zahra, ya bukan hanya Ana saja yang bicara seperti itu tapi semua warga sering mendengar kalau ibu Ayu mengatakan kalau Anin bakal datang dsn kembali ke desa ini.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
lah ini kenapa.lagi nih! ibu Ayu meraung manggil manggil Anin. Tenang Bu Anin bakal pulang🤭🤭
2023-04-18
0