"Nggak kamu nggak bisa balas dendam kamu sudah mampus! kamu sudah mampus!" teriak Darman histeris.
"Aku bakal cincang kamu kalau sampai ketemu dengan kamu, bangsat anak nggak tahu untung! Kamu sudah mampus,ha ha ha haha,"
Darman seperti orang gila saja. Ia berlarian kesan kemari sambil mulutnya berbicara tidak karuan. Warga xxxx seketika juga heboh melihat Darman seperti kerasukan arwah. Bagi orang orang dulu mungkin teriakan Darman bisa diartikan sebagai sesuatu yang pernah terjadi, tapi bagi Ana kata kata Darman membuat pusing tujuh keliling, ia sama sekali tidak bisa mencerna apa yang diucapkan oleh uwa nya.
Bukan hanya Ana yang melihat kejadian itu tapi Zahra juga melihat. Ada senyuman puas di bibir dan hati Zahra melihat Darman seperti itu, tapi juga kasihan juga. Tapi Zahara tidak peduli apa yang dilihat oleh mata dan kepalanya.
"Mungkin dia diteror oleh arwahnya Anin." celetuk ibu ibu yang ada disamping Zahra dan Ana.
Zahra melirik Ana, begitu juga dengan Ana. Kejadian itu memang baru kali ini terjadi pada Darman.
"Bunuh kamu, aku bunuh kamu! teriak Darman sambil membabi buta, segala barang yang ada di rumahnya dikeluarkan begitu saja. Nyai Entin menangis melihat suami Seperi itu.
"Kang sudah kang! malu, ceritakan apa yang terjadi!" raung Entin melihat suamianya seperti itu.
"Jangan mendekat! Kalau kau ingin hidup jangan mendekat!" teriak Darman memandang wajah wajah orang yang melihatnya.
Laki laki itu seperti kesurupan selalu memanggil nama Anin. Semua orang tegang kerena nama Anin tidak ada di kerumunan sedangkan Darman dengan beringasnya memandang orang orang disana seperti melihat sosok Anin yang berdiri.
Pak Arya selaku kepala desa xxxx datang menghampiri Darman yang sedang berkicau tidak karuan, kadang berlari, duduk, bersila dan menarik rambutnya dengan keras.
"Istigfar pak, Istigfar!" ujar pak Arya mendekati Darman.
"Istigfar istighfar ngapain Istigfar! kamu sebagai kepal desa tolol nggak bisa menangkap Anin. Cari Anin, cari dia sampai ketemu!' terikat Darman berdiri dan langsung menarik tangan pak Arya dengan keras supaya mencari Anin.
Pak Arya kebingungan harus mencari Anin kemana? Ia juga tidak tahu keberadaan Anin, dan kabar Anin juga sampai sekarang tidak tahu sudah mati atau belum?
Disaat warna heboh! Zahra hanya tersenyum.puas melihat Darman seperti itu, ia hanya menarik tangan Ana untuk menjauhi tempat itu.
"Aku nggak tega lihat uwa kaya gitu." celetuk Ana kasihan..
"Kamu kasihan pada pria yang telah membuat keluarga kamu seperti ini?" tanya Zahra menatap Ana.
"Iya, kalau saja kak Anin masih hidup kenapa dia nggak melawan uwa saja, kenapa Seperi ini!' teriak Ana pedih.
Sebenarnya yang diinginkan Ana, kalau memang Anin masih hidup seharusnya ia ceritakan apa yang terjadi jangan seperti ini. Memang kasus belum terungkap, tapi kalau seperti ini kan malah membuat semua orang penasaran saja.
Zahara hanya diam saja mendengar celotehan Ana.
"Mungkin ada maksud lain, Na kenapa Anin Seperi itu."
"Cara apa lagi kak? Kalau aku jadi kak Anin aku bakal melakukan apa yang aku.lakukan. Jangan membuat uwa seperti itu?" ungkap Ana kesal.
"Ana juga nggak suka lada kak Anin pengecut!" teriak Ana.
Zahra sebenarnya ingin sekali menjelaskan kenapa Anin seperti itu tapi ia hanya diam saja.
"Mungkin ada tugas yang belum diselesaikan."
"Kak, tugas apa lagi kak Anin? Kenapa sih kakak bela kak Anin? jangan jangan kakak temannya kak Anin." desak Ana menatap tajam wajah Zahra.
Zahra menghela nafas panjang mendengar apa yang keluar dari mulut Ana.
"Kakak bukan temannya Anin," kilah Zahra.
"Tapi kenapa kakak kalau bicara seperti itu? Seperti kakak seolah oleh tahu tentang kak Anin. Terus apa tugas kak Anin sekarang!" desak Ana kesal.
"Mungkin Anin mencari bukti kejahatan, mungkin saja ada dua atau tiga pembunuh yang membunuh ayahnya, jadi ia tidak ingin pembunuh ayahnya lolos begitu."
"Terus kenapa kak Anin menghilang, seharusnya sekarang dia tahu kan pembunuhnya?" tanya Ana..
"Tahu tapi ia nggak mau gegabah bertindak."
"Dengan membuat uwa Darmin Seperi itu? kalau kak Anin tahu uwa Darmin bersalah kenapa nggak cari jawaban dari uwa Darmin?"
"Na, kamus nggak bakal mengerti. Anin tahu semuanya."
Ibu Ayu yang mendengarkan kata kata Ana dan Zahra hanya diam saja. Ya Zahra dsn Ana kini berada di rumahnya ibu Ayu. Wanita itu mendengar tentang Darman tapi ia hanya diam dsn tidak ikut campur dsn banyak warga menyangkut pautkan Darman dengan kehilangan Anin dsn kematian Hamdi, tapi wanita itu hanya tersenyum saja mendengarkan apa yang di ceritakan warga.
Zahra yang tahu kalau ibu Ayu ada di sampingnya hanya tersipu, ia takut kalau apa yang dikatakan pada Ana menyingung kata kata wanita itu, tapi dilihat lagi kalau ibu Ayu hanya diam saja.
"Kakak sok tahu!" cemberut Ana.
Ibu Ayu menghampiri Ana dsn zahra..
"Kalian ributkan soal apa sih!"
"Itu soal pak Darman. Kenapa ya pak Darman seperti itu?" Tanya Zahra seperti bertanya pada diri sendiri.
"Karma itu pasti ada biarpun kita tidak melakukannya. Mungkin saja kesalahannya sudah mulai di perlihatkan sekarang." kata ibu Ayu menerawang.
Zahra terpekur, Ana diam seketika.
"Dulu ya dulu ibu juga begitu saat kehilangan Anin dsn ayah anak anak. Tapi nggak semua orang yang simpati, atas keadaan ibu." jelas ibu Ayu sedih kalau ingat semuanya.
"Ibu, apa ini tahu pak Darman itu sebenarnya membunuh atau nggak? Apa benar kaku pak Darman?"Zahra mengantungkan kata katanya.
"Entah lah, ibu juga tidak tahu apa apa masalah itu." hindar ibu Ayu.
Zahra hanya mengangguk ia tidak ingin meneruskan kata kata nya, seperti ibu ayu tidak ingin menceritakan lebih jauh lagi.
Zahra hanya menghela nafas panjang saja. Ia bisa saja mengorek keterangan dari ibunya Ana tapi Zahra tahu kalau ibunya Ana tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi, apalagi mengungkit kejadian yang telah lampau ya kerena pastinya akan membuat luka hatinya yang kembali sembuh bakal terbuka kembali.
Ketiganya sedang asyik ngobrol tanpa di duga dalam sekali oleh ketiganya tiba tiba seseorang menubruk tubuh ibu Ayu yang sedang duduk. Ketiganya terkejut melihat Entin yang tiba tiba datang dan menubruk kaki ibu Ayu dan merangkulnya.
"De, maafkan akang Darman de, maafkan akang Darman!" tangis Entin dengan histeris.
"Dek, ada apa?" tanya ibu Ayu terkejut.
Entin langsung mengeluarkan beberapa kertas yang ia temukan di bawah kasur. Ibu Ayu menerima kertas itu dsn matanya terbelalak kaget, tulisan tangan itu mirip dengan tulisan tangan Hamdi. Tapi di bawah tulisan tertulis dengan nama Anin, tangan wanita itu bergetar dengan hebatnya melihat nama itu nama anaknya.
"Nggak nggak mungkin." gumam wanita itu.
Aan langsung melihat isi dari kertas itu! Dsn nama yang tercantum di bawah nya..
"Kak Anin masih hidup? Apa mungkin?" tanya Ana shock.
Ana blank. ' jadi selama ini tentang Anin adalah benar' bisik Ana.
Sedangkan Zahra hanya termenung.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments