PLAK!
Sebuah tamparan langsung mengenai pipi mulus Zahra yang sedang asyik membaca buku di perpustakaan desa. Ya kebiasaan itu sudah mendarah daging sejak kecil ia suka sekali membaca, jadi pas ada waktu luang ia membaca buku. Seperti siang ini setelah membereskan beberapa buku di perpustakaan, ia langsung mengambil buku dan membaca nya.
Saat ia sedang asyik membaca buku tiba tiba sebuah tangan melayang dengan kerasnya menghantam pipinya yang mulus sekali. Ia kaget dan merintih kasakitan sekali saat wajahnya terasa panas oleh sebuah pukulan yang mendarat tepat di pipinya..
Ditatap wajah pria tua itu dengan tajam sekali, pandangannya begitu bersinar sekali. Zahra yang menatapnya juga begitu kaget sekali kerena pria dihadapannya mengingatkan pada seseorang yang telah menghilang yaitu orang yang dicintainya. Tapi perasaan itu ia kubur sedemikian rupa, kerena bagaimana pun ia menyadari kalau orang yang ada dihadapannya bukan lah orang yang biasa saja. Kalau ia salah bertingkah dihadapan bukan pukulan yang melayang tapi golok lah yang bisa memenggal kepalanya.
"Kamu bocah nggak tahu untung, ngapain kamu disini hanya kerjaan baca buku nggak ada guna!" teriak laki laki itu.
Tanganya sambil menunjung ke muka Zahra, sambil menatap wajah Zahra dengan garangnya. Suara seperti menggelegar bagaikan petir disiang yang panas. Dalam hati gadis.itu bersyukur sekali kerena sia.itu tidkamada anak anak yang membaca buku, ya kerena hari minggu. Kalau hari Minggu paling pagi sampai siang saja, siang ke sore kadang sedikit yang membaca nya
Laki laki itu dengan kasarnya menarik tangan Zahra, sedangkan Zahra waktu itu sedang duduk di kursi dsn buku diatas meja. Tubuh gadis itu ditarik nya, untuk keluar dari ruangan yang penuh dengan buku. Zahra yang belum sempat berpikir panjang hampir saja jatuh kerena kakinya terbentur ke kaki meja yang dipakainya, tanganya terasa sakit kerena laki laki itu menarik tangannya dengan kasar sekali. Tanpa menunggu lama, laki laki itu, dengan wajah merah padam seperti menahan marah dan emosi yang sangat kuat. Langsung mendorong tubuh Zahra, untung saja kepala gadis itu tidak terbentur kalau sampai terbentur bisa fatal.
"Aduh!" rintih Zahra saat tubuhnya seperti di dorong oleh laki laki itu dengan kasarnya..
Tubuh Zahra langsung jatuh menyentuh lantai yang ada di luar.
"Saya tidak ingin kamu berada disini! ngapain membuat pintar anak kalau tidak kaya raya!"
Zahra langsung berdiri lagi sambil menatap laki laki itu, tapi ia berusaha dengan tenang biarpun hatinya bergemuruh dengan kuat sekali.
"Maaf pak, bapak siapa ya kok bisanya marah marah seperti ini?" tanya Zahra.
"Oh! Kamu nggak tahu saya ini siapa? Saya adalah orang yang berpengaruh di desa ini!" congkak pria paruh baya dengan menepuk dadanya.
Zahra tidak gentar mendengar kata kata pria itu ia hanya bisa tersenyum simpul dsn mengangguk angguk kepalanya saja. Sebenarnya ia ingin sekali melawan tapi, ia berusaha untuk tidak memperdulikannya.
Ia masih ingat pada kata kata orang yang menyanyangi dirinya, kata kata yang tidak pernah ia lupakan sampai detik ini juga.
"Ayah! Protesnya waktu itu.
"Gadis ayah jangan komentar apa apa ya, kalau kamu ingin selamat jaga lisan kamu, biarkan ia melakukan apa yang ia inginkan jangan mengikuti jejaknya." nasehat orang itu pada dirinya dengan lembut.
Kalau saja ia tidak ingat mungkin sekarang ia bakal melawan kekerasan yang pria itu lakukan dihadapannya tapi ia berusaha untuk tenang dan tidak terpengaruh oleh pria yang ada dihadapannya.
"Maaf bapak siapa ya?" tanya Zahra sopan.
Melihat gadis yang ada dihadapan berlaku sopan pria itu bukannya malu pada diri sendiri tapi merasa dirinya tinggi. Sambil menepuk dadanya ia berteriak sambil mengacungkan tangannya ke atas.
"Dengarkan! semua orang disini tahu kalau saya ini orang yang hebat, orang yang diteliti tidak seperti kamu bocah kecil masih ingusan. Dengar baik baik nama saya Darman!"
Deg!
Hatinya Zahra berdetak dengan keras sekali saat ia mendengar nama Darman yang terucap oleh pria itu. Mendengar nama Darman hatinya terasa perih, terasa benci kerena pria itu lah yang telah membuat dirinya seperti sekarang. Kalau tidak ingat dengan tugas yang ia jalankan mungkin ia bakal melakukan sesuatu tapi ia masih bisa menahannya hati dan perasan yang semakin kalut saja.
Belum sempat ia berkata tiba tiba Ana datang dsn menghampiri Zahra dengan pria itu.
"Uwa Darman, ua ngapain disini?" tanya Ana.keget melihat uwa nya berada di perpustakaan.
Sebenarnya Ana sudah curiga kalau uwa nya telah melakukan apa apa di perpustakaan yang di kelola oleh Zahra. Ana menatap wajah Zahra dengan tajamnya seperti mennayakan tentang keadaan diri Zahra tapi gadis itu hanya mengelangkan kepala saja melihat tatapan Ana..
Ana Yeng melihat gelengan kepala Zahra bernafas lega sekali. Ana langsung mengajak uwa Darman rumahnya. Sedangkan Zahra menghela nafas panjang ia sama sekali tudks menduga kalau pagi ini bakal bertemu dengan pria itu.
Pria yang sering dijadikan buah bibir oleh warga sekitarnya, Zahra bukannya tidak tahu ia juga tahu tapi hanya tahu namanya saja, orang nya baru sekarang tahu. Sorot matanya tajam bagaikan elang membuat dirinya tidak berkutik sama sekali.
"Maaf ya itu uwa Darman yang kemarin aku ceritakan." kata Ana yang telah tiba setelah mengantarkan uwa nya.
"Na, boleh kakak tanya sesuatu sama kamu?" tanya Zahra.
"Apa itu kak?"
"Apa sifat watak ayah kamu seperti itu juga?"
"Aku nggak tahu kak, watak ayah kerena ayah meninggal aku masih kecil tidak tahu apa apa, memangnya kenapa?" Ana menatap Zahra ingin tahu.
"Nggak apa apa kok! Aku kira kamu tahu sesuatu?"
"Sesuatu maksudnya?"
"Ana." panggil Zahra tersenyum.
Ana hanya tersipu malu.
Siang itu udaranya memang sejuk kerena banyak pohon yang rindang tumbuh dengan subur di desa itu. Desa yang Zahra tempati membuat ia betah seperti menempati desa sendiri saja. Apalagi saat pagi hari ia sering mendengar suara burung bernyanyi dengan riangnya, ya pemandangan itu tidak akan berlaku pada kota metropolitan seperti Jakarta.
Pagi yang indah hanya terdengar klakson mobil dan kendaraan lainnya. Hawanya juga panas sekali, nggak pernah ada suara burung burung kecil yang bernyanyi kerena di kota banyak sekali bangunan tinggi, asap membumbung tinggi, polusi udara dimana mana.
"Uwa Darman menurut cerita adalah orang yang tahu peristiwa Dimana ayah sekarat hanya ia bersaksi palsu," kata Ana lirih.
"Maksudnya uwa kamu tahu yang sebenarnya?" tanya Zahra heran.
"Aku juga nggak tahu persis, tapi menurut kabar burung kalau uwa Darman memang tahu siapa pembunuh ayah, tapi aku juga tidak tahu atau bisa saja.." kata Ana.
"Bisa saja apa?" tanya Zahra memotong pertanyaan Ana dengan herannya.
Ana mengelengkan kepala nya saat Zahra memotong kata katanya. Sebenarnya ia takut salah bicara di hadapan Zahra, kerena.ia juga tjdka ada bukti yang mengambarkan kebenaran terhadap ayahnya. Melihat Ana diam Zahra menepuk tangan Ana dengan berlahan.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
semangat ya kak, ayo rajin up lagi kak biar bisa kejar kata.
2023-04-24
1
TK
bunga untuk semangat ✍️
2023-03-21
1