Darman langsung meninggalkan tempat itu! Hatinya bergetar saat mendengar suara lirih mbok inem memanggil nama Anin lada gadis itu! Gadis yang bernama Zahra, ia takut apa yang bicarakan sama orang orang terbukti.
Ya banyak orang cerita kalau Anin masih hidup dsn mencari siapa dalang pembunuh ayahnya. Otomatis Darman bergemetar sekali kalau mendengar kata kata orang yang ia temui. Kalau misal itu sampai terjadi, ia tidak bakal lama hidup di dunia ini ya ia masih ingat banyak mengatakan itu lada dirinya.
Segaja atau tidak sengaja orang orang itu seperti tahu kalau ia adalah dalang semuanya. Darman yang merinding langsung meninggalkan tempat itu, sedangkan Zahra menatap kepergiannya tanpa bicara apa pun juga.
Zahra langsung membawa mbok Inem ke rumahnya yang tidak jauh dari perpustakaan. Zahra merasa kasihan sekali pada wanita tua itu, kerena membela dirinya, mbok inem mah jadi sasaran kekerasan dari Darman..
"Kamu jahat kamu jahat! teriak wanita itu histeris.
mbok inem langsung menangis kerena perilaku Darman pada dirinya tidak berubah sama sekali membuat hatinya sakit dan iangin sekali membalas apa yang dilakukan oleh Farman lada Hamdi tapi ia sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan nya untuk membalas kejahatan Darman.
"Anin lah yang bakal melakukan sesuatu keadilan!" teriak Mbok inem menatap wajah Zahra.
Zahra hanya diam sja kerana ia juga tidak tahu siapa Anin, hanya nama Anin yang disebut oleh wanita tua itu. Uwa Iyan yang mendengar kalau istrinya ditindas oleh Darman langsung berlari menuju rumahnya, sebenarnya ia sedang memetik daun singkong buat masak istrinya sore hari, istrinya juga akan menyusul ke sawah tapi ditunggu tidak datang.
"Mbok yang tenang ya, jangan banyak pikiran." ujar Zahra merendam amarah mbok Inem.
"Kamu jangan ajari aku tenang. Aku nggak bakal tenang kalau Anin belum muncul dan menyeret laki laki itu!" teriak mbok inem dengan wajah melotot kearah Zahra.
Zahra mengkeret melihat mata mbok inem melotot kearahnya. Ia nyakin kalau ia salah bicara pada wanita tua itu, jadi akhirnya ia hanya diam saja kerena takut ada kesalahan lagi.
Zahra memijit kaki mbok inem. wanita itu menatap wajah Zahra seperti menaksir naksir, tapi mulutnya diam saja melihat apa yang dilakukan oleh Zahra. Hatinya berontak sebenarnya kerena kelakuan Zahra mengingatkan lada bocah itu, bocah yang telah menemani hari hatinya bersama. Ya kerana kejadian itulah yang memisahkan dirinya dengan bocah 6 tahun itu.
"Zahra, kalau saja Anin masih ada kalian sebenarnya sebaya. Kalian bisa bertemu disini, Anin gadis kecil yang baik banget!" ujar mbok Inem menerawang.
"Kamu mau kan tinggal lebih lagi disini, mbok bakal mengenalkan kalian kalau kalian bertemu pasti kalian bakal jadi teman yang baik," lanjut mbok inem sendu.
Ya wanita itu membanyangkan kalau misal Anin masih hidup atau tidak pernah terjadi peristiwa itu, mungkin Anin bakal ketemu Zahra dsn mereka jadi teman yang baik, itu hanya imajinasi dari wanita tua itu. Sedangkan Zahra tersenyum.kecut mendengarkan apa yang keluar dari bibir mbok Inem. Ia hanya diam saja mendengarkan celoteh wanita itu.
Dan kabar itu sampai ke telinganya, kalau istrinya ditindas akhirnya ia pulang ke rumah untuk memastikan keadaan istrinya. Sampai di rumah ia melihat istrinya begitu miring sekali disampingnya Zahra duduk. melihat uwa Iyan datang Zahra langsung beranjak dari tempat duduk dan pindah ke tempat lainnya.
🦋
"Zahra kenapa nggak main ke rumah?" tanya ibu Ayu menatap wajah Ana.
Ia sejujurnya kehilangan Zahra kerja sudah lam sekali gadis itu tidak.lernah datang lagi ke rumahnya. Ia juga tidak pernah mengantar makan buat Zahra mungkin sejak Zahra tidak ke rumahnya.
Wanita muda itu hanya menghela nafas panjang, seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Ibu Ayu duduk di teras pandangan matanya menatap kosong, sedangkan putrinya masih asik melukis di kamarnya. Ibu Ayu yang melihat itu langsung meninggalakan anaknya menuju depan rumahnya, sambil duduk seperti menunggu seseorang yang akan ke rumahnya. Tapi orang yang ditunggu nya tidak datang kembali, otomatis hatinya begitu takut kehilangan.
Ia telah kehilangan Anin, dan ia bisa sabar menunggu kedatangan Anin sampai sekarang juga. Tapi menunggu Zahra yang baru tiga hari tidak datang bagaikan setahun saja.
Ana yang melukis hanya diam saja, ia begitu fokus dengan lukisan yang ia lukis sendiri. Ia sebenarnya mendengar apanyang ibunya omongkan tapi ia ingin menyelesaikan dulu lukisannya. Lumayan ia memiliki bakat melukis dari kecil jadi waktu luangnya ia gunakan dengan melukis.
Dari hasil lukisan nya itu Ana mendapatkan hasil dari melukis, ya ia bersyukur sekali mendapat uang dari bakatnya. Jadi ia tidak memikirkan uang untuk kebutuhan dirinya dan juga seorang ibu.
Setelah menyelesaikan lukisannya, Ana langsung ke teras menghampiri ibunya yang masih duduk di di kursi dengan pandangan entah kemana.
"Mungkin kak Zahra sibuk, jadi ia nggak kesini," ujar Ana duduk disamping ibunya.
Ya Ana tahu kalau ibunya sekarang nggak berubah sekali sejak kedatangan Zahra, ada secuil keceriaan diwajah ibunya saat menyambut Zahra yang sering berkunjung ke rumahnya. Tapi saat Zahra tidak ke rumahnya, wajah ibu seperti mendung yang menggelayut. Ana menyentuh tangan ibunya dengan lembut, supaya ibunya tidak memikirkan Zahra.
"Mungkin kak Zahra sibuk."
Ibu Ayu mengangguk."Na, ibu seperti melihat bayangan dari kakakmu saat ibu.mentap wajah Zahra."
"Ini hanya berharap lebih, kalau kak Zahra itu kak Anin, jangan berpikir seperti itu Bu, kak Zahra dan kak Anin berbeda," ujar Ana.
Sebenarnya Ana takut kalau misal Zahra kembali lagi ke kota, bagaiamana hat ibunya pasti hancur. Kerena secara diam ia tahu ibunya sayang sama Zahra. Ana hanya menghela nafas panjang mengingat kalau Zahra bakal kembali ke keluarganya meninggalkan ia dsn ibunya.
Ya masih untung kalau Zahra mau menetap di desa itu, tapi kalau dipikir itu tidak mungkin terjadi kerena pasti orang tua dari Zahra tidak bakal mengizinkan anaknya tinggal di desa itu. Ana hanya bisa menghela nafas panjang, ia hanya bisa mengusap pugung tangan ibunya.
Ana takut kalau ibunya mengharapkan.lebih dari kedatangan Anin. Ya tapi ia sadar kalau Zahra bukan siapa siapa mereka, kenapa ibunya harus takut kehilangan seorang Zahra? Sedangkan ibunya pernah kehilangan dua orang yang dicintainya, yaitu ayah dan kakak nya jadi tidak mungkin kalau ibunya harus terpuruk kembali kehilangan seorang Zahra.
Ya Ana hanya bisa menguatkan hatinya saja. Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Ana percaya pada ibunya yang akan mampu menahan luka yang telah terjadi dalam hatinya. Luka yang pernah ibunya alami.
Ana langsung memeluk tubuh ibunya hanya memberikan dukungan dsn motivasi, kalau saja ia saksi dari ayahnya mungkin ia bakal melakukan apa yang dilakukan. Tapi ia hanya bisa mendengar tanpa ada bukti yang tepat, jadi dalam masalah ini ia sama sekali tidak berani bertindak gegabah.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
bunga buat kakak🌹
2023-05-31
1
TK
bunga untuk Thor 🌷
2023-03-27
1