"Anin!"
ibu Ayu tiba tiba teriak dengan keras memanggil nama Anin. Ia mengejar satu sosok tubuh yang sedang melihat dirinya, keadaan yang gelap dan tidak jelas tapi ibu Ayu malah Seperi melihat Anin sedang berdiri di depan rumahnya. Saat itu ia sedang membuka pintu kerena angin malam itu terasa dinginnya, apalagi disertai rintik hujan yang turun di malam itu.
Gadis yang menatap rumah ibu Ayu berdiri agak jauh dari rumahnya, saat wanita itu melihat ke depan, matanya melihat seorang gadis berdiri dengan mengunakan baju kaos putih dan celana hitam pendek selutut.
Tapi waktu ibu Ayu akan.mengejarnya, gadis itu telah pergi melarikan diri. Akhirnya dengan tergesa gesa ibu Ayu langsung berteriak memanggil gadis itu. Tapi terlambat gadis itu malah berlari menjauhi rumah, melihat itu ibu Ayu mengejarnya dan meraung memanggil nama Anin.
Ayu yang berada di kamar langsung menuju depan rumah, saat mendengar teriakan ibunya yang memanggil Anin. Ana menghampiri ibunya yang meraung sambil memukul tanah tempat gadis yang disangka Anin.
Ana berusaha untuk mengajak ibunya ke rumah, tapi wanita itu tidak mau sama sekali, hanya bibirnya yang memanggil manggil nama Anin. Ana yang melihat itu hatinya terasa perih sekali, ibunya seperti ini. Sering banget malah, Ana tidak bisa apa apa kerena ia sendiri juga masih belum mengerti lada gadis yang di lihat oleh ibunya.
Ya menurutnya kalau memang itu Anin kenapa Anin tidak menemui ibunya? kenapa Anin seperti tidak mau bertemu dengan ibunya secara terang terangan bukan sembunyi sembunyi seperti ini..
Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin Ana lontarkan pada Anin tapi ia bertanya lada siapa? Apa benar gadis yang dilihat oleh ibunya Anin? Ana mengangkat tubuh ibunya menuju dalam rumah, ibu Ayu langsung mengikuti apa yang diperintahkan Ana.
Ana langsung menutup pintu, sedangkan mereka berdua berada di ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga.
"Ibu nyakin kalau itu Anin, tapi kenapa ya kakakmu nggak mau menemui ibu?" keluh Ibu Ayu memelas.
"Ibu, apa ibu nggak salah lihat kalau itu kak Anin, Ana malah sangsi Bu mungkin dia bukan kak Anin." komentar Ana heran dengan pandangan mata Ibunya.
"Na, ibu nyakin kalau gadis itu kakak kamu Anin," jelas ibu Ayu..
"Bu, kalau.memamg itu kak Anin kenapa ia tidak masuk rumah, mungkin bukan kakak," sela Ana mulai goyah atas pengakuan dari ibunya..
Mendengar apa yang Ana bicarakan wanita itu langsung beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan Ana di ruangan itu, Ana mengangkat kedua bahunya tidak mengerti atas pa yang dilakukan ibunya.
Akhirnya Ana Oun masuk ke kamar dengan perasaan yang tidak karuan sama sekali.
'Kak Sebanrnya kakak dimana? Apa masih hidup atau sudah bersama Tuhan?' bisik hati Ana menatap dinding yang terbuat dari GRC yang dicat dengan warna putih. Memang ia sangat suka warna putih," warna kesukaan kakak dan ayahmu," kata ibunya.
Saat ibu Ayu menyatakan warna kesukaan Ana. Gadia itu membanyangkan kalau misal kakaknya meninggal sejak kecil ia tidak bisa membanyangkan bagaimana hancurnya hati ibunya, tapi kejadian itu sebenarnya lama sekali. Masa ibunya harus terpuruk untuk kedua kalinya.
'Kak kalau kakak sudah meninggal lalu dimana kuburan kakak, terus siapa gadis yang menampakan pada ibu?' tanya Ana.
Pertanyaan demi pertanyaan tidak bisa ia jawab sendiri kerena memang ia harus mencari jawaban yang sebenarnya tapi sama siapa?
🦋
Zahra hanya diam saja mendengarkan apa yang Ana ceritakan tentang hadis yang tadi malam dilihat oleh ibu Ayu. Ia tidak mengatakan apa apa pada Ana. Ya memang tadi malam ia terlelap tidur jadi tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Kalau tahu kemungkinan ia bakal menemani ibu Ayu.
"Jangan jangan itu kakak kamu?"
"Kak, kalau memang itu kak Anin kenapa kak Anin tidak menemui ibu saja. Mengatakan apa yang terjadi lada dirinya bukan main kabur saja." Ana merasa geram.
Geram banget sama sosok Anin yang melakukan tidak bertangungjawab pads keadaan ibunya. Sebenarnya yang Ana ingin kan itu Anin datang menceritakan apa yang pernah ia alami dsn kalau memang ingin dirahasiakan keberadaannya mungkin ibu bisa bantu.
Zahra hanya diam saja mendengarkan saja rasa geram Ana pada sosok Anin. Zahra tidak ingin banyak bicara kerena kalau ia banyak bicara takut salah di depan Ana, jadi ia hanya mendengarkan keluh kesah dari Ana terhadap kakaknya. Kalau Zahra jadi Ana mungkin ia juga bakal melakukan sama dengan gadis itu.
"Na, mungkin Anin punya alsan yang tidak perlu kamu dan ibu mu ketahui, kata kamu. Kamu tahu kalau penjahat yang membunuh ayah mu masih ada dsn bebas. Jadi kakakmu waspada pada bahaya." ujar Zahra memberikan Ana berpikir untuk Anin.
"Tapi jangan menemui ibu." protes Ana.
"Anin mungkin rindu dsms ibunya, apalagi ia tidak bertemu bertahun tahun sedangkan kamu?"
Ana lanhsungbterdiam mendengarkan apa yang Zahra ucapakan, ia sama sekali tidak berpikir kearah sana.
"Na, kalau kamu di posisi Anin bagaiamana? Misal kamu tahu pembunuh ayahmu, dsn si pembunuh itu ingin membunuh kamu kerena kamu saksi kematian ayahmu?"
Ana tidak langsung menjawab pertanyaan dari Zahra, apa yang dibicarakan oleh Zahra mengenai hatinya, Ana hanya mengangguk membenarkan apa yang diucapkan Zahra.
"Mungkin Anin hanya ingin menyelamatkan kalian dari orang jahat."
"Kamu jangan pesimis, kalau Anin masih hidup ia bakal kembali kepangkuan kalian, kamu sabar dsn berdoa kalau Anin selamat dari incaran pembunuhan itu," lanjut Zahra tersenyum.
Ana tidak melihat senyuman penuh arti dari bibir Zahra. Sebenarnya dalam lubuk hatinya yang paling dalam Zahra ingin sekali mengakui kalau sebenarnya dirinya tahu pembunuh pak Hamdi tapi perasaan itu ia tekan dengan sekuat tenanga supaya tidak menceritakan apa yang pernah terjadi.
Zahra hanya mengelus tangan Ana dengan lembut sekali. Ya bukan hanya ibu ayu dan Ana saja yang menunggu, tapi ada gadis lain yang berjuang untuk berusaha menemui Ana dsn ibu Ayu hanya waktu dan situasinya belum mendukung.
Tiba tiba Zahra memeluk tubuh ana dengan erat sekali.
"Kalian yang terpenting jaga kesehatan, dan sabar suatu waktu nanti Anin datang ke rumahmu." bisik Zahra ditelinga Ana..
"Kakak nyakin kalau kak Anin bakal kembali?" tanya Ana heran.
Gadis itu menatap wajah Zahra dengan tajam kerena mendengar kalau Anin bakal kembali. Zahra mengangguk dsn tersenyum.
"Kakak tahu dari mana?" tanya Ana polos?"
"Ana! kakak hanya menebak saja, kamu percaya sama kakak nya," goda Zahra sambil mengucek rambut Ana dengan lembutnya.
Ana yang mendapatkan perilaku seperti itu, seperti punya kakak. Memang ia punya kakak tapi kakaknya entah dimana keberadaannya tidak diketahui.
Zahra dengan lembutnya mencubit tangan Ana, gadis itu tersipu malu pada Zahra, ya Zahra merasakan kalau Ana malu pada dirinya tapi ia tidak memperdulikannya.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments