Malam itu semua tidur di rumah sakit. Mereka berganti gantian terjaga untuk memantau kondisi terkini Ana. Mereka takut Ana sadar dan tidak ada yang mengetahuinya. Hanya Kiran yang tidak ada di sana. Kai terlebih dulu mengantarkan sang istri pulang. Ia takut putra putri mereka menangis mencari ibu mereka.
Kai juga meminta Topan untuk pulang. Namun pemuda itu bergeming. Ia tidak ingin meninggalkan rumah sakit saat ini. Soal pesanan, Topan sudah meminta para penjahitnya untuk bekerja, tentunya semua itu dilakukan di rumah Amar.
" Aku akan di sini bang, sampai kak Ana bangun."
" Lalu pesanan mu? Kamu juga tidak boleh mengecewakan pelanggan Pan. Di sini banyak dari kami yang menunggu Ana."
" Bang, kalian semua lah yang akan sibuk nanti. Aku satu satu nya orang yang bebas melakukan apapun karena tidak terikat dengan perusahaan. Bang, please aku mohon biarkan aku di sini ya."
Kai menghela nafasnya, ia pun pasrah membiarkan Topan berada di rumah sakit. Pemuda itu senantiasa berdiri di depan ruangan Ana. Hati Kai benar benar tercubit. Kama yang notabene nya kekasih Ana malah tidak terlihat sama sekali setelah tadi diminta untuk pulang terlebih dahulu. Kai juga tidak melihat keluarga Kama datang untuk membesuk. Namun Kai tidak mau over thingking.
Disisi lain Topan menatap pias tubuh lemah Ana. Lagi dan lagi Topan meneteskan air matanya. Topan saat ini masih pelan pelan dalam membereskan studio nya. Bagaimana pun ia akan kembali membenahi Studio miliknya seperti sedia kala. Hal tersebut karena Studio itu adalah hasil kerja kerasnya, dan Studio itu saksi perjuangannya.
Kai pasrah dengan keputusan Topan yang ingin tinggal di rumah sakit. Nataya dan Dika pun mencarikan ruang kosong untuk mereka beristirahat.
Di tempat lain, Kama tengah berada di rumahnya dan berbicara dengan kedua orang tuanya mengenai kondisi Ana. Tentu saja hal tersebut membuat kedua orang tua Kama terkejut.
" Jadi, kamu tidak akan bisa bertunangan dalam waktu dekat ini?"
" Mungkin iya Pi, bagaimana pun pemulihan Ana lebih penting."
" Kira kira kapan Ana akan sembuh?"
" Masih belum tahu mi, sampai saat ini Ana masih belum sadar setelah operasi."
" Kama, mami nggak mau ya punya menantu cacat."
" Sama papi juga nggak mau. Apa kata orang nanti. Kamu menikah itu untuk bisa dilayani dan diberi keturunan. Bagaimana kamu bisa dilayani jika ia cacat."
Jeduaaaar
Kalimat kedua orang tua Kama sungguh membuat pria berusia 27 tahun itu terkejut. Bagaimana bisa keduanya punya pikiran begitu. Selama menjalin hubungan dengan Ana mereka semua sungguh senang. Tapi mengapa sepertinya mereka sekarang acuh. Bahkan saat Kama memberitahu tentang kecelakaan Ana, keduanya hanya terkejut tapi tidak bersimpati. Alih alih segera menjenguk Ana di rumah sakit, keduanya malah dengan tega mengatakan hal tersebut.
Agus Prayitno dan Rimawati, kedua orang tua Kama itu sungguh hanya diam. Hal tersebut membuat Kama sedikit kecewa.
" Pap, mam, Ana tidak akan cacat. Ia akan kembali seperti semula. Hanya butuh waktu untuk memulihkannya."
" Ya kami tahu itu. Mami hanya tidak ingin putra satu satunya mami malah harus merawat wanita lumpuh nantinya."
" Mam, jangan bicara keterlaluan!"
Kama sungguh marah dengan ucapan sarkas sang ibu. Tidak lagi tahan dia pun segera masuk ke ruang kerjanya. Di sana Kama duduk di kursi miliknya sambil mengusap wajahnya berkali kali.
Ia sungguh tidak habis pikir dengan semua ucapan kedua orang tuannya.
Kama mengambil ponsel miliknya dari saku celana. Ia kemudian membuka galeri foto dan melihat foto foto Ana. Kama akhirnya beranjak daru duduknya. Ia menyambar kunci mobil dan berjalan keluar dari ruang kerja miliknya.
" Mau kemana malam malam begini?" tanya Agus.
" Aku mau ke rumah sakit pap. Ingin melihat kondisi Ana," sahut Kama.
Agus hanya diam, sama juga dengan Rima. Mereka tidak berkomentar apapun. Hal ini membuat hati Kama mencelos. Bagaimana tidak, ia berharap kedua orang tuanya itu ikut bersamanya menjenguk Ana ke rumah sakit. Atau paling tidak berkomentar mengenai kondisi Ana.
Kama hanya menggeleng pelan kemudian ia berjalan keluar rumah dan melajukan mobilnya ke rumah sakit.
Sedangkan di dalam rumah Agus dan Rima menghela nafasnya dangan begitu berat. Mereka kembali mengingat apa yang dikatakan Kama mengenai calon menantunya.
" Bagiamana ini mas, apakah kita akan menunggu kesembuhan putri dari Raden Rama Hadyan Joyodiningrat itu?"
" Entahlah sayang, coba nanti aku tanya sama temanku yang berprofesi sebagai dokter. Apakah pemulihannya akan berjalan cepat atau tidak."
Rima mengangguk mendengar ucapan sang suami. Kama adalah putra satu satunya mereka. Harapan mereka Kama dapat menikah dan memberi banyak cucu untuk melanjutkan keturunan keluarganya.
Ketika Kama mengenalkan Ana sebagai kekasihnya, tentu saja Agus dan Rima begitu senang. Akhirnya Kama bisa menemukan wanita yang lebih muda dari dirinya, bukan seperti yang dulu. Ditambah lagi keduanya tahu bahwa Ana adalah putri dari Rama, seorang pengusaha sukses yang namanya begitu disegani di dunia bisnis. Dimana circle pertemanannya tidak bisa ditembus oleh siapapun. Bibit, bebet, bobot yang benar benar sempurna untuk bersanding dengan sang putra.
Namun rupanya kini kedua orang tua itu mulia meragu. Untuk apa bibit, bebet, dan bobot sempurna jika kondisi si wanita seperti ini. Bukannya akan mendapatkan hasil yang bagus, yang ada putra mereka akan kesusahan untuk mengurus istrinya nanti. Bagi keluarga Kama, istri itu harus bisa selalu melayani suaminya.
" Mas coba tanya teman dokter mu sekarang, aku sungguh ingin tahu bagaimana nantinya kita akan bersikap terhadap Kama."
Agus mengangguk, ia pun juga penasaran dengan apa yang kana terjadi nanti. Pria paruh baya itu kemudian mengambil ponselnya dan menelpon teman dokter nya. Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi dengan Ana kepada temannya itu.
Kama tidak jadi pergi ke rumah sakit mengunjungi Ana. Dia memilih untuk menepikan mobilnya di sebuah kafe. Ia sungguh ingin menenangkan otaknya. saat ini pikirannya begitu kalut dan buntu. Kecelakaan Ana bagai sambaran petir di siang bolong dan rekasi kedua orang tuanya yang terkesan acuh bagai sayatan sembilu di hatinya.
Padahal ia berharap papi dan maminya akan bersimpati, namun malah ucapan yang terlontar bagai orang yang tidak berbelas kasih. Jika boleh jujur, Kama sungguh malu menghadapi keluarga Ana. Masing masing mereka selalu memperlakukan Kama dengan begitu baik. Setahun lebih membina kasih, Kama sangat senang ditengah keluarga yang begitu hangat itu.
Kama memesan hot cappucino, ia mencari tempat duduk di sudut kafe. Ia benar benar ingin menikmati kesendiriannya malam ini.
Namun rupanya hal itu tidak sesuai dengan keinginannya saat ada seseorang berdiri di hadapannya dan memanggil namanya. Panggilan yang hanya dia yang mengucapkannya.
" Fandi? Bagaimana kabarmu?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
pengayom
waaahh ternyata
2024-03-21
0
Miss Typo
nah kan tadi baru mau menebak, jangan² Kama tuh Fandi dan ternyata bener, waduh apa karna ini juga Kama memilih Ana jadi Brigitta mau menghancurkan Topan? tp apa dia tau Topan keluarga Ana?
2024-03-06
0
🌸ReeN🌸
ehhh ...ternyata kama yg jadi pacar brigitta...
2024-01-25
1