Rama yang masih galau karena memikirkan putrinya yang akan menikah akhirnya menghubungi sang sahabat. Siapa lagi kalau bukan Juna. Memang dengan Charles dan Sukhdev ia juga dekat. Tapi Rama lebih dekat dengan Juna. Pun begitu juga sebaliknya.
Kedua pria paruh baya itu bertemu ditempat favorit mereka. Dimana lagi kalau bukan kedai seblak langganan mereka. Kedai seblak tersebut benar benar awet hingga saat ini.
Rama masih ingat betul, Kedai seblak itu pertama kali buka saat usia mereka sekitar 30 an. Berarti sudah 20 tahun lebih itu kedai berdiri.
" Nih kedai awet bener ya Jun."
" Ho oh, yang jualan juga masih sama. Doi seumuran kita deh kayaknya. Sampai die apal lho pesenan kita."
Keduanya terkekeh bersama. Tidak ada yang menyangka jika dua orang pengusaha kaya yang mungkin bisa membuat ratusan kedai seblak itu memilih jajan di sebuah kedai kecil seperti itu. Jika biasanya mereka para kalangan high class memilih makan di resto berbintang, keduanya memilih di sana sambil mengobrol santai.
" Ada apa ngajak ketemuan saat siang begini?"
Rama menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia mencari pemilihan kata yang tepat untuk mulai mencurahkan kegelisahannya kepada sahabatnya itu.
" Ram, kau tahu kan Naisha sempet gagal kemarin. Jujur hatiku sakit banget saat anak perempuanku itu diperlakukan begitu oleh seorang pria."
" Makane kui Jun, aku sungguh takut mau melepas Ana. Meskipun aku tahu Kama adalah pria yang baik. Aku sudah menyelidikinya secara menyeluruh dan terbukti sama sekali tidak ada masalah dengan pria itu. Semuanya bersih, keluarganya juga bersih. Tapi entah aku belum benar benar bisa melepaskan putriku satu satunya itu Jun."
Juna tentu saja paham apa yang tengah dirasakan oleh Rama. Rasa takut, khawatir, dan was was tengah Rama rasakan. Tapi Juna pun tidak bisa berkomentar apa apa. Mengingat hal buruk yang pernah menimpa sang putri, Juna tidak berani memberikan masukan apapun kepada sang sahabat.
" Sorry bro, aku nggak bisa komen."
" Nggak apa apa, paling tidak aku lega Jun udah ngeluarin unek unek di hatiku ini."
Rama terdiam. Ia mencoba untuk meyakinkan hatinya bahwa semua akan baik baik saja. Jika sang putri bahagia maka dia harus rela dan ikhlas melepaskan Ana kepada Kama.
🧥🧥🧥
Kama yang berkutat pada tesisnya sejenak mengistirahatkan dirinya. Ia menyenderkan tubuhnya di kursi ruang kerjanya. Ada sedikit hal yang menganggu pikirannya mengenai sang kekasih.
Kama Darfandi seorang pemuda berusia 27 tahun itu mengambil ponsel nya dan mencari nama sang kekasih. Ia pun menekan nomor tersebut.
" Assalmaualaikum mas, ada apa?"
Suara nyaring Ana menyejukkan hati kama yang dilanda gelisah. Pria itu pun mengembangkan senyumnya.
" Nggak apa apa sayang. Aku kangen aja sama kamu."
" Haish bisa aja mas ini. Apa mau ketemuan?"
" Boleh, yuk."
Kama segera menutup ponselnya, ia pun segera bersiap. Rasa bahagia menghampiri Kama karena ingin bersua dengan sang kekasih. Ana pribadi yang ceria, membuat Kama selalu tersenyum saat berada di samping kekasihnya itu.
Kama tidak menjemput Ana, gadis itu yang meminta. Mereka bertemu di sebuah taman kota.
Kama datang terlebih dulu. Ia duduk di sebuah bangku kayu panjang. Pria itu memakai celana jeans berwarna dongker dan jaket denim berwarna senada. Tampan, ya Kama adalah pria yang berwajah tampan dan memiliki tinggi tubuh sekitar 178cm.
Wajah asia nya tersebut sedikit menarik perhatian beberapa orang yang melintas. Namun Kama acuh. Dia lebih memilih memainkan ponselnya untuk menunggu sang kekasih datang.
" Mas!"
Ana berteriak sambil melambaikan tangannya ke arah Kama. Pria itu tersenyum lebar. Ana tampak cantik dengan dress selutut berwana hijau army, rambutnya yang panjang dikuncir kuda. Rambut Ana bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama jalannya.
" Apakah sudah lama menunggu?"
" Tidak kok, baru sekitar 10 menit juga aku sampai."
Ana mendudukkan dirinya di sebelah sang kekasih. Ia mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang ia bawa dan memberikannya kepada Kama.
" Waah brownis buatan mommy pas banget nih buat ngerubah mood hahaha."
" Mas Kama lagi bad mood emang?"
Kama tidak menjawab pertanyaan Ana, ia memilih menampilkan senyum terbaiknya kepada Ana. Sedangkan Ana hanya menatap Kama penuh dengan tanya. Ia membiarkan Kama untuk menikmati brownis yang ia bawa terlebih dahulu.
" Mas, ada apa?"
" Entahlah sayang, aku merasa hubungan kita ada sesuatu yang mengganjal nya?"
" Maksud Mas Kama? Apa karena sikap abang Kai ke mas jadi mas merasa begitu?"
Kama terdiam, tidak ia pungkiri sikap Kai kepada dirinya membuatnya merasa ragu dengan hubungannya yang sudah dalam tahap serius itu.
Kama merasa bahwa Kai tidak menyukai dirinya. Sikap Kai yang dingin dan datar setiap mereka bertemu membuat Kama berpikir demikian.
" Mas, abang memang begitu. Kemarin aku juga sudah menanyakan hal tersebut kepada abang. Dan abang juga sudah menjelaskan mengapa beliau bersikap begitu. Abang Kai memang dingin dan datar ke semua orang Mas. Aku yakin seiring berjalannya waktu abang akan bisa bersikap lebih hangat."
Kama sedikit terkejut, sang kekasih ternyata telah menanyakan terlebih dulu kepada abangnya. Kini ia bisa bernafas lega. Kepercayaan diri Kama menjadi bangkit kembali. Dalam hati ia berjanji akan menjadi pria yang baik dan bertanggung jawab agar bisa diterima sepenuhnya oleh Kai.
" Terimakasih sayang."
Kama memeluk Ana, ia mencurahkan kekhawatirannya tersebut kepada gadis di depannya. Ana menepuk punggung lebar Kama dengan pelan dan lembut.
" Apa mas mencintaiku?"
Kama langsung melepaskan pelukannya dna menatap lekat wajah Ana.
" Tentu saja mas mencintaimu sayang. Aku sungguh mencintaimu An."
" Baiklah, itu sudah cukup buatku mas. Mari kita hadapi sama sama rintangan yang ada di depan kita mas."
Kama mengangguk, sungguh ia sangat bersyukur mendapatkan gadis seperti Ana disampingnya. Ana yang merupakan putri dari seorang yang terpandang memiliki sikap teguh dan mandiri. Dia tidak manja seperti anak anak ornag kaya kebanyakan. Bahkan Ana tidak menyukai kumpulan wanita wanita sosialita yang sedang trend.
Satu hal tersebut yang membuat Kama ingin memperjuangkan Ana agar bisa menjadi miliknya seutuhnya.
" Mas, ada satu hal yang ingin kutanyakan."
" Apa sayang?"
" Mas, apakah setelah kita menikah Mas Kama akan membatasi ku untuk bertemu saudara saudaraku?"
Kama menaikkan satu alisnya saat mendengarkan pertanyaan gadisnya itu. Ia pun kemudian tersenyum dna membelai lembut wajah Ana.
" Tentu tidak sayang, selamanya kau adalah putri dari ayahmu dan adik dari kakak kakak mu. Aku tidak akan membatasi mu bertemu dengan keluargamu."
" Terimakasih mas, aku lega sekarang."
Ana memeluk Kama dengan erat. Kegundahannya seketika menguap hilang.
TBC
Kama Darfandi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
pengayom
lalu kenapa kai dan rama tidak srek sama kama
2024-03-21
0
Dewi Kesumawati
hihihi, aneh. kalo cinta ya perjuangin lah..
2024-02-07
0
Pasrah
lanjut
2023-10-05
0