Di dalam kamarnya Ana begitu gelisah. Setelah pulang dari Pandawa Resort, Ana dibuat bingung dengan pikirannya sendiri.
" Tidak, aku mencintai Mas Kama. Aku sudah setahun lebih pacaran dan kita serius akan menikah. Ya, tadi hanya kebawa suasana saja. Betul itu. Semuanya pasti akan baik baik saja."
Ana menenggelamkan wajahnya pada sebuah guling yang ia peluk saat ini. Ia berteriak keras namun mulutnya ia bungkam dengan guling tersebut agar suaranya tidak bocor keluar.
Ana kembali mengingat ciumannya bersama Topan tadi. Ia pun membandingkannya saat melakukannya bersama Kama. Dengan Kama, Anna juga sudah beberpa lali berciuman. Tidak mau munafik, berpacaran lama membuat mereka sudah di tahap itu, meski masih hanya sampai sebatas ciuman saja.
Ana merasa ada yang lain dari ciumannya bersama Topan. ia merasakan sebuah kenyamanan di sana. Tidak ada rasa was-was di sana.
Namun kembali lagi, ia mencoba untuk mengusir semuanya. Ana meyakinkan dirinya bahwa semua itu hanya sebuah ketidaksegajaan dan hanya karena tebawa suasana.
Berbeda dengan ana. Topan yang saat ini berada di rumah Amar tengah berpikir mengenai kejadian tadi. Berkali kali ia memukul kepalanya sendiri untuk mengusir pikiran pikiran yang tidak seharusnya ia pikirkan.
" Fokus pan, fokus. inget pesenan menanti. Tidak ada waktu untuk mu berpikir hal hal yang memang tidak pantas kau pikirkan. Ingat dia kakak mu dan sebentar lagi dia akan menikah, dia sudah punya kekasih Pan jadi jangan aneh aneh."
Topan terus merutuki kenekataannya saat menyambar bibir Ana tadi. Dan anehnya lagi dia benar benar menikmati sesapan demi sesapan pada bibir mungil Ana.
" Manis astagfirullah. eling pan, eling."
Topan terus menepis pikiran liarnya itu. Ia kembali menyadarkan dirinya mengenai posisinya dalam keluarga Joyodiningrat. ia tidak boleh melewati batas, jatuh cinta dengan sang kakak? yang benar saja?
bagaimana nanti tanggapan kedua orang tuanya. Ayah Rama, mommy Sita dan juga saudara saudara nya yang lain. Malam tadi saja dirinya sudah kepergok oleng sang abang, jika dia masih meneruskan pikiran gilanya itu dikhawatirkan semua orang akan tahu.
Topan tidak tahu saja, jika sang mommy juga sudah mengetahuinya. bahkan saat ini Mommy Sita tengah merenung di sujud malamnya.
wanita paruh baya itu tergugu setelah melepaskan kegundahan hatinya dengan sunah dua rakaat di sepertiga malam. Sita mengingat ucapan bungsunya. Meski tidak terlahir dari rahimnya, ia tetap menyayangi Topan seperti anak anaknya yang lain. Kini ibu dari 5 anak itu sudah mennagis pilu memikirkan hati Topan yang pastinya sakit.
Rama yang mendeegar isakan sang istri tentu saja begitu terkejut. Pria itu bahkan langsung melompat dari atas ranjang lalu duduk bersila di depan sang istri yang masih lengkap menggunakan mukena nya.
" Sayang, kamu kenapa?"
Rama tentu saja panik, ia ingat betul kapan terakhir kali wanita yang sudah lebih dari 20 tahun dinikahinya menangis. Sita terakhir kali menangis saat Topan tiga tahun lalu masuk rumah sakit karena infeksi lambung. Wanita paruh baya itu sungguh menyalahkan dirinya yang kurang memperhatikan Topan. Membawa anak itu ke rumah dan mengangkatnya menjadi anak tentu saja bukan hanya sekedar memberikan status dan finansial, akan tetapi curahan kasih sayang dan perhatian pun harus diperhatikan.
Waktu itu Topan baru saja pindah ke studio, anak itu bekerja begitu keras dan lupa dengan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Sehingga saat berkunjung ke rumah di akhir pekan tiba tiba Topan merintih kesakitan dan pingsan di meja makan saat mereka hendak makan bersama.
" Sayang, kamu kenapa? Mengapa menangis seerti ini?"
" Mas, kasian Topan mas."
" kasian kenapa? Mas nggak ngerti ini kamu ngomong apa?"
Sita masih belum menjawab prtanyaan Rama. ia memilih untuk memeluk suaminya terlebih dulu dan melepaskan semua rasanya di dada bidang sang suami. Meskipun usia Rama sudah lebih dari setengah abad namun tubuh Rama masih atletis tidak kalah dengan tubuh putra putra nya. Perutnya sama sekali tidak membuncit.
" Mas, Topan menyukai Ana."
" Apa!!!"
Rama tentu saja terkejut. Ia memang tahu Ana begitu dekat dengan Topan, tapi masa itu cinta? Rama menggaruk kepalanya yang tidak gatal mencoba mencerna ucapan sang istri.
" Kamu tahu dari mana sayang bisa mengambil kesimpulan seperti ituy?"
"Aku tidak sengaja mendengar Topan saat ia bergumam sendiri."
Pluk
Rama menepuk keningnya. Jika semua itu memang keluar dari mulut Topan bisa dipastikan adalah 100% kebenaran. Anak iu selalu jujur dan baik hati.
" Apakah itu yang membuatmu menangis tadi?"
" Iya, kan kasihan Topan mas. Mana bentar lagi Ana mau tunangan. Ana juga meminta Topan untuk membuatkan baju pernikahan. Apa anak itu nggak sakit hati. Anak itu kan hatinya lembut, selembut kapas."
Rama mengangguk, ia setuju akan hal tersebut. Tapi mau bagaiman lagi. Ana memiliki pilihannya sendiri. Kama juga terlihat begitu mencintai Ana.
" Sayang, doakan saja semoga Topan ikhlas dan bisa mendapatkan ganti Ana. Apa perlu kita mencarikan jodoh untuk dia."
" No, jangan melanggar prinsip kita ya mas. Kita BIG NO soal jodoh jodohin anak kita. Biar mereka memilih sendiri pasangan hidup mereka. Seperti Kai yang memilih Kiran,"
Rama tersenyum, ia sungguh bangga kepada istrinya yang memegang prinsip tersebut. Di saat beberapa relasinya bersikeras meminta menjodohkan anal anak mereka kepada anak anaknya, baik Sita maupun Rama menolak keras. Menikah adalah urusan dua hati, bukan hanya sebuah ambisi karena materi.
" Terus kita harus gimana mas."
" Ya nggak gimana gimana, bersikaplah seolah olah kita tidak tahu perasaan anak itu. Jangan sampai dia merasa tidak nyaman dengan hal ini. Aku yakin dalam hati Topan dia pasti merasa bersalah. Kalau boleh jujur, aku mah yes yes aja kalau Topan memang bersanding dengan Ana. Tapi ... Kembali lagi, Ana sudah menentukan pilihan hatinya kepada Kama. Ya sudah kita dukung saja. Dan tugas kita nanti selalu membesarkan hati Topan. Bagaimana pun dia adalah anak kita, bukan begitu?"
Sita mengangguk, suaminya itu selalu bisa menenangkan hatinya disaat resah. Sita lalu mengecup singkat bibir sang suami.
" Oh noo, kau membangunkan dia sayang."
Mata Sita membelalak sempurna. Ia sungguh lupa, suaminya itu semakin matang malah semakin meesum.
" Ish, bohong banget. Masa di kecup begitu udah bangun. Jangan lebay deh Jhon."
Melihat istrinya yang tidak percaya, Rama pun membimbing tangan Sita agar merasakan sendiri. Mulut Sita pun menganga saat merasakannya.
" Mas ..."
" Sayang, kau harus tanggung jawab. Lagian tanggung bentar lagi subuh. Jadi mari selesaikan ini."
Sedetik kemudian pasangan suami istri itu sudah bergelung di atas ranjang mereka. Kamar yang menjadi saksi cinta mereka bertahun tahun dan masih sama hingga sekarang. Terlebih anak anak nya kini sudah tumbuh dewasa. Rasa cinta itu malah semakin kuat setiap hari dimana mereka sering menghabiskan waktu berdua.
Rama mengusap peluh sang istri. Usia tidak jadi halangan nya melakukan olah raga malam tersebut.
" Haish, andaikan aku masih bisa punya bayi."
" Jangan aneh aneh deh mas. Tuh cucu udah dua, mungkin kalau Ana menikah bentar lagi juga otw punya cucu lagi. Lagian aku juga udah menepaus."
Rama tergelak mendengar istrinya yang bersungut sungut sambil berjalan ke kamar mandi. Sungguh ia senang menggoda sang istri.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
pengayom
kenapa kai tidak membantu siapa gitu yang sudah rusuh sama studio topan
2024-03-21
0
Pasrah
smg keluarga ini sll bahagia
2023-10-05
1
itanungcik
semangat 💪💪💪 topan
2023-03-20
0