17| Harga Sebuah Kepercayaan

Flores hanya bisa memandang Philip dari jauh. Ini adalah kali pertamanya dia melihat Philip dalam keadaan kacau seperti itu.

“Philip.” Flores memanggilnya dengan lirih. “Kau bisa beristirahat. Kita bicarakan masalah ini setelah kita sama-sama tenang.”

Flores marah dan kecewa, tetapi Philip adalah suaminya. Philip memberikan banyak cinta untuk Flores, mengalahkan kasih sayang yang Flores terima dari orang tuanya sendiri.

Bersama Philip, Flores merasakan banyak hal yang baru. Philip telah membuat hidupnya lebih berwarna.

“Kenapa kau melakukan itu, Honey?” Philip akhirnya bersuara.

Sejak perjalanan kembali ke rumah, Philip hanya membisu. Di dalam mobil, hening terasa begitu mencekam. Mereka mengindari pandangan mata dan interaksi satu sama lain.

Philip menoleh.

“Apa yang aku lakukan?” tanya Flores. Dia membalas tatapan Philip. “Aku tidak melakukan apapun.”

“Itu yang aku maksudkan, Honey.” Philip menyahut. Didekatinya sang istri. “Kenapa kau melakukan itu?”

Flores mengerutkan dahi.

“Kenapa kau tidak membelaku?” tanya Philip memperjelas kalimatnya.

Flores menggelengkan kepalanya. “Kau pikir, kenapa aku meminta mommy untuk melepaskan kita kembali ke rumah, huh?”

“Aku melakukan itu untuk membelamu!” Flores melepaskan amarahnya. “Aku tidak mau melihatmu diinjak-injak Rares dan Jake! Aku tidak tahan!”

“Kenapa kau melakukan itu?” Philip terus mengucapkan pertanyaan yang sama, membuat Flores kembali kebingungan.

Flores mengusap wajahnya dengan frustasi. “Seharusnya aku bagaimana?” tanya Flores dengan pasrah. “Kau mau aku bagaimana, Philip?”

“Katakan 'tidak' pada keluargamu.” Philip menyahut. “Kau lebih mengenal diriku dari siapa pun.”

Philip menuntaskan kalimatnya. “Kau tahu aku tidak pernah selingkuh, atau bahkan menyentuh perempuan lain, bukan?”

Flores mematung. Dia hanya bisa memandang Philip dengan sendu. Amarahnya telah merenggut kewarasannya, berulang kali dia berusaha teguh, nyatanya keadaan membuat Flores tertekan.

“Kau tidak percaya padaku, Honey?” Philip melirih. Dia meraih tangan Flores dan menggenggamnya. “Kau benar-benar tidak percaya padaku?”

Flores membuang muka. Dia mendesah panjang lalu melepaskan tangan Philip dan berbalik badan, memunggungi suaminya.

“Flo?” Philip memanggil dengan saura gemetara. “Kau benar-benar meragukan diriku?”

“Bagaimana tidak!” Amarah Flores meledak. “Bagaimana bisa aku tetap percaya jika semua bukti mengarah padamu?”

Flores menatap Philip lagi. “Hotel itu, wanita itu, semua bukti foto itu, dan ... Jeniffer bahkan mengkonfirmasi bahwa kau datang ke hotel itu dengan sadar, tanpa paksaan dari siapa pun.”

Hati Philip terluka.

“Katakan padaku, jika kau jadi aku ....” Flores mendekati Philip.

Dada bidang Philip jadi media tinju untuk kekesalan Flores kali ini. “Apakah kau akan tetap percaya begitu saja padaku?”

Philip meneteskan air matanya tanpa dia sadari. Hal yang paling menyakitkan untuk dirinya adalah keputusan Flores untuk meragukan kejujuran Philip.

“Aku akan tetap mempercayaimu.” Philip menjawab lirih. “Kau tidak pernah berselingkuh.”

Tangan Flores terkulai lemas, jatuh di samping badannya setelah memukul-mukul dada Philip dengan emosi.

“Jangan berbohong,” ucap Flores mendesak. Dia juga terluka melihat Philip meneteskan air matanya. “Kau hanya mencoba untuk membuatku merasa bersalah.”

Philip tak menjawab, tiba-tiba dia berpaling dari Flores. Kekecewaan bukan datang dari ketidakmampuannya membuat keluarga Flores percaya padanya. Namun, tentang Flores yang terus memandangnya sebagai tersangka.

“Philip?” Flores berusaha menghentikan langkah kaki Philip.

“Philip!” Suara Flores lebih tegas. “Berhenti di tempatmu!”

Sayangnya, Philip mengabaikan Flores. Sepasang kaki jenjang Philip menuju ambang pintu rumahnya, hendak pergi dari rumah.

“Philip!” Flores mengejar Philip. “Tunggu dulu!”

Flores berhasil meraih tangan Philip, membuat suaminya menatapnya lagi.

“Flores, kau tahu apa yang paling membuatku terluka hari ini?” tanya Philip sembari menyeka air matanya.

Flores menggelengkan kepalanya. “Bukan itu maksudku ....”

“Bukan bagaimana ibumu atau keluargamu meninjak-injak harga diriku dan melukai fisikku,” ucap Philip. Dia melepaskan genggaman Flores.

Ditatapnya Flores dengan saksama. Kemudian Philip berucap lagi. “Karena kau tidak mempercayaiku.”

“Philip ....”

“Aku tidak peduli seluruh dunia melabeli diriku sebagai tukang selingkuh, parasit, pria tak tahu diri, atau apa pun itu!” Philip berteriak marah. “Namun, jangan kau juga melakukan hal yang sama, Flo.”

Flores memejamkan matanya. Dia menunduk, entahlah, Flores tak kuasa melakukan apa pun selain pasrah.

“Jujur padaku, Flo.” Philip menyela lagi.

Flores mendongakkan pandangan mata, tingginya hanya sebatas dada bidang Philip.

“Kau mulai ragu padaku sebab Marc?” tanya Philip.

Flores terdiam sesaat, seperti sedang memikirkan sesuatu. Bukan salah Philip berpikir demikian, Flores yang memancing suasana aneh di antara mereka berdua sekarang ini.

Flores menggelengkan kepala. “Kenapa harus Marc?” tanyanya.

“Selama ini kau selalu percaya padaku, Flores.” Philip menimpali. “Kau tidak pernah menatapku sebagai seorang tersangka.”

Flores akhirnya mengalah. “Maafkan aku, Philip. Aku hanya ....”

“Kenapa tiba-tiba meragukan pernikahan kita?” Philip tak mau mengalah. Luka di dalam hatinya begitu dalam, terasa sampai ke seluruh tubuhnya.

“Apakah itu karena Marc kembali padamu di saat kau membutuhkan bala bantuan untuk melindungi kariermu?”

Flores mengerutkan dahi. “Kenapa kau bicara begitu?”

“Aku hanya bertanya.” Philip tersenyum masam. “Dugaanku benar?”

“Aku tidak membelamu di depan orang tuaku sebab aku ingin kau melakukannya sendiri.” Flores akhirnya mengakui jalan pikirannya. “Aku lelah mereka menganggap dirimu lemah dan tidak berguna, Philip!”

“Kenapa kau tidak melawan mereka tadi?” Flores menguncangkan tubuh Philip. “Kenapa tidak menonjok balik Jake atau Rares dan mengatakan jika kau tidak pernah berselingkuh dariku, huh?”

Flores menangis tersedu-sedu.

“Kenapa, Philip, kenapa?” Flores menangis sembari berteriak-teriak.

“Karena aku sudah berjanji padamu!” Philip ikut berteriak.

Flores menatapnya dengan terkejut. Dia diam ketika suaminya membentak lagi.

“Aku sudah berjanji tidak akan menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan  masalaku.” Philip melirihkan suaranya. Dia menunduk. “Aku hanya berusaha menepati janjiku, Flores.”

Flores lemas. Dia bersimpuh di hapadan Philip. Pandangan matanya menjadi kosong, tetapi pikirannya tetap riuh.

“Aku sudah menepati janjiku, Flo.” Philip mengakhiri perdebatan.

Flores mendongak lagi. Air matanya telah mengaburkan jarak pandang antara dia dan Philip.

“Lantas kenapa kau tidak menepati janjimu untuk terus mempercayai diriku?” tanya Philip kemudian. “Apakah cintamu padaku telah memudar sebab kedatangan Marc?”

Flores menangis sejadi-jadinya. Dia telah mengaku salah. Pemikirannya tidak dewasa. Ketakutan akan kehilangan Philip telah membuat pikirannya ternodai dengan ribuan keraguan pada suaminya sendiri.

Philip beranjak dari tempatnya. Sebelum dia benar-benar pergi dari hadapan Flores, lelaki itu kembali menoleh dan memandang wajah Flores yang sendu.

“Aku tidak pernah berselingkuh.” Philip mengklaim kejujurannya lagi. “Aku datang ke tempat itu sebab sebuah pesan yang dikirimkan padaku.”

Flores terdiam.

“Katanya mereka menemukan ibuku dan aku datang untuk mencari tahu,” tutur Philip lagi. “Bodohnya aku berpikir bisa memberi kejutan padamu dengan membawa ibuku kembali.”

Flores terus mendengarkan perkataan suaminya dengan linang air matanya.

“Skenario selanjutnya ... kau bisa tanyakan pada ibumu, Flores. Dia lebih tahu apa yang terjadi,” pungkas Philip. “Aku berkata jujur, aku tidak pernah membohongimu.”

Next.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!