2| Malam Untuk Philip

Jay’s Brother. Los Angeles, Amerika Serikat.

Philip mengagumi bangunan megah ini. Jay’s Brother adalah tempatnya. Philip memang tak sering berkunjung, tetapi sebab dia adalah sohib Jayde, maka hampir semua orang mengenalnya di sini.

“Hei, Brother!” Suara Jayde menggema di ruangan. Dia keluar dari lift yang baru saja terbuka.

Philip menatap datangnya Jayde. Dia tersenyum kuda, merentangkan tangan, meleburkan rindu di antara mereka.

“Lama sekali kau tak datang, Philip.” Jayde memandang penampilan Philip. Seperti biasa, klasik dan sederhana. “Biar aku tebak, apa yang membawamu datang ke sini, Brother!” Jayde menggosok-gosok rahangnya.

Philip tersenyum. “Memangnya apa lagi jika tidak meminta bantuanmu, Jayde.”

Jayde manggut-manggut. “Ini yang aku tunggu-tunggu, Philip!” Pria itu merangkul Philip. “Bagaimana jika bicara di kantorku saja?”

Philip menatap keadaan sekitarnya, memang benar, ramai lalu lalang orang tak baik untuk dirinya. Philip terlalu malu jika ada yang tahu apa tujuannya mengganggu waktu sibuk sohibnya ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Philip duduk di ujung sofa. Desain interior ruang kerja Jayde memang tak pernah salah. Dia menghias ruangan ini sedemikian rupa, membuatnya nampak mempesona. Begitu nyaman dipandang mata.

“Bagaimana kabar Flo, Philip?” Jayde menawarkan secangkir teh. “Elisa juga,” imbuh Jayde lalu duduk di depan Philip.

Philip menerima uluran Jayde, kepalanya manggut-manggut saja.

“Kalau kau dan keluargamu, Jayde?” Philip membalas. Formalitas sopan santun yang wajib. Meskipun Philip sudah tahu jawabannya. Tidak baik.

Jayde menyilangkan kaki, tubuhnya bersandar miring di sisi sofa. “Begitulah,” katanya. Jayde tak banyak bicara soal keluarga. “Kau tahu sendiri, Philip,” kekehnya.

Philip sekali lagi mengangguk. Jayde hanya sukses karena warisan kakeknya. Hubungannya dengan orang tuanya tergolong rusak parah. Bukan tidak bisa memperbaiki, pria keriting ini hanya tidak mau.

“Come on, katakan bantuan apa yang bisa aku berikan, Brother?” Jayde nampak antusias.

Philip mengusap gagang cangkir dalam genggamannya, sedikit ragu pastinya.

Mendapati Philip yang tak kunjung bicara, Jayde berdiri dan mendekatinya. “Katakan saja. Kau ini selalu saja begitu.”

“Aku banyak merepotkan dirimu, Jayde.” Philip mengerutkan dahi. “Sedangkan aku tidak bisa memberi apapun padamu.”

Jayde malah tertawa. “Jika kau tidak menyelematkan aku malam itu, mungkin Jayde’s Brother tidak akan pernah berdiri sesukses ini, Philip.”

Malam yang dingin itu, Philip mempertaruhkan nyawa untuk Jayde. Sekelompok pembunuh bayaran dikirim untuk Jayde, tetapi Philip mengorbankan lengannya hampir patah karena dia.

“Katakan. Apapun akan aku beri, Philip.”

Philip menatapnya. “Aku hanya ingin meminjam setelan jas mahalmu, Jayde.”

Jayde mengerutkan kening.

“Sepatu dan jam tangan juga,” imbuh Philip melirih.

Jayde tertawa. “Hanya itu?” Dia menepuk pundak Philip. “Akan aku berikan. Dua atau tiga ... tidak masalah, Philip.”

“Atau mau aku belikan yang baru?” Jayde menawari. Lagi-lagi, Philip menolak. Lelaki berkumis tipis itu menggelengkan kepala.

“Hanya untuk besok malam, aku ingin meminjamnya,” jawab Philip.

Jayde tak bisa memaksa Philip, jadi dia manggut-manggut.

“Keluarga Lottie mengundangku untuk makan malam, Jayde. Aku tidak bisa mengecewakan dan mempermalukan Flores dan Elisa.” Kata-kata Philip menyentuh hati Jayde. “Aku juga tidak bisa membuat Flores berbohong hanya karena melindungiku.”

Jayde mengusap punggung Philip. “Kau selalu direndahkan, Philip.”

Keduanya saling pandang.

“Kenapa tidak bercerai saja dari Flores?” tanya Jayde. “Aku tahu kau mencintainya, tetapi itu menyakitimu, bukan?”

Philip diam. Dia menunduk, bermain dengan jari jemarinya. “Aku tidak ingin Elisa sedih karena dia tidak punya ayah.”

“Kau tetap jadi ayahnya, Philip. Hanya saja, kau bukan suami Flores lagi.” Jayde hanya ingin yang terbaik untuk Philip. “Aku akan mencarikan perempuan yang ....”

“Cukup pinjami aku setelan jasmu saja, Jayde.” Philip langsung menyela. Ditatapnya Jayde yang sedikit kaget karenanya. “Maafkan aku, aku membentakmu.”

Jayde menggelengkan kepala. “Aku juga salah, Philip.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kuda besi membawa Philip mengelilingi jalanan padat Los Angeles. Sepulang dari gedung Jay’s Brother, hari ternyata sudah gelap. Arloji tuanya menunjukkan pukul delapan malam.

Philip hanya pria miskin tanpa identitas, tetapi Jayden Halmuth menjamin hidupnya sebagai walinya selama ini. Entah bagaimana, Philip adalah anak panti yang terpaksa luntang-lantung di jalanan setelah panti tempatnya tinggal selama 15 tahun habis dilahap si jago merah. Tiga tahun tanpa tujuan, sebelum akhirnya dia bertemu dengan Jayden. Jaydenlah yang menjadi perantara cinta Philip dan Flores Lottie.

“Tolong!" Seorang perempuan berteriak dari sisi jalanan, cukup jauh dari keberadaan Philip. Dia melambai, berharap Philip datang padanya.

“Tuan, tolong aku!” Perempuan itu berlari mendekati Philip.

Philip membelokkan stang motor dan menepikan motornya di pinggir jalan. Didekati wanita itu kemudian.

“Tuan! Tolong aku.” Perempuan itu terengah-engah.

Philip meraih pundaknya. Dia berusaha menenangkan wanita itu. “Tenanglah, Nyonya. Bisa katakan padaku apa yang membuatmu berlarian dan panik begini?”

Perempuan itu menujuk ke salah satu gang kecil yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tak berselang lama, gerombolan pria berbadan besar muncul dari sana dan berlari ke arah Philip berada.

“Mereka mengejarku!” Perempuan itu bergidik ngeri. “Tolong aku.” Dia memohon pada Philip.

“Hei! Kita belum selesai!” Salah seorang pria bertubuh kekar menunjuk-nujuk ke arah perempuan yang sekarang sedang bersembunyi di belakang tubuh kekar Philip.

Philip mengerutkan kening. Tanpa penjelasan, dia dibuat bingung dengan keadaan yang terjadi di sini.

“Aku minta maaf.” Philip mencoba menengahi. “Ada masalah apa kau dengannya?”

Para pria di depan Philip tertawa dan saling memandang satu sama lain. Sangat jelas bahwa Philip tengah diremehkan.

“Ini bukan urusanmu, Tuan!” Pria itu mendekati Philip, berjalan dengan gagah dan percaya diri, seolah tidak ada yang bisa mengalahkannya.  “Minggir sebelum aku pukul wajahmu.”

Philip mengangguk pasti. Dia mulai memahaminya, apapun itu, wanita ini dalam bahaya.

“Bagaimana bisa segerombolan pria menyerang wanita yang berpergian tanpa senjata?” Philip membalas tawa mereka. “Kalian cemen!”

Kalimat terakhir yang Philip lontarkan seakan menjadi semburan api untuk mereka. Emosi meningkat begitu saja, kemarahan jelas menggebu-gebu. Philip tak seharusnya cari masalah malam ini.

“Hey, Tuan!” Pria itu menarik kerah baju Philip. “Pergi dalam hitungan ketiga dan serahkan wanita itu padaku, atau ... kau mati di tangan kami malam ini?” bisik pria itu pada Philip.

Philip menoleh ke arah gerombolan pria di depannya. Masing-masing melengkapi diri mereka dengan persenjataan, belati, kapak kecil, dan semacamnya.

“Wah, kalian mengejar wanita dengan membawa semua itu?” Philip menyeringai tajam. “Kalian menyebut diri kalian seorang pria?”

Philip sukses memancing emosi pria-pria di depannya. Satu pukulan mendarat tepat di wajah Philip. Luka gores kecil mengeluarkan darah di sudut bibirnya.

“Seharusnya kau pergi setelah aku menyuruhmu untuk pergi, Tuan!”

Philip menghela napasnya panjang. Dia bukan tak bisa berkelahi, tetapi Philip memegang teguh janjinya pada Flores untuk tidak menggunakan kekerasan fisik pada orang-orang di sekitarnya ketika dia marah.

Janji itu dibuat setelah Flores menyaksikan Philip diambang kematian hanya karena bertengkar dengan lelaki yang menggoda Flores kala itu.

“Kau tidak akan melawan kami?” Pria itu terus mendesak Philip. Dia mendorong dada Philip. “Jika tidak bisa berkelahi seharusnya ....”

Sayangnya, Philip telah kehabisan kesabarannya. Dia membalas perlakuan pria itu dengan menarik kerah bajunya. “Aku bisa membunuhmu jika aku mau,” ucap Philip dengan tatapan tajam.

Pria itu terkekeh, dia memberi isyarat pada teman-temannya untuk bergegas menyerang Philip secara bersamaan. Namun, ketika hendak menyingkirkan tangan Philip dari hadapannya, pria itu tak sengaja melihat tato di pergelangan tangan Philip.

“Ta—tato ini?” Pria itu gagap seketiga. Dia gemetar ketika Philip menatapnya lagi. “K—kau ....”

Pria itu mendorong tubuh Philip dan menjauh darinya.

Sekilas Philip menatap tato di pergelangan tangannya.

“Kau masih hidup rupanya, Black Joe!” Pria itu mulai ketakutan sembari memberi kode pada teman-temannya untuk mengambil langkah dan buru-buru kabur dari sini.

Philip jelas tak mengerti, dia bahkan tak tahu arti tato di pergelangan tangannya. Menurutnya, itu semacam tanda lahir yang dia dapatkan setelah lahir.

“Kenapa, Brox?” Salah satu pria menyahut ketika melihat temannya ketakutan sembari menunjuk-nujuk Philip.

Philip berjalan mendekati mereka, seiring dengan langkah kaki mereka yang mundur serempak. Jelas sekali mereka ketahukan setengah mati.

“B—black J-oe!” Pria itu berteriak. “Dia Black Joe! Si badai dari timur!”

Tanpa penjelasan yang berarti, sekelompok pria itu pergi begitu saja meninggalkan Philip yang kebingungan di tempatnya.

“Black Joe?” Philip mengusap tato di pergelangan tangannya. “Sepertinya nama itu tidak asing. Aku pernah mendengarnya?”

Wanita yang ada di belakang Philip menepuk pundaknya. Philip baru sadar dia telah menyelamatkan seseorang.

“Terimakasih, Tuan.” Dia tersenyum manis. Sedangkan Philip hanya manggut-manggut seadanya.

Philip menimpali. “Kalau begitu saya pergi dulu, Nyonya. Hati-hati di jalan,” ucap Philip kemudian.

Saat hendak pergi, wanita itu menarik lengan Philip. Tentu saja membuat Philip kembali menatapnya.

“Kau ... benar-benar dari Black Joe?” Pertanyaannya mengandung kengerian di raut wajah wanita itu. “Kau benar-benar bagian dari mereka?”

Philip nampak ragu untuk menjawab, pasalnya dia tidak tahu siapa itu Black Joe.

“Memangnya siapa Black Joe?” tanya Philip dengan wajah innocent-nya. “Semacam kelompok orang?”

Wanita itu menyeringai tipis. “Mereka adalah iblis dari timur.”

Next.

Terpopuler

Comments

Keyboard Harapan

Keyboard Harapan

wah, philip punya rahasia apa. dia hilang ingatankah?

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!