10| Dia Putriku!

Keluarga yang sederhana dan harmonis, itulah yang Flroes impikan saat mengucap janji suci di depan Philip. Dia hanya ingin menjadi perempuan yang sempurna sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.

“Aku yang akan mengantarkan Elisa ke sekolah.” Flores berucap ketika melihat Philip keluar dari kamar mandi.

Sembari melirik Flores, Philip memberi jawaban. “Aku yang biasanya melakukannya. Kenapa tiba-tiba jadi kau?”

“Apa kau sudah tak percaya karena kemarin aku hilang kabar?” Philip tertawa renyah, berharap candaannya tidak membuat Flores marah.

Flores mengambil jas kerjanya, lalu berdiri di depan cermin dan merapikan penampilannya.

“Kau terluka.” Flores menjawab seadanya. “Entah musibah apa yang terjadi kemarin, tetapi sebaiknya kau beristirahat hari ini, Honey.”

Philip meletakkan handuk di atas meja. Dia berjalan mendekati Flores dan memeluknya dari belakang. “Kau marah padaku karena aku tidak mau menjelaskan apa yang terjadi kemarin?”

Flores menyunggingkan senyum dari sudut bibir, dipandangnya refleksi wajah tampan Philip dari cermin di depannya. “Kau jatuh dari tangga di bengkel dan membentur rongsokan motor.”

“Aku akan mempercayainya.” Flores melepaskan pelukan Philip dan berbalik. Dia berhadapan dengan tubuh kekar suaminya. “Meskipun tidak masuk akal, aku akan mempercayainya.”

Flores tidak memahami dirinya sendiri. Dia selalu penasaran dengan suaminya, apapun yang terjadi pada Philip, dia selalu ingin tahu. Namun, Flores enggan mendesak. Dia tak mau berdebat dengan Philip hanya karena rasa ingin tahunya. Selama Philip masih berdiri di depannya dan memandangnya dengan penuh cinta, Flores akan menerima kebohongannya.

“Kau harus sarapan.” Flores mendorong tubuh Philip menjauh darinya. Dia kembali memunggungi Philip. “Pergilah ke ruang makan, Elisa pasti sudah menunggumu.”

“Kau?” Philip merengkuh tubuh Flores lagi. “Ayo sarapan bersama.”

Flores menggelengkan kepalanya. “Aku akan menyusul, masih ada beberapa dokumen yang harus aku persiapkan.”

Philip menoleh ke sudut ruangan. Dia telah merapikan meja kerja Flores semalam. Bukan hal yang aneh. Flores terlalu sibuk bekerja. Terkadang tak sempat membersihkan dan merapikan meja kerjanya sendiri.

Jika Philip terbangun di tengah malam dan melihat Flores tertidur di meja kerjanya, maka dia akan menggendongnya, menempatkannya di atas ranjang dan menyelimutnya. Philip juga merapikan meja kerja Flores. Jadi tak heran jika Flores kehilangan sesuatu, maka Philip dengan mudah menemukannya. Dia lebih rapi dari istrinya.

“Aku saja yang menyiapkannya, Honey. Kau bisa ....”

“Ada dokumen baru yang kau tidak tahu.” Flores menampik. Dia tersenyum ramah. “Pergilah, aku akan menyusul.”

Philip menyerah tanpa perdebatan lagi. Kepalanya mengangguk dengan yakin. “Jangan lama-lama.”

Lelaki itu melangkah, hendak keluar dari kamar. Akan tetapi, Flores memanggil Philip. “Honey?”

Philip menoleh. Keduanya diam sembari bertukar pandang.

“Soal aku dan Marc ....”

“Kau masak sup ayam lagi, bukan?” Philip mengubah topik pembicaraan.

“Selesaikan pekerjaanmu di sini dan lekas sarapan. Nanti supnya dingin.” Dia menutup kalimat dengan senyum simpul. “Elisa sudah menunggu.”

“Aku tidak tahu jika Marc yang akan menjemput Elisa.” Flores tetap keras kepala. Dia merasa jika dia perlu mengatakan ini pada Philip.

Philip terdiam.

“Aku menelepon mommy karena kau tidak menjawab teleponku.” Flores menambahi lagi. “Aku tidak membayangkan kalau anak kita akan bersama dengan pria itu.”

Flores mendesah panjang. Dia tak salah, tetapi dia merasa bersalah. Dia tak keliru, tetapi Flores terus terganggu sepanjang malam atas kejadian kemarin.

“Aku mengerti,” jawab Philip dengan santai. “Aku tunggu kau di meja makan, Flo.”

Flores hendak menjawab, tetapi Philip melenggang pergi begitu saja.

“Mengerti apanya?” gumam Flores. “Jelas-jelas kau cemburu.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lima belas menit berlalu, Flores menyusul Philip dan Elisa. Pemandangan yang amat dia sukai, Elisa begitu mencintai ayahnya. Sejujurnya, terkadang Flores cemburu sebab Elisa lebih dekat dengan Philip. Elisa tak pernah canggung, selalu bertingkah manja dan super cerewet. Namun,  ketika bersamanya, Elisa jauh lebih diam dan menjaga jarak.

“Kalian sudah menghabiskan sarapannya?” tanya Flores sembari bergurau. Dia duduk di samping Elisa setelah menarik kursi.

Elisa tersenyum manis. “Daddy menghabiskan dua mangkuk sup pagi ini!” Dia tertawa sembari menuduh Philip, jelas sekali Elisa yang telah melakukannya.

“Benarkah?” Flores mengusap puncak kepala Elisa. “Kalau begitu, Elisa juga harus makan lebih banyak agar tidak kalah dari daddy.”

Philip menyukai suasana seperti ini. Dia melupakan sejenak siapa dirinya, derajat Flores, atau masa depan Elisa yang tidak terjamin karena kekurangannya.

“Mom!” Elisa menyela lagi. “Aku sudah bercerita banyak dengan daddy!”

Flores melirik Philip yang sesekali tersenyum manis, lalu melanjutkan sarapannya.

“Bercerita tentang apa?” tanya Flores. “Tentang alasan kau berkelahi dengan temanmu?” Flores terkekeh.

Elisa menggelengkan kepalanya. “Paman Marc membawaku bermain di wahana bermain.”

Flores langsung mengubah raut wajahnya. Dia melirik Philip yang terkesan tak acuh dengan kalimat Elisa.

“Paman Marc itu luar biasa!” Elisa bercerita sembari menunjukkan kegembiraan yang berlebih-lebih.

“Dia membelikan aku es krim yang banyak, membawaku jalan-jalan di mal yang besar, dan dia bahkan membuatku menonton lumba-lumba di akuarium raksasa.”

Flores tidak mampu mengimbangi kebahagiaan putrinya. Dia hanya bisa tersenyum tipis, memaksakan diri dengan sesekali menatap Philip yang sibuk dengan sarapannya.

“Aku belum pernah ke sana sebelumnya,” imbuh Elisa lagi.

Elisa manyun sembari menatap Philip. “Daddy selalu mengajakku pergi ke taman bermain di depan bengkelnya. Lama-lama itu membosankan,” ucap Elisa dengan lirih.

“Elisa?” Flores tidak menduga putrinya akan berkata itu. “Jangan bilang begitu.”

“Aku serius.” Elisa menyanggah Flores. “Itu pengalaman pertamaku berjalan-jalan di tempat bermian yang luas!” Elisa memperagakan dengan tangannya. “Aku bisa bermain sepuasnya!”

Flores mengulum ludah. “Kita akan pergi ke sana lagi nanti.”

“Paman Marc berjanji padaku akan membawaku ke sana lagi.” Elisa menyahut. Padahal bukan itu yang Flroes maksud.

Elisa tak bersalah. Dia hanya gadis kecil yang tak tahu apa pun tentang hirarki dan harga diri seorang laki-laki. Flores selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Philip tak pernah mau menerima uang dari Flores dan malah memberikan uang bengkelnya pada Flores sebagai biaya bulanan—begitulah tanggung jawab seorang pria pada wanitanya.

“Paman Marc akan menjemputku lagi akhir pekan nanti, Mom.” Elisa menambahkan lagi. “Dia juga mengajak Mommy untuk ikut.”

Elisa memohon dengan binar mata yang teduh. “Mommy mau ikut bersama kami?”

“Elisa ....” Flores sedikit kesal. “Kita akan pergi dengan daddy jika kau ....”

“Tapi aku sudah janji dengan Paman Marc.” Elisa mengerutkan dahi. “Dia juga berjanji akan membawaku ke tempat yang lain. Katanya itu lebih besar dan aku belum pernah di ajak ke sana sama daddy ....”

“Elisa!” Flores akhirnya membentak.

Philip menghentikan sarapannya ketika terkejut mendengar suara Flores membentak putrinya. Dia menatap raut wajah Flores yang kesal.

“Honey?” gumam Philip.

Philip memandang wajah putrinya yang ciut, kebahagiannya telah memudar ketika Flores membentaknya.

“Kenapa membentak Elisa?” tanya Philip.

Di sisi lain, Flores tak acuh. Dia memalingkan wajahnya, enggan berkontak mata dengan Philip.

Flores menghela napas. “Aku ke dapur sebentar.” Tanpa menunggu persetujuan, Flores beranjak dan pergi begitu saja.

“Dad, apakah aku melakukan kesalahan?” Elisa menatap Philip dengan takut. “Mommy hanya marah kalau aku berbicara bohong, kata-kata kotor, dan berteriak-teriak.”

Philip mendekati putrinya. Dia mengusap kepala Elisa dengan lembut. “Mommy sedang banyak pikiran, jadi dia sedikit sensitif.”

“Elisa bisa selesaikan sarapannya, lalu daddy akan mengantarkan Elisa ke sekolah, hum?” Philip membujuk dengan lembut.

Elisa mengangguk. “Baik, Dad.”

“Daddy susul mommy dulu.”

Next.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!