4| Malamnya Suami dan Istri

Flores masih menggebu-gebu. Amarahnya tidak kunjung reda, meskipun semuanya sudah berakhir. Dia menunggu Philip yang sedang membersihkan noda di jasnya, sendirian sembari menatap langit-langit koridor hotel.

“Masih menunggu Philip?” Jennifer mendatanginya. Dia berdiri di samping Flores yang memandangnya tak acuh.

Jennifer bisa mencium kekesalan saudarinya itu. Dia mengambil tempat kosong dan duduk di sampingnya.

“Kalian hanya akan saling menyakiti satu sama lain jika begini terus menerus, Flo.”

“Jangan mencoba menggurui aku.” Flores tak mau ambil pusing. Dia memejamkan matanya, menghela napas kasar. “Aku tidak akan menceraikan Philip apa pun alasannya.”

Jennifer tertawa. “Kau yakin?” tanyanya.

Dia menepuk pundak Flores. “Sebentar lagi mereka akan bertindak. Mereka sudah tidak menyukai Philip sejak dulu.”

Flores membuka mata. Ditatapnya Jennifer dengan serius.

“Daddy dan mommy yang aku maksudkan.” Perempuan itu tersenyum miring. “Kau berpikir mereka akan membiarkan Philip bersama keluarga ini lebih lama lagi?”

Flores tidak mau menjawabnya. Hatinya hanya terluka, selebihnya dia tidak bisa mendefinisikan perasaan apa yang sebenarnya bersarang di dalam hatinya sekarang.

“Flo!” Jennifer memutar posisi duduknya. “Sadarlah! Mommy dan daddy bukan orang sebaik itu. Kau sendiri paham tentang itu, Flo.”

Flores akhirnya membuka suara. “Philip punya Elisa. Aku tidak ....”

“Mereka membunuh kekasihku yang pengganguran.” Jennifer menyahut. Matanya berbinar, sedih bercampur marah ketika membahas masa lalunya. “Kau pikir mereka akan berbuat apa pada Philip yang terus keras kepala?”

Flores tak berkutik. Dia bergeming di depan Jennifer.

“Ceraikan Philip dengan cara yang baik, atau dia akan mati di tangan keluarga kita, Flo.” Jennifer beranjak dari tempatnya. “Elisa juga akan terluka.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kediaman Flores dan Philip.

Langkah Philip begitu hati-hati setelah turun dari mobil. Elisa terlelap dalam tidurnya. Pria itu berusaha sekuat tenaga agar tidak membangunkan putrinya kali ini.

“Aku akan membawa Elisa ke kamarnya. Kau bisa beristirahat.”

Flores tidak menjawab Philip. Dia melenggang pergi begitu saja. Keanehan ini dirasakan Philip sejak mereka keluar dari hotel tadi. Sepanjang jalan Flores sama sekali tidak mau membuka suara. Dia diam, hening dalam suasananya sendiri.

Flores masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Philip menghantar Elisa untuk tidur di kamar lantai dua.

Flores membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Dia belum melepas sepatu, jaket, bahkan tidak membasuh wajahnya. Pandangan mata itu kosong, tanpa makna yang berarti.

“Aku harus apa?” gumam Flores pada akhirnya. “Sebentar lagi rapat pemegang saham. Philip tidak akan lolos.”

“Apanya?” Philip masuk tanpa suara. Kehadirannya mengejutkan Flores.

Keduanya saling pandang. Sepersekian detik tanpa suara apa pun.

Philip mendekati Flores setelah melepas jasnya. Dia menjaga jarak, bukan karena enggan, tetapi Philip tak mau aroma tubuhnya merusak perasaan Flores semakin banyak.

“Kau marah padaku?” tanya Philip dengan lembut. Dia menyenggol ujung jari jemari istrinya. “Aku minta maaf, Honey.”

“Kenapa kau yang minta maaf?” Flores menyahut dengan ketus. “Kau tidak salah apa pun.”

Philip mendekatinya. “Lalu kenapa wajahmu murung begitu?”

“Kenapa kau melakukannya?” Flores sudah tak sanggup menahan gejolak di dalam hatinya. Dia tidak pernah membenci Philip. Satu kata atau satu tindakan lelaki ini tidak ada yang menyakiti perasaannya sedikit pun. Hanya saja, Flores merasa kecewa tanpa sebab.

Philip memandang dengan ketidakmengertian. Dia meragukan dirinya sendiri kalau menyimpulkan bahwa dia tahu apa yang membuat Flores begitu marah malam ini.

Secara teknis, hati Philip lah yang terluka. Keluarga Flores sudah melawati batasannya.

“Philip ....” Flores mengusap wajahnya frustasi. “Katakan padaku, kenapa harus meminjam pakaian orang lain hanya untuk membuat keluargaku bangga?”

Philip tahu kalau Flores tidak akan bisa sejalan dengannya masalah ini. Mereka memang banyak menemui ketidaksepakatan belakangan ini.

“Philip, aku butuh penjelasan darimu.” Flores makin mendesaknya.

“Kau menganggap aku apa sampai harus meminta bantuan pada orang lain?” tanyanya lagi. “Aku ini istrimu, bukan?”

Philip meraih bahu Flores, menepuk-nepuk dengan ujung jari jemarinya. “Flo, aku hanya tidak ingin membuatmu kecewa padaku lagi.”

“Aku sedang kecewa padamu, Philip.” Flores melepaskan jari Philip dari pundaknya. “Kau sama sekali tidak menghargai aku.”

Flores melepas mantelnya. Dia berpaling dari Philip kali ini. “Kau tidak pernah melakukan ini sebelumnya, lantas kenapa kau melakukannya?”

Philip tak punya penjelasan spesifik. Dia hanya ingin mengubah kebohongan Flores saja. Berkali-kali Flores mengaku jika Philip mampu membelikan sepatu mahal dan tas ber-merk untuknya, tetapi semua itu adalah kebohongan.

“Kenapa tidak menjawab?” Flores menatap Philip lagi. “Kau yakin kau masih mencintaiku, Philip?”

Philip satu langkah lebih dekat dengan istrinya. “Kenapa kau tanya begitu?”

“Jelas saja ....”

“Kau lebih mementingkan pikiran orang lain ketimbang istrimu sendiri?” Flores tak mau mengalah. Dia menatap jas yang dilepas suaminya. Hatinya terluka, itu membawa memori buruk dalam dirinya.

Philip mendesah kasar. “Aku bukan pria kaya, Flores. Aku tidak bisa membuatmu nyaman ketika bersamaku.”

“Kata siapa?” Flores membentak. “Kata Rares? Jake? Maya?” Dia menyebut satu persatu tersangka yang telah meninggalkan luka di dalam hatinya. “Jennifer?”

Philip kembali duduk di ujung ranjang. Dia menatap Flores dengan frustasi yang luar biasa. “Aku melakukannya agar kau tidak perlu berbohong. Biar aku saja yang berbohong. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya, Flores.”

“Kau mengacaukannya, Philip!” Flores memekik. Suaranya lebih tinggi dari sebelumnya. “Kau membuat semuanya kacau sekarang.”

Flores ikut duduk di sisi suaminya. Lagi-lagi perempuan itu mengusap wajahnya dengan kasar.

“Philip, sebentar lagi akan ada rapat pemegang saham ....” Flores menoleh padanya. “Namun, kau malah mengacaukan semuanya malam ini.”

Philip tersenyum kecut. “Aku akan memperbaikinya.”

“Bagaimana caranya?” Flores tak bisa tenang. Pandangan matanya hanya dipenuhi kekhawatiran saja, entah khawatir soal apa. Dia memandang suaminya sedikit lain. Sepertinya memang tidak akan ada harapan di antara mereka berdua mulai saat ini.

“Haruskah aku mencari tempat kerja yang baru?” Philip tiba-tiba tertawa. Dia berjongkok di depan Flores. “Bagaimana dengan memulai menjadi pekerjaan kantoran?”

Flores tak yakin. Perusahaan mana yang mau menerima pria tanpa latar pendidikan yang jelas sepertinya?

“Kau tidak yakin padaku?” Philip seakan bisa membaca isi kepala Flores. “Aku tahu, terakhir kali aku ditolak dengan kata-kata kasar dan hinaan, Flo. Namun, untuk sekarang ... aku akan berjuang.”

Philip menarik tangan Flores dan menggenggamnya.

“Demi kau dan Elisa, aku akan berjuang sekali lagi dan ....”

“Bisa kau cari keluargamu saja?” Flores nampak begitu pasrah. “Mungkin saja ada titik terang jika kau mencari mereka.”

Philip mengubah caranya memandang. Perlahan-lahan dia melepaskan genggaman tangan Flores.

“Aku tahu jika kau ....”

“Aku akan mandi, tubuhku terasa lengket.” Philip mengalihkan pembicaraan. Tanpa menunggu persetujuan, lelaki itu beranjak dan berpaling dari Flores.

"Ah, selalu saja begitu! Sebenarnya ada apa dengan keluarganya?" batin Flores sembari menatap kepergian Philip. "Aku jadi penasaran siapa Philip sebenarnya."

Next.

Terpopuler

Comments

Ninasyifa

Ninasyifa

lanjut

2023-05-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!