13| Aku adalah pria setia!

“Kau orang sinting.”

Marc tertawa mendengar umpatan Philip.

“Kau bahkan belum menyeruput teh yang aku belikan, tetapi sudah memaki diriku?” tanya Marc. Dia begitu santai menghadapi tatapan Philip yang begitu sengit padanya.

Philip berdecak kasar. “Katakan apa tujuanmu menolongku?”

“Aku tidak punya tujuan.” Marc langsung menyahut. Namun, kalimatnya tidak mendapat respon yang baik dari Philip.

Marc menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Aku serius, Philip. Aku kebetulan lewat tadi.”

Philip tidak bisa mempercayai Marc begitu saja. Menolongnya karena rasa kemanusiaan? Marc bukan manusia.

Philip menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, aku akan pergi. Aku tidak mau duduk berdua denganmu.”

Philip beranjak dari tempatnya. Sebelum dia pergi, Philip melirik Marc sembari merogoh saku jaketnya. Dia mengeluarkan selembar uang dan meletakkannya di atas meja. “Aku membayar tehku.”

Marc menyeringai sembari memainkan pemantik miliknya. Dia baru saja mendapat sikap tak acuh, padahal Marc telah merelakan harga dirinya di depan Rares hanya untuk membawa Philip berbicara dengannya.

Marc tahu, memohon atau paling tidak memanggil Philip untuk datang dan duduk semeja dengannya adalah hal yang sia-sia. Selama Philip masih waras, dia tidak akan mau.

“Flores sepertinya tidak memberi tahu kau.” Marc menghentikan perginya Philip.

Philip menoleh. Dia berdiri di samping meja, menunduk, memandang Marc. “Jangan membawa-bawa Flores.”

“Jika kau meminta bayaran dari caramu menolongku tadi, aku akan membayarnya!” Philip berujar dengan ketus.

Marc terkekeh. “Membayar aku dengan apa?” Dia meremehkan Philip. “Motor tuamu itu?”

“Come on, Philip!” Marc melambai, menyuruh Philip untuk kembali duduk. “Aku tidak ingin membicarakan tentang uang denganmu.”

Philip mengerutkan dahi.

“Aku serius!” Marc terus saja mendapati ketidakpercayaan dari tatapan Philip. “Lagi pula, kau tidak punya uang, jadi apa yang bisa kita bicarakan tentang itu?” kekehnya.

Sekali lagi, Marc punya celah untuk merendahkan Philip.

Semua bukan salah keadaan. Philip lah yang telah memilih untuk hidup begini. Cintanya pada Flores dan Elisa telah membuatnya bodoh, mengabaikan harga diri yang seharusnya dia pertahankan sebagai seorang laki-laki.

“Duduklah. Akan aku beri tahu satu rahasia Flores yang pasti kau belum mengetahuinya,” ucap Marc lagi. Jari jemari pria itu mengetuk meja di depannya, memberi kode pada Philip untuk kembali duduk.

Philip mendesah. Dia terpaksa mengambil tempat duduk lagi.

“Katakan apa itu?” tanya Philip dengan ketus. “Jika kau menipuku, aku bersumpah akan merobek mulutmu.”

Marc terkekeh. Dia mengangguk, sembari mengambil ponselnya. Dia membuka layar ponsel dan menunjukkan sesuatu pada Philip.

“Lihatlah sendiri,” tutur Marc sembari menyodorkan ponsel pada Philip. “Meskipun kau miskin dan bodoh, tetapi aku yakin informasi itu bisa dimengerti oleh orang awam.”

Philip meraih ponsel itu, ragu-ragu. Sesekali dia melirik Marc yang nampak santai dengan secangkir tehnya.

“Apa ini?” Philip tercengang.

“Harga saham di beberapa anak perusahaan Harlow mengalami penurunan.” Marc mempersingkat. “Singkatnya, perusahaan Lottie Harlow milik Flores akan terkena dampaknya perlahan-lahan.”

Keduanya saling bertukar pandang.

“Flores akan bangkrut, atau kemungkinan terbaik adalah perusahaan Lottie Harlow akan menjadi milik Rares juga.” Marc tersenyum pada Philip. “Philip, Flores akan kehilangan segalanya. Semua yang dia miliki.”

Philip meletakkan ponsel di atas meja. “Bagaimana bisa ....”

“Rares adalah kakak tertua Flores. Dia memegang saham terbesar di perusahaan keluarganya.” Marc menyahut dengan yakin.

Marc menambahkan. “Jika Lottie Holding mengambil semua kekayaan anak perusahannya, kau pikir siapa yang akan dirugikan?”

Flores. Itulah jawabannya.  Flores adalah pemegang saham terkecil, sebab dia adalah putri termuda. Selain itu, Flores menyerahkan separuh kekuasaannya pada kakaknya untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Philip.

“Rares akan melakukan segalanya untuk memberi Flores pelajaran sebab membangkang pada orang tuanya, Philip,” bisik Marc lagi.

Philip membuang pandangan, resah tiba-tiba datang dan menyelimuti hatinya.

“Aku akan membantu Flores mempertahankan perusahaan yang telah dia bangun sejak dia masih muda,” ucap Marc tiba-tiba.

Philp memandangnya. “Kau tidak bisa ikut campur, Marc.”

“Tentu saja aku bisa,” jawab Marc dengan yakin. “Aku adalah Marc Cooper Young!” Dia membanggakan dirinya. “Aku punya harta yang bisa membantu Flores.”

Marc terdiam seribu bahasa. Di dalam kepalanya mulai berkecamuk segala kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi pada Flores.

Flores mencintai Lottie Harlow sebagai perwujudan dari mimpi besarnya selama ini. Philip dan Elisa hanya melengkapi kesempurnaan yang ada dalam hidup Flores.

“Kau mengenal Flores dengan baik, bahkan lebih dari aku mengenalnya, Philip,” ujar Marc lagi. “Kau pasti bisa membayangkan betapa sedihnya Flores jikalau harus kehilangan semua yang dia punya sebab mempertahankan pria seperti dirimu.”

Philip mengusap wajahnya. “Aku harus bicara dengan Flores.” Dia beranjak dari tempat duduknya. “Kau tidak perlu ikut campur.”

“Apa yang mau kau bicarakan dengannya?” tanya Marc menyela kepergian Philip.

Marc berdiri, berhadapan dengan tubuh jangkung Philip. “Kau mau membantunya?”

“Tentu saja! Dia istriku!”

“Dengan apa?” Marc langsung  menginterupsi. “Harta saja kau tak punya.”

Marc berhasil memukul mundur tekad Philip.

“Ah, dengan cinta dan kepercayaan?” Marc terkekeh. Dia menjadi lebih menyebalkan daripada Rares. “Kau benar-benar bodoh, Philip?”

“Flores menderita hidup denganmu.” Marc terus mendorong mental Philip, menjatuhkannya berkali-kali. “Kau pikir, sejauh mana cinta bisa mempertahankan hubungan kalian, huh?”

Marc menepuk dadanya sendiri. “Aku! Aku Marc!” Dia membanggakan diri. “Aku yang lebih pantas bersama Flores!

“Tutup mulutmu!” Philip mulai terpancing. Emosi di dalam dirinya tidak bisa dikendalikan lagi. Suara Philip menggema di ruangan, menyita fokus orang-orang di sekitarnya.

Philip mencengkram kerah baju Marc. “Sekali lagi kau bicara soal Flores, aku akan merobek mulutmu!”

“Sepertinya kau takut, Philip.” Marc tak mengindahkan ancaman Philip, dia terus menghinanya. “Benar, seharusnya kau takut dan memilih untuk mundur.”

“Aku tidak akan melepaskan Flores!” Philip bersikeras. Dia mempererat cengkeraman di kerah baju Marc. “Aku akan mempertahankan keluargaku!”

Marc mendorong tubuh Philip. “Mempertahankan keluargamu?” Dia tertawa lagi. “Dengan apa?”

“Aku akan ....”

“Aku bisa membeli keluargamu dengan uangku, Philip,” bisik Marc dengan tatapan tajam. “Aku bahkan bisa membeli harga dirimu dengan uangku!”

Philip bersungut-sungut. “Aku tidak akan melepaskan Flores.”

Philip tiba-tiba mendekati Marc dan kembali meraih kerah bajunya. “Selama aku masih bernapas, aku akan mempertahankan Flores dan rumah tanggaku.”

Marc tertawa gila. “Maka, aku akan membuat Flores yang melepaskan dirimu, Philip.” Dia menutup perdebatan.

Marc mendorong tubuh Philip agar menjauh darinya. “Aku akan menang kali ini,” pungkas Marc.

Marc pergi dari hadapan Philip. Sedangkan Philip, hanya bisa memandang punggung Marc yang pergi menjauh darinya. Hatinya dibuat resah, pertanyaan tentang Flores yang enggan memberi tahunya tentang ini benar-benar membuat Philip dihantam kekecewaan yang besar.

“Aku akan tetap bersama Flores, apapun yang terjadi,” gumam Philip menyakinkan dirinya sendiri.

Next.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!