6| Suami tanpa harta

Seharusnya Flores tidak gegabah. Jika dia ingin membuat Philip menyerah, maka bukan begini caranya.

“Suasananya sangat canggung, Philip.” Myah memecah hening. Diliriknya Philip dengan sinis. “Lebih baik kau pergi dari ini.”

Philip menjadi bebal. Dia seperti orang yang tidak punya malu. Philip duduk dengan santai, bahkan menyantap sepiring nasi goreng yang disiapkan Flores pagi ini.

“Philip, kau mengabaikan aku?” Myah mulai kesal. Dia membuang muka, berdecak ringan menahan kekesalan atas konyolnya sikap Philip pagi ini.

Philip tersenyum miring. “Kenapa saya harus pergi, Mom?” tanya Philip. Ditatapnya Myah dengan saksama. “Ini rumah saya.”

Philip adalah pria yang sabar selama ini. Dia terus memihak Myah meskipun perempuan tua itu terus menerus merendahkan harga dirinya. Namun, seperti semua punya batas waktu, Philip telah kehilangan batas kesabarannya.

Seulas senyum seringai Philip lemparkan untuk Marc. “Dia yang seharusnya tidak ada di sini, Mom.”

Flores telah bersalah. Dia yang menyebabkan situasi aneh pagi ini. Semuanya berawal dari kekesalan dirinya pada Philip yang enggan memberi tahu tentang rahasia keluarganya. Philip hanya terus mengatakan bahwa dia tidak punya orang tua. Dia telah kehilangan sosok keluarga sejak tangisan pertamanya di dunia ini.

Myah menyunggingkan senyum. “Cih, apa kau sedang membanggakan rumah putriku yang dipindahtangankan menjadi milikmu, huh?”

“Mom ....” Flores berusaha mencegah ibunya melanjutkan penghinaan untuk Philip.

“Berani-beraninya kamu mengaku kalau ini rumah kau?” Myah tertawa renyah. “Dasar tidak tahu malu!”

“Mom, aku ....”

“Flores, bagaimana kabar Elisa?” Marc cukup pandai memahami situasi. Dia menyela pembicaraan yang tak pantas didengar olehnya. “Aku dengar dia akan masuk les balet bulan depan.”

Flores menatap Myah.

“Benar, ibumu yang memberi tahu padaku tentang Elisa,” ucap Marc ketika melihat interaksi antara dia dan Flores tidak berjalan lancar.

Flores meletakkan sendok dengan cukup kasar. Suara dentingan sendok yang membentur meja kaca menyita perhatian Philip yang sedari tadi berusaha tak acuh.

“Marc, maafkan aku. Namun, bisakah kau pergi setelah selesai makan?” Flores tersenyum getir. “Ada yang ingin aku bicarakan dengan ibu dan suamiku. Ini sangat pribadi.”

Marc bergeming. Dia telah menyaksikan bagaimana Flores menjadi lebih dingin padanya. Marc memang bersalah di masa lalu, dia yang memilih untuk meninggalkan Flores. Namun, sekarang dia menyesalinya. Flores adalah wanita sempurna yang dia idamkan.

“Kenapa Marc harus pergi?” Myah yang mewakili berbicara. Senyumnya begitu tulus ketika dia memandang Marc. “Kau harus mendengar kesuksesan apa yang dia raih tahun ini, Flo.”

Myah mengusap pundak Marc. Dia memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Marc layaknya seperti putra kandungnya sendiri.

“Aku tidak butuh mendengar hal semacam itu, Mom.” Flores menanggapi dengan ketus. “Jadi, dia bisa pergi dari sini.”

Myah tetap keras kepala. “Dia berhasil menjadi pemegang saham utama, sebesar 30 persen, di perusahaan Teggi Regency.”

“Kau tahu sendiri apa itu Teggi Regency, bukan?” Myah benar-benar menunjukkan antusias yang tinggi di tengah ceritanya. “Perusahaan media terbesar di kota ini!”

Flores menghela napas. “Aku bilang aku ....”

“Dia pemilik 30 persen saham di sana. Kamu tahu berapa banyak uang yang dia hasilkan dari itu, Flo?” Myah tidak menyerah. Dia terus memojokkan Philip dengan caranya. “Dia memegang jabatan tertinggi di sana.”

Myah mengusap lengan Marc. “Andai saja dia menjadi menantuku.”

“Mom, bisa tolong tidak ....”

“Aku sudah selesai sarapannya, Flo.” Philip tiba-tiba menyela pembicaraan mereka. Kemarahan telah bergumul di dalam hatinya sejak tadi.

Flores memandang Philip yang langsung beranjak dari kursi dan berjalan menjauh. Sialnya, Flores tidak punya kekuatan apa pun untuk membela Philip. Selalu saja begini, Philip menjadi sasaran empuk penghinaan ibunya dan dirinya sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.

“Tukang bengkel hanya mendapat uang dari membengkel.” Myah merujuk pada kepergian Philip. “Sangat rendah jika dibandingkan dengan pemegang saham 30 persen di Teggi Regency.”

Philip menoleh. Ditatapnya Myah yang telah melempar seulas senyum bermakna penghinaan padanya.

Myah melanjutkan. “Penghasilan Marc telah meningkat tahun ini,” ucap Myah sembari terus memandang Philip. “Minimal 100.000 dolar selalu masuk ke rekening tabungannya sebagai penghasilan bersih seorang pengusaha sukses.”

Flores menundukkan pandangan mata, mengulum ludah, menarik napas dan  menghembuskan berkali-kali.

“Kau perlu berapa tahun untuk mendapatkan sebanyak itu, anak menantu?” tanya Myah sembari terkekeh. “Sepuluh tahun? Atau ... seratus tahun?” Dia tertawa terbahak-bahak.

“Mom, aku mohon hentikan,” ucap Flores berbisik. Sialnya, Myah mengabaikan Flores.

Myah kembali menimpali. “Dia bisa menghidupi Elisa dan Flores, Philip.”

Philip menghela napas. “Aku juga bisa melakukannya, Mom.”

“Dengan apa?” Myah terkekeh lagi. “Dengan uang kertas yang terkena noda oli?”

“Mom!” Flores berteriak lantang. Rona wajahnya memerah sebab amarah yang meluap-luap.

Myah bergeming, dia terkejut sebab ini baru pertama kalinya Flores membentak dirinya dengan suara sekeras itu.

Myah menunjuk dirinya sendiri. “Kau ... baru saja membentakku?” tanya Myah. Raut wajahnya memprotes.

“Lihatlah! Ini efek karena kamu terlalu bebal hidup bersama suami miskin seperti Philip,” ucap Myah dengan ketus. “Dia mengajarimu hal-hal yang buruk!”

Marc mengambil kesempatan dari kekacauan di depannya. Dia merah punggung Myah dan mengusapnya dengan lembut. “Mom, sudahlah. Jangan membentak Flores.”

“Ini semua salahku,” timpal Marc lagi dengan lemah lembut. “Lebih baik aku keluar saja. Aku akan menunggu Mommy di luar,” ucap Marc lagi.

Philip tersenyum miris. “Aku yang akan keluar.” Dia mengalah dan pasrah. “Lagi pula, aku akan jadi lebih sibuk dari seorang pengusaha yang telah menjadi pemegang saham utama perusahaan media bergengsi.”

“Aku harus bekerja seribu tahun, setiap harinya, dari sekarang untuk menghasilkan 100.000 dolar.” Philip menutup kalimatnya. Dia pergi meninggalkan ruang makan, tanpa menunggu perizinan dari Flores.

Flores mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tahu, dialah yang bersalah. Flores seharusnya mengusir Marc tadi.

“Aku mau ke kamar mandi.” Flores beranjak. “Kalian bisa lanjutkan sarapannya dan pergi dari sini,” timpal Flores lagi.

Ketika hendak pergi, Myah menghentikannya. “Kenapa kami harus pergi?”

“Karena Philip sudah pergi!” Flores menyentak kesal. “Bukankah Mommy hanya ingin merendahkan dia saja?” tanya Flores dengan ketus. “Maka, Mommy sudah berhasil. Jadi, Mommy bisa merayakan keberhasilan Mommy dengan minum bersama anak laki-laki baru Mommy.” Flores memandang Marc dengan sengit, sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam dapur, Flores menyandarkan tubuhnya ke dinding. Dia mengusap wajahnya beberapa kali, mencoba menyesap rasa sakit di hatinya. Philip yang direndahkan, tetapi rasa sakit itu dirasakan juga oleh Flores.

Flores mendesah kasar. Dia mengambil rokok di laci dapur, mengambil sebatang rokok dan pemantik, lalu menggigitnya. Ketika hendak  menyalakan ujung rokok, kedatangan Marc menyita perhatiannya. Lelaki itu mengambil rokok dari sela-sela bibir Flores dan membuangnya ke tempat sampah.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Flores dengan ketus. “Siapa yang menyuruh kamu masuk dapurku tanpa izin?”

Marc tersenyum manis. “Merokok tidak baik untuk kesehatanmu. Bagaimana jika Elisa tahu?”

Flores membuang muka. “Itu bukan urusanmu. Berhentilah peduli!”

Flores hendak pergi, tetapi Marc menarik pergelangan tangannya. “Lottie Holding diambang kebangkrutan, Flo.”

“Perusahaan ayahmu sedang sekarat.” Marc memberi pernyataan.

Flores menoleh. Ditatapnya Marc dengan ketidakpercayaan.

“Kau bisa tanyakan ini pada kakak-kakakmu. Mereka yang lebih tahu,” ucap Marc. “Seiring berjalannya waktu, situasi ini akan berpengaruh pada perusahaanmu juga. Kau memegang cabang terakhir dari perusahaan Lottie Holding.”

Flores diam tanpa kata-kata.

Marc mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya pada Flores. “Aku akan membantu krisis yang dialami keluargamu,” ucapnya.

“Kau pikir kau siapa?” Flores menyeringai.

“Aku pemilik CnY Group. Perusahan properti paling berpengaruh lima tahun terakhir di kota ini, Flores,” tutur Marc membanggakan diri. “Sekarang aku juga pemegang saham utama dari Teggi Regency.”

Flores membuang muka. Kehebatan Marc memang luar biasa.

Tiba-tiba Marc meraih tangan Flores dan menggenggamnya. “Bantuanku akan berpengaruh pada keadaan keluargamu, Flo.”

“Tanpa bantuan dariku, induk perusahaan keluargamu akan bangkrut begitu juga semua anak cabangnya termasuk milikmu.” Marc memberi penegasan. “Kelangsungan hidup keluarga besar Harlow bergantung padamu, Flores.”

Flores melepas genggaman tangan Marc. Dia memalingkan wajahnya. Kedua matanya berbinar, menahan air matanya. Flores cukup tahu tanpa harus dijelaskan panjang lebar.

“Pertimbangkan tawaranku, Flo.” Marc menutup pembicaraan. “Mulailah hidup baru denganku dan aku akan membuat keluargamu lepas dari krisis dan ancaman kebangkrutan ini.”

Next.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!