“Honey?”
Philip menghampirinya. “Kau tidak apa-apa?” Sejujurnya, Philip lebih mengkhawatirkan mental Flores ketimbang dirinya sendiri. Belakangan ini, keadaan terus membebani Flores.
"Mengapa dia begitu baik dan sabar?" batik Flores sembari memandang kedatangan Philip. "Dia ini malaikat dari surga mana?"
Flores bertanya-tanya, sebenarnya hati Philip itu terbuat dari apa? Flores terus membuat kesalahan, tetapi Philip mengabaikan kesalahan itu berkali-kali. Senyum di bibirnya dan cara lelaki itu memandang Flores selalu saja sama—hangat dan penuh cinta— tanpa pernah mempermasalahkan apa yang telah terjadi.
“Aku minta maaf, Philip.” Flores mengusap wajahnya frustrasi. “Aku tidak menduga Elisa akan berkata seperti itu di depanmu.”
Seulas senyum merekah di bibir Philip. “Kenapa kau harus minta maaf padaku?” tanya Philip. “Kau tidak melakukan kesalahan.”
“Elisa pasti melukai hatimu,” jawab Flores. “Aku tahu dia hanya gadis kecil yang sedang mengutarakan isi hatinya dan kegembiraannya pagi ini, tetapi aku rasa itu berlebihan.”
Philip mengusap pipi istrinya. “Tidak ada dari kalian yang telah melukai hatiku, Flores.”
Flores tak mau percaya begitu saja. Semenjak mereka menikah sampai sekarang, Philip tidak pernah terbuka atas perasaannya. Dia terus menyembunyikannya di balik senyum itu.
“Philip?”
“Elisa takut karena kau membentak dia tadi,” ucap Philip. Dia menimpali lagi. “Datangi dia dan minta maaf padanya. Aku yang antarkan dia ke sekolah setelah itu.”
Flores masih resah tanpa alasan yang jelas. Bola matanya tidak bisa tenang sedetik saja.
“Aku akan pergi ke bengkel sebentar, lalu pulang untuk beristirahat.” Philip menambahkan.
Tiba-tiba dia mencubit pipi istrinya. “Hari ini aku akan menuruti kata bu bos,” kekeh Philip mencoba menghibur Flores.
Philip beranjak dari tempatnya. Dia hendak keluar dari dalam dapur, menemani sarapan Elisa lagi.
“Jujur aku masih penasaran.” Flores tiba-tiba berbicara. Dia membuat langkah kaki Philip terhenti.
Philip menoleh. Ditatapnya Flores. “Tentang apa?”
“Apa yang terjadi padamu kemarin?” tanya Flores. Perlahan dia berjalan mendekati suaminya. “Tidak biasanya kau mengabaikan panggilanku.”
Philip terdiam. Kemarin adalah pengalaman baru untuknya. Selama ini hidupnya baik-baik saja, sebelum dia bertemu dengan Matrias Ragrigo dan Delcy.
“Aku jatuh dari tangga dan pingsan.” Philip mengulangi penjelasannya. “Ponselku juga terjatuh dan sempat hilang,” imbuh Philip. Baru saja adalah kebohongan yang baru.
Philip enggan berbohong pada keluarganya, tetapi dia belum siap menceritakan apapun tentang kejadian buruk yang telah menimpanya. Black Joe cukup misterius dan berbahaya jika Philip harus melibatkan Flores dan Elisa.
“Kenapa kau tidak jujur saja padaku, Honey?” Flores tak mau menyerah begitu saja. “Aku tidak akan marah jika kau berkelahi dan mengingkari janjimu padaku.”
Philip memandang Flores tanpa jeda.
“Kau pasti punya alasan berkelahi, bukan?” Flores mendesaknya terus menerus. “Philip yang aku kenal tidak akan pernah memulai perkelahian tanpa sebab.”
Flores mengenal dirinya? Tidak. Bahkan Philip sendiri saja tidak mengenal dirinya sendiri.
“Philip?” Flores meraih lengan Philip dan memohon. “Jika ini berhubungan dengan keluargamu, maka aku akan mendampingi dirimu apa pun kondisinya.”
Philip mendapat kesungguhan dari cara Flores menatapnya.
“Aku janji aku akan bersamamu.” Flores memohon lagi. “Tolong jujurlah padaku.”
Philip melepaskan genggaman tangan Flores. Senyum di bibirnya membuat Flores kecewa. “Aku benar-benar jatuh dari tangga.”
Flores mulai pasrah. Dia menjadi gila jika terus menerus berdebat dengan dirinya sendiri tentang keluarga Philip yang misterius.
“Aku akan membantu Elisa bersiap-siap. Dia harus segera berangkat ke sekolah.” Philip mengubah topik pembicaraan. “Kau juga harus bersiap-siap.”
“Elisa juga bertanya padaku!” Flores mencegah kepergiaan Philip.
Philip berdiri di ambang pintu, sedangkan Flores berjalan mendekatinya.
“Dia bertanya di mana kakek dan neneknya.” Flores tersenyum kecut. “Lantas aku harus menjawab bagaimana?” tanya Flores seakan pasrah.
Flores membuang muka, helaan napas didasari kekecewaan pada Philip yang enggan berbagi luka dan rahasia dengannya.
“Tanyakan pada daddy-mu.” Jawaban Philip terkesan tak acuh.
Ketika Flores memandangnya lagi, Philip berkata, “Katakan itu pada Elisa jika pertanyaannya membebani dirimu, Flores.”
Philip selesai dengan kalimatnya, jadi dia hendak pergi meninggalkan Flores.
“Kau anggap aku ini apa, Honey?” Flores lebih ketus. “Istrimu? Kau yakin?”
Philip berusaha membujuk. “Ayolah, Flo. Kita tidak perlu berdebat tentang ini.”
“Jika orang tuamu sudah mati, maka tunjukan kuburannya padaku.” Flores tiba-tiba menantang. “Jika tak ada waktu untuk datang bersama, beri aku alamatnya.”
“Flores?”
“Jika orang tuamu tidak dikuburkan tetapi abunya dibuang ke laut, maka di mana lautnya?” Flores semakin menggila. Dia memandang Philip dengan marah.
Philip hendak menjawab, tetapi kemarahan Flores menginterupsi lagi.
“Aku harap kau tidak memalsukan kematian orang tuamu meskipun kau membencinya, Philip.”
Flores pergi meninggalkan Philip di tempatnya. Kemarahan yang terlalu besar di dalam hatinya, jika diteruskan, tidak akan berakhir baik.
“Jika orang tuaku adalah orang-orang jahat ....” Kalimat Philip berhasil menghentikan Flores. Perempuan itu menoleh dan memandang wajah suaminya.
Flores tak akan percaya, sebab Philip punya hati malaikat dari surga. Jika orang tuanya adalah orang jahat, maka Philip juga akan menjadi orang jahat.
“Jika mereka adalah sekelompok orang tak beradab, apakah kau akan tetap menerimaku sebagai suamimu, Flores?” tanya Philip padanya.
Flores bergeming. Dia mencoba meneliti kebohongan lain di dalam mata suaminya.
Philip menggelengkan kepalanya. “Sepertinya tidak.”
Philip beranjak dari tempatnya, berjalan melalui Flores begitu saja.
“Pembunuh bayaran?” Flores tiba-tiba menyahut. “Mafia?” tanya Flores lagi. Ketika Philip memandangnya, Flores tersenyum masam. “Atau bandar narkoba?”
Philip tak menjawab.
Flores mendekatinya. “Atau sekelompok gangster jalanan?” Dia membubuhkan senyum miring sebagai penutup pertanyaannya.
“Flores?”
“Berapa banyak orang yang telah mereka bunuh?” tanya Flores lagi. Namun, dia tidak mendapat tanggapan segera dari suaminya.
Flores terkekeh. “Ribuan?”
“Flo, cukup,” ucap Philip pada akhirnya.
“Atau mereka pernah membunuh perempuan-perempuan tak bersalah, menyiksanya secara seksual, dan ....”
“Mereka tidak serendah itu!” Philip tiba-tiba membentak. Suaranya meninggi, menggema di ruangan. Ini adalah pertama kalinya Philip membentak dengan suara beratnya.
Philip mengembuskan napas, lalu mengusap wajahnya frustasi. “Maafkan aku.” Dia berpaling dari Flores. “Aku akan mengantar Elisa.”
“Aku akan membunuh bersamamu.” Flores mencegah Philip pergi untuk kesekian kalinya.
Flores berkaca-kaca. “Jika memang itu dirimu yang sebenarnya, maka aku akan menjadi orang jahat bersamamu, Honey.”
Anehnya, hati Philip malah terluka mendengarnya.
“Alasannya?” Flores mendekatinya sembari mengangkat bahu. Sepasang matanya berkaca-kaca, menahan air mata.
Keduanya saling memandang. Philip tak berkutik. Flores menunjukkan hal tak terduga yang membuat dirinya kalah dalam segala-galanya.
“Kau pikir hanya karena Elisa?” Flores menambahi lagi. Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecut. “Karena aku mencintaimu, Philip.”
Next.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments