MASUK PENJARA

Dunia Nara benar-benar runtuh seketika, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. gadis itu hanya bisa menangis. dia tidak tahu kalau semuanya akan terjadi seperti ini.

DUA HARI KEMUDIAN

PENJARA

"Nita, lebih baik kamu tidak usah sering-sering kemari." ucap Nara.

"Aku nggak mau, aku pasti akan sering-sering kemari, mbak." jawab Nita.

"Maaf ya kalau aku harus membebankan rumah sama restoran pada kamu." ucap Nara.

"Aku tidak terbeban, Mbak. aku yang harus berterima kasih karena Mbak Nara mempercayai aku." jawab Nita.

Wajah Nara terlihat begitu pucat, dia tidak akan pernah mengira kalau dia akan berada di tempat itu dalam jangka waktu yang sangat lama.

"Aku tidak tahu kapan akan keluar dari sini, Nita. jadi kamu harus berjuang sendirian di sana." Nara menatap wajah Nita yang ingin meneteskan air matanya.

"Kamu tidak boleh menangis, Kamu harus berjuang di sana. sedangkan aku akan berjuang di sini."

"Maafkan aku, Mbak. maafkan aku, maafkan aku karena tidak bisa menolongmu." Nita mulai menangis.

"Semuanya sudah terjadi, Nita. kita ini hanyalah orang-orang yang tidak memiliki apapun, ingin melawan pun tidak akan bisa. Kamu tahu kan orang tua dari pria yang aku bunuh itu adalah orang kaya. tentu saja dia tidak akan memaafkanku."

"Mbak Nara tidak membunuh pria itu, itu hanya kecelakaan. Mbak Nara berusaha untuk mempertahankan diri." ucap Nita.

"Itu yang kita ketahui, tapi bagi mereka aku adalah pembunuh."

"Tidak, Mbak Nara bukan pembunuh."

"Nita, kalau kamu mau ke sini seminggu sekali jangan sering-sering seperti ini. nanti kamu malah kepikiran dan sakit." Nara menatap Nita.

"Apa salah kita, Mbak. Kenapa mereka selalu jahat sama kita, takdir begitu kejam sama kita." Nita mulai menangis sesenggukan.

"Jam besuk sudah selesai, kamu pulang sana. Oh ya terima kasih ya kamu membawakan aku makanan." ucap Nara sambil tersenyum.

Akhirnya Nita pulang Nara membawa makanan yang dibawakan oleh temannya tersebut. ingin menangis pun terasa begitu sesak, di penjara itu ada beberapa yang tidak menyukai Nara ada beberapa yang begitu simpati kepada gadis muda itu. di usia yang ke-20 tahun dia harus masuk penjara karena tuduhan pembunuhan yang tidak dia lakukan.

"Oh Tuhan, haruskah aku membusuk di tempat ini? 10 tahun bukanlah waktu yang cepat, 10 tahun aku akan ada di sini." ucap Nara sembari menghela nafasnya.

"Jam besuk sudah selesai, kamu masuk ke selmu!" seru petugas penjara.

"Iya, Bu." jawab Nara.

Terasa beban itu begitu berat, air mata ingin keluar pun tidak bisa. Nara hanya bisa memendam semua amarahnya dalam hati.

"Hei wanita sok cantik, cepat berikan makananmu padaku!!" seru salah satu napi.

"Ini adalah makanan yang dibawakan oleh saudaraku." jawab Nara.

"Kalau kamu tidak mau memberikan makanan itu padaku, aku pasti akan menghajarmu!!" teriak napi wanita.

"Iya, Hajar saja dia bos. dia sok-sokan, baru dua hari di sini dia sok cantik." jawab napi yang lain.

"Maafkan aku, tapi ini adalah makanan yang diberikan oleh saudaraku." jawab Nara.

"Kalau kamu tidak memberikan makanan itu aku pasti akan menghajarmu, lihat saja!" seru napi wanita kembali.

"Aku tidak peduli." jawab Nara acuh yang kemudian meninggalkan napi wanita.

GREPP...

seketika napi wanita itu menarik rambut Nara dengan sangat keras.

"Sok-sokan kamu ya, kamu berani melawanku. di sel ini aku yang berkuasa Jika kamu berani macam-macam aku akan membunuhmu!!" teriak napi wanita.

"Aku tidak melakukan apapun, jadi lepaskan aku!" teriak Nara.

Akhirnya hari itu terjadilah perkelahian antara Nara dan salah satu napi wanita, mereka berkelahi seperti seorang preman jalanan. Nara tidak mau terus-menerus disiksa oleh para napi itu. Nara melawan, dia berusaha untuk mempertahankan dirinya.

"Lepaskan!!" teriak salah satu sipir wanita yang melerai pertengkaran antara Nara dan napi wanita.

"Dia berani menyerang saya!" teriak napi wanita.

"Kamu selalu saja membuat ulah, cepat kembali ke selmu. jika tidak aku akan menyetrum tubuhmu dengan alat kejut listrik." ancam sipir wanita.

wajah Nara sudah memar karena pukulan napi wanita tadi. Dia hanya bisa menghela nafasnya kasar tanpa bisa melakukan apapun.

"Aku pasti akan membunuh kalian." ucap Nara dalam hati.

Waktu benar-benar berjalan, setiap hari Nara harus merasakan kejamnya dunia jeruji penjara. setiap kali pula beberapa orang selalu mengganggu Nara bahkan mereka selalu membuat Nara di pojokan.

Dua bulan telah berlalu, di sebuah tempat seorang pria nampak tersenyum karena dia baru kembali dari Jerman.

"Kenapa tuan bos tersenyum seperti itu?" tanya Adi kepada Wisnu.

"Kira-kira wanita itu mau menerima lamaranku, tidak?" tanya Wisnu.

"Kalau dari segi para wanita matre dia pasti akan menerimamu bos, tapi kalau dari segi wanita yang tidak suka mungkin dia akan menolakmu." jawab Adi.

"Mulutmu itu ingin sekali aku potong, jawabanmu selalu menjengkelkan." kesal Wisnu.

"Bos kan yang tanya, Kok malah marah."

"Ya mulutmu itu nggak bisa dijaga, kalau bicara itu dijaga. ditanya enak kok jawabannya menjengkelkan." kesal Wisnu.

Terlihat pria itu membawa sebuah cincin yang tidak terlalu mewah namun harganya bisa dibilang fantastis.

"Ini sudah 2 bulan loh bos, bos tidak pernah melihat gadis itu karena kita ke Jerman." ucap Adi.

"Aku benar-benar merindukannya, Adi. wanita itu mulutnya seperti bom atom siap meledak kapan saja dan menghancurkan satu wilayah." jawab Wisnu sambil tersenyum.

"Apa nanti siang kita ke sana bos?" tanya Adi.

"Bilang saja kalau kamu mau menemui gadis itu juga kan?" sindir Wisnu.

Adi nampak tersenyum dengan kata-kata yang diucapkan oleh bosnya itu. "Anggap aja sekali berenang mendapatkan dua sasaran, bos." jawab Adi.

Wisnu belum mengetahui kalau Nara berada di penjara, dengan begitu bahagianya dia ingin segera melamar wanita yang belum tentu mau menerima cintanya itu.

Beberapa jam kemudian siang itu Adi dan Wisnu pergi ke restoran Nara, ketika mereka masuk tatapan mata Wisnu menatap tempat itu. "Kenapa dia tidak nampak sama sekali ya?" tanya Wisnu.

"Mungkin dia ada di dalam, bos." jawab Adi.

"Mungkin juga."

"Apa bos mau aku tanyakan sama pekerja yang ada di sini?" tanya Adi.

"Ya, kamu tanyakan." jawab Wisnu.

Tak berselang lama terlihat Nita keluar dengan membawa pesanan di meja sebelah Adi dan Wisnu.

"Mbak." panggil Adi.

Nita menoleh menatap Adi dan Wisnu "Iya, Tuan." jawab Nita dengan nada suara yang begitu lembut.

"Oh ya di mana bosmu itu?" tanya Adi.

Tanpa menjawab pertanyaan Adi kedua bola mata wanita langsung berkaca-kaca.

"Ditanya kok mau nangis, di mana bosmu?" tanya Adi kembali.

"Di mana bosmu, Aku ingin berbicara dengannya." tanya Wisnu yang membuat Nita langsung duduk.

* Bersambung *

Mohon dukungannya pada novelku yang lainnya 😊😊😊

- Mawar berduri

- Terlempar ke dunia sang kaisar

- karena cinta

- Gairah liar

* Bersambung *

Mohon dukungannya pada novelku yang lainnya 😊😊😊

- Mawar berduri

- Terlempar ke dunia sang kaisar

- karena cinta

- Gairah liar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!