RENCANA KOTOR

"Berani sekali wanita itu mengusir kita." ucap Lisa.

"Iya, wanita itu benar-benar tidak tahu malu, dia sudah menumpang hidup di keluarga kita selama puluhan tahun. sekarang dia langsung mencampakkan kita." jawab Ahsan.

"Kamu tahu bang, beberapa hari yang lalu bosku itu mencari wanita murahan untuk dia ajak berkencan." ucap Lisa yang membuat Ahsan langsung menatap saudarinya tersebut.

"Maksudmu?" tanya Ahsan.

"Bagaimana kalau kita menjebak wanita itu? dengan begitu separuh dari hutang-hutang kita akan dihapus." jawab Lisa.

"Kamu gila ya, tapi rencanamu ini bagus juga. aku akan membuat wanita tidak tahu diri itu hancur, lagi pula salahnya sendiri kenapa dia tidak mau melunasi hutang-hutang kita. lagi pula dia bukan saudara kita kan." jawab Ahsan.

"Kalau begitu kita cari pria itu bang, kita tunjukkan foto Nara." Lisa mengambil ponselnya.

Di tempat lain Nara sedang berbicara dengan ibunya.

"Ibu, apakah ibu marah denganku? tanya Nara.

"Kenapa ibu harus marah denganmu, Nara? tanya balik Bu Wati.

"Mungkin saja ibu marah denganku, karena aku tidak mau melunasi hutang-hutang itu." jawab Nara.

"Sudahlah, Nara. jangan membahas itu lagi, ibu sudah capek membahas semua itu. ibu ingin hidup tenang di sini, sudah berapa tahun ibu mengabdi di keluarga itu namun tidak pernah sekalipun ibu dianggap." jawab bu Wati. Wanita yang mungkin usianya sekitar 45 tahun lebih itu terlihat tersenyum.

"Terima kasih ya Bu, ibu sudah menerima Nara. terima kasih karena ibu tidak membenci Nara." ucap Nara.

"Memangnya apa salahmu? memangnya apa yang sudah kamu lakukan sama ibu?" tanya Bu Wati.

"Semua orang sangat membenci istri kedua, bahkan anak yang dimiliki oleh seorang madu tidak pernah dianggap oleh istri sah." jawab Nara.

"Ibumu adalah wanita yang sangat baik, Nara. ibumu adalah wanita yang sangat luar biasa, namun sayangnya Tuhan mempertemukan ibumu yang sangat baik itu dengan seorang pria yang tidak baik. suamiku adalah pria yang tidak mempunyai otak dia adalah seorang pria yang tidak memikirkan apa yang sudah dia lakukan." jawab Bu Wati.

"Tidak ada satupun orang yang mau menerimaku di tempat itu, Bu. namun ibu mau membesarkanku, mau merawatku bahkan mendidikku dengan sangat baik." ucap Nara.

"Di tubuh ibu ada jantung ibu kandungmu. sampai kapanpun ibu akan menjadi ibumu." jawab Bu Wati sambil tersenyum dan memeluk Nara.

"Sudahlah, segeralah kamu berangkat bekerja." ucap Bu Wati.

"Iya, aku mau berangkat bekerja dahulu Bu, Ibu jangan kemana-mana. kalau aku sudah berangkat bekerja Ibu tutup pintunya." Nara yang kemudian berpamitan kepada bu Wati.

Hari ini Nara mendapatkan giliran masuk jam kerja malam di salah satu rumah sakit yang sangat besar di kawasan kota Jakarta, nampak Nara begitu giat untuk melakukan pekerjaannya. butuh waktu sekitar 15 sampai 25 menit menuju rumah sakit, Nara yang bekerja menjadi perawat itu nampak dia tidak ingin kehilangan semua cita-citanya.

"Nara."panggil salah satu dokter.

"Iya, dokter." jawab Nara.

"Nanti kamu periksa salah satu pasien yang ada di kamar VVIP." pinta seorang dokter.

"Baik, dokter." jawab Nara.

"Nara!" panggil seorang dokter wanita.

"Iya, dokter." jawab Nara.

"Nara, tolong kamu bantu aku di ruang operasi sekarang." pinta dokter.

"Apakah ada yang terjadi, dokte?" tanya Nara.

"Ada pasien yang akan melahirkan, segera kamu ikut aku!" Nara yang kemudian di baa oleh dokter wanita.

RUANG PERSALINAN

"Aaaa!!"

teriak seorang wanita.

"Ayo bu, ikuti saya ya. ambil nafas buang nafas, ibu harus mengatur nafas ibu ya." pinta Nara.

"Sakit, sakit!!" teriak si wanita.

"Iya Bu, sakit. Ibu harus berjuang." pinta Nara.

"Aku tidak mau melahirkan anak ini, aku tidak mau melahirkan anak ini!" teriak si Ibu yang berusaha menahan sakit yang dia rasakan. dokter dan Nara nampak saling menatap satu sama lain, salah satu perawat yang juga teman Nara yang ada di tempat itu nampak menatap wanita yang mengatakan kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan oleh seorang calon ibu.

"Tenang Bu, tenang. Anda harus berusaha untuk tenang." pinta Ami teman Nara.

"Aku tidak mau melahirkan anak ini, aku tidak mau melahirkan anak ini!" teriak si wanita yang terus berulang kali.

Dokter yang menangani persalinan itu juga sangat kebingungan dengan kata-kata yang diucapkan oleh wanita itu. perkataan yang berulang kali dikatakan.

"Kamu tidak boleh mengatakan hal itu, kamu harus berjuang. kamu tidak boleh seperti ini jika kamu tidak mau melahirkan anak ini bisa-bisa kamu juga akan mati." ucap si dokter.

"Aku tidak peduli, biarkan aku mati bersama anak ini!" teriak si wanita.

"Huff.," nampak Nara mengambil nafas. gadis itu mendekati wanita yang akan melahirkan tersebut. "Dengarkan Aku baik-baik, apapun yang terjadi di dalam hidupmu kamu tidak boleh membenci seorang bayi yang tidak berdosa. seperti apapun kelamnya hidupmu atau anak yang ada di kandunganmu ini dari hasil apapun kamu tidak boleh membencinya. itu bukan kesalahannya tumbuh di rahimmu, Tuhan mungkin memiliki jalan lain untukmu. namun percayalah akan ada kebahagiaan ketika kamu menatap bayi tidak berdosa ini." ucap Nara sembari memegang erat tangan si wanita.

Entah sihir apa yang dikatakan oleh Nara hingga membuat wanita itu seketika terdiam.

"Atur nafasmu!" seru dokter.

"Baiklah Bu, ambil nafas yang panjang setelah itu buang perlahan. ibu harus mengejang biarkan makhluk tidak berdosa ini melihat dunia yang belum pernah dia lihat." ucap Nara.

Semua dokter yang ada di bagian persalinan selalu menyukai Nara yang memang bersikap lembut, namun dia memiliki temperamen yang sangat kasar luar biasa jika ada orang yang mengganggunya.

"Kepalanya sudah keluar, kamu harus berusaha Bu!" seru dokter kembali.

"Kamu harus berjuang, jangan salahkan bayi yang tumbuh di rahimmu. seperti apapun masa lalumu biarkan dia menjadi penguatmu, jangan menatapnya karena masa kelam mu tapi tataplah dia sebagai masa depan yang akan menerangi hidupmu." ucap Nara yang berusaha untuk membantu si wanita ataupun dokter.

OEKK!!

OEKK!!

Tak berselang lama akhirnya bayi itu terlahir suara tangisan terdengar di ruang persalinan, begitu haru bahkan suara tangisan itu membuat Nara tersenyum.

"Dengarkanlah suara tangisan tak berdosa ini, dia memiliki arti yang sangat luar biasa." ucap Nara sembari mengelus rambut si wanita.

"Nara, kamu mandikan bayinya." pinta dokter.

Nara mengambil bayi kecil tersebut. "Lihatlah dia akan menjadi pendengar kehidupanmu, seperti apapun masa lalumu kamu jangan membencinya." ucap Nara.

Tentu saja Nara sangat tahu bagaimana dibenci oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. namun bukan salah Nara jika semuanya terjadi karena kehendak tuhan.

* Bersambung *

Mohon dukungannya pada novelku yang lainnya 😊😊😊

- Mawar berduri

- Terlempar ke dunia sang kaisar

- karena cinta

- Gairah liar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!