Mario mengeluarkan sebuah kerang dari saku jaketnya, “Jari Lucifer merah?” ucap Eno dan Ela saat melihat apa yang Mario pegang.
“Dari mana kamu mendapatkannya?” mereka langsung memberondong Mario.
Jari Luciefer merah adalah kerang langka yang tersembunyi di tempat tertentu dan sangat sulit untuk mendapatkan bagi manusia kecuali para dewa laut. Seolah pikiran Eno dan Ela menyatu, mereka langsung menatap Mario.
“Setelah mengantar Medusa, seseorang datang mengendarai naga laut. Dia memberikan ini untuk anak-anak supaya keturuna Perseus tidak menemukan kalian.”
“Poseidon?” ucap Eno dan Ela serentak lalu diangguki Mario.
“Dia mengatakan ini sebagai penebusan dosanya pada Medusa.” Lirih Mario.
Eno dan Ela menuangkan cairan lendir dari dalam kerang ke dalam mulut anak-anak Mario satu persatu. “Keturunan Perseus tidak akan berhenti memburu keturunan Medusa atas perintah Athena.” Ucap Eno.
Tubuh anak-anak Mario seketika mengeluarkan cahaya merah sesaat lalu hilang di dalam tubuh masing-masing. “Hati-hatilah kalian! Terutama Seuze. Dia adalah keturunan Perseus dan sangat berambisi mengambil jiwa Medusa. Jika mereka tahu kalian anak-anak Medusa maka jiwa kalian juga akan dimusnahkan olehnya.” Anak-anak Mario mengangguk.
“Baik, Paman. Kami akan mengingat pesan Paman. Tapi kami ingin bertemu Ibu. Bagaimana keadaan Ibu, Ayah?” tanya Althea tidak sabar.
Mario menghela nafasnya, “Seperti yang Paman ceritakan. Ibu butuh waktu untuk menyembuhkan tenaganya dan nanti dia akan menemui kita kalau sudah sembuh.”
“Bagaimana dengan dendamnya? Tadi Bibi Ela mengatakan kalau Ibu punya dendam. Bagaimana kalau kami saja yang membalasnya untuk Ibu?”
Mario menatap Eno dan Ela bergantian, “Ibu pasti tidak mengizinkannya. Hanya Ibu yang tahu dendam seperti apa yang ingin diberikan untuk mereka. Kalian fokus saja terhadap apa yang dibilang oleh Paman, Bibi, Nenek, Kakek, Paman Diki dan Bibi Dessy. Mereka menyayangi kalian seperti Ayah tapi katakan pada Ayah jika kalian tidak suka atau tidak mau melakukan apa yang mereka minta ya! Ayah tidak mau kalian tertekan dan terpaksa melakukannya.” kelimanya memeluk Mario penuh sayang.
Sejak memiliki anak dalam waktu sekejab jika diukur oleh waktu alam manusia, Mario telah banyak berubah. Rasa cintanya pada Medusa berwujud Bulan membuatnya sangat bahagia melewati hari-hari di alam lain hingga anak-anaknya tumbuh besar.
Tok…tok…
“Tuan, waktunya makan malam!” ucap salah satu pelayan.
“Ayo!” ajak Mario.
Saat sampai di bawah, Mario terkejut melihat meja makan telah berganti dari sebelumnya. Sejurus kemudian ia tersenyum melihat orang tuanya begitu bahagia dengan kedatangan anak-anaknya.
“Duduklah sayang, kita akan makan bersama.” ucap Nyonya Laras.
“Duduklah, aku akan mengambil foto kita.” Ucap Diki. Suasana makan malam di mansion Mario terlihat sangat berbeda. Orang tua Mario terutama Nyonya Laras melayani sendiri para cucu-cucunya.
“Ma, mereka tidak makan makanan laut.” Ucap Mario membuat semua orang terkejut. Sendok cumi yang tadinya hendak di taruh di dalam piring Plato diletakkan kembali ke tempat asal.
“Kalian alergi seafood?” kelimanya kompak melihat sang ayah.
“Mereka tidak tahu alergi, Ma. Tapi mereka memang tidak bisa makan seafood.” Ucap Mario membuat Nyonya Laras mendesah pelan.
“Besok mereka akan belajar. Mama akan menelepon beberapa guru untuk mereka.”
Ketika mereka makan dengan lahap, semua keluarga Mario terperangah tak terkecuali para pelayan. Mario melirik mereka dengan seutas senyum. Bagaimana tidak menganga mulut Nyonya Laras jika cucu-cucunya makan seperti orang kesurupan.
“Sepertinya makanan ini enak sekali. Kasihan sekali cucu kita, Pa. Selama ini mereka pasti kurang makan.” Keluh Nyonya Laras pada suaminya.
“Tidak mungkin, Ma. Kalau mereka kurang makan tidak mungkin tubuh mereka sebagus itu. Aku saja kalah sama mereka.” Protes Dessy, adik dari Mario.
Setelah makan malam, Tuan Riko memanggil putranya ke ruang kerja sementara Nyonya Laras memilih duduk di depan TV bersama para cucu. “Orion, kita foto yok!” ajak Dessy tiba-tiba menarik keponakan gantengnya lalu mereka berswafoto bersama. Orion yang tidak mengerti hanya menurut saja apa pun yang diminta Dessy.
“Fotoin Mama juga. Mama mau pamer sama teman-teman arisan.”
“Mama gak malu?”
“Kenapa harus malu? Persetan dengan mulut nyinyir, Mama bangga punya cucu banyak, cantik dan tampan.” Diki mengambil foto ibunya bersama para keponakan lalu sang ibu langsung membuat pengumuman di grup arisan.
Eno dan Ela yang melihat pemandangan itu hanya bisa menghela nafas masing-masing sampai Diki mendekati Ela lalu mengajaknya berfoto. Ela yang sudah berusia ratusan tahun itu pun tidak luput dari kekaguman seorang Diki. Bagaimana tidak kagum jika ada wanita cantik, muda dan yang pasti Diki menyukainya. Sejak pertama melihat Ela, Diki sudah berpikir ke arah lain. Apalagi pakaian yang digunakan Ela selalu cocok untuk kulit putih dan tubuh proporsionalnya.
Dessy sendiri mengagumi Eno tapi Dessy terlalu malu untuk mendekati pria tampan itu. Sementara Eno tidak memiliki perasaan apa-apa karena ia sudah terlalu tua untuk memikirkan perasaan pada wanita sejenis manusia. Eno hanya ramah pada keponakannya selebihnya ia memilih diam, datar dan dingin.
Nyonya Laras menjelaskan semua gambar yang tampil di televisi pada cucu-cucunya sampai sesuatu di atas mansion membuat Eno, Ela dan anak-anak Mario saling melirik.
“Permisi, kami ke kamar dulu!” ucap Eno lalu Ela ikut menyusul di belakangnya. Setelah mengunci pintu kamar, Ela dan Eno duduk lalu pintu portal pun terbuka.
Seuze tersenyum sinis menatap Eno dalam wujud aslinya. “Ada apa lagi kau kemari?” tanya Eno ketus.
“Aku mencari keturunan Medusa! Di mana kalian meyembunyikannya?” Sudah Eno duga jika Seuze pasti akan mengetahui tentang keturunan Medusa.
“Poseidon mengambil kerang Jari Lucifer merah dari dasar laut. Naga laut sudah mengatakan semuanya. Tunjukkan padaku di mana keturunan Medusa? Di mana kalian menyembunyikan Medusa dan anak-anaknya?”
Eno tertawa, “Tanyakan saja pada Ayahmu! Jangan ganggu kehidupan manusia jika tidak mau kehidupan kalian diganggu oleh mereka.”
Giliran Seuze tersenyum sinis, “Memangnya apa yang bisa mereka lakukan pada para dewa?”
“Jangan meremehkan mereka. Kau terlalu muda untuk mengusuri jiwa Medusa. Kembali pada Ayahmu lalu belajar lagi padanya!” Seuze marah, ia langsung menyerang Eno di dalam portal.
Bruar…
Sebuah sinar menghantam Seuze, pemuda itu terpaku ditempat sambil memegang dadanya. Ela sang pelaku. Dua melawan satu membuat Seuze kalah apalagi dari segi umur, dia terlalu muda untuk melawan Gorgon yang sudah berumur ratusan ribu tahun.
Setelag Eno dan Gorgon menghilang, Seuze kembali ke istana Perseus. Dia akan menjalankan rencana selanjutnya untuk menangkap Medusa dan keturunannya. Menjelang tengah malam, suara-suara aneh di samping rumah membuat mata anak-anak Mario terbangun. Mereka sangat sensitif dengan makhluk selain manusia. Kelimanya serentak bangun dan keluar dari kamar masing-masing.
“Pergi kamu, jangan mengganggu di sini!” bentak Altair.
Makhluk hitam penunggu pohon besar yang sengaja dilestarikan oleh Nyonya Laras saat membeli tanah itu pun turun dari peraduannya.
“Kalian bisa melihatku?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Aida Fitriah
seru seru seru suka suka suka banget sama cerita'a kak zur😍😍😍😍😍
2023-03-24
1