Breaking News…
“Seorang pria yang diketahui bernama Robert Storm tiba-tiba membuat geger seisi bandara dengan melakukan aksi memalukan dengan memperlihatkan alat kelaminnya di depan umum. Banyak pengunjung wanita yang menjerit saat melihat aksi CEO dari ST Company itu. Sebuah perusahaan besar di Autralia.”
Gelas di tangan Don terjatuh sementara orang tuanya membeku di tempat. “Pa, itu-“ Mama dari Don tidak mampu melanjutkan ucapannya saat melihat berita memalukan itu.
Dalam sekejab, saham ST Company anjlok dan para investor beramai-ramai menarik investasi mereka. Ponsel Don terus berdering, teman-temannya menelpon.
“Kau sudah lih-“
“Sudah! Apa ini ulah monster itu?” tanya Don pada Tora yang sama paniknya dengan Don.
“Aku makin takut dan kau tahu, orang tuaku akan mengumumkan penggantiku satu jam kemudian untuk menghindari peristiwa yang menimpa Robert.” Don terkejut lalu menatap orang tuanya. Benar saja, ayahnya sudah menyiapkan dokumen dan entah kapan sampainya. Pengacara keluarga mereka juga sudah hadir di sana.
“Ayahku sudah menyiapkan dokumen dan sebentar lagi aku akan miskin sepertimu.”
Don harus mengakhiri teleponnya karena pengacara dan orang tuanya sudah tidak sabar menunggu. Tanpa protes, Don menandatangani semua berkas yang disodorkan. Riwayatnya sudah tamat, ia tidak memikirkan apa-apa lagi. Apa yang terjadi pada Robert sudah menyadarkannya bahwa semua yang dimiliki akan hancur dalam sekejab saat Monster itu bertindak.
Ting…
“Aku miskin!”
“Sama!”
“Siapa yang mau menampungku?”
“Berhenti bergurau. Bagaimana keadaan Robert?” tanya Alex.
“Kabar terkini, dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa karena keluarganya mengatakan jika Robert mengalami gangguan jiwa belakang ini.” Lagi-lagi William yang memberikan informasi.
“Apa kita akan menjenguknya?” tanya Don.
“Bagaimana dengan rencana kita ke pulau Lukok? Siapa tahu kepergian kita ke sana bisa menyembuhkan Robert.”
“Aku tidak yakin dia gila. Kamu tahu kalau aku pernah tinggal bersama Monster itu, kan? Dia pernah menghipnotisku dan membuatku melakukan semua yang dia mau. Aku yakin Robert mengalami hal serupa.” Penjelasan Don dikirim kembali ke orang tua Robert oleh William.
Dua jam kemudian, William kembali memberikan info yang mengejutkan untuk mereka. “Robert sudah dikeluarkan dari rumah sakit jiwa. Dokter tidak menemukan adanya gangguan kejiwaan setelah melakukan berbagai tes dan setelah membaca pernyataan Don tadi, orang tua Robert semakin yakin jika Robert memang tidak gila.” Ujar William.
“Bagus. Kapan kita akan melihatnya?”
“Tidak perlu. Aku akan datang ke sana dan kita akan mendatangi Pulau Lukok.” Robert membalas pesan di grup. Teman-temannya kompak tertawa senang.
“Kamu bertemu dengannya, Rob?” tanya Don.
“Aku tidak ingat. Satu-satunya wanita yang aku ladeni adalah pramugari di pesawat saat dia menawariku minuman. Setelah itu aku tidak ingat lagi.”
“Fix, itu dia!” ucap Don.
“Sekarang aku sangat malu tapi aku akan tetap mendatangimu, Don.” Tulis Robert lagi.
“Apa alat vitalmu baik-baik saja?”
“Ya sejauh ini tidak ada yang terjadi.”
“Sama sepertiku. Dia menghipnotisku tapi alat vitalku baik-baik saja.” Balas Don.”
Saat Don, Tora dan Roy memilih ke Pulau Lukok. William, Robert dan Alex memilih ke Yunani. Bukan tidak percaya dengan ujaran Don tapi keyakinan mereka lebih cendrung dengan ide William ke Yunani. Mereka terbagi menjadi dua kubu. Don memimpin ekspedisi menuju Pulau Lukok. Sesampainya di sana, mereka langsung meminta bantuan seorang pemandu wisata untuk mengantar mereka ke Gua Hitam. Ternyata, tanpa mereka ketahui. Ada rencana lain yang disusun oleh orang tua ketiganya termasuk orang tua Mario. Mereka meminta pasukan khusus untuk menjaga mereka sementara tugas para dukun adalah membunuh Bulan dan mengembalikan Mario selama di Gua Hitam.
Roy, Don dan Tora memasuki gua selangkah demi selangkah. Sejujurnya mereka sangat takut tapi kaki mereka terus melangkah hingga tiba di titik tempat mereka melakukan perkosaan keji terhadap Bulan. Mereka duduk di sana menunggu kedatangan Bulan. “Datanglah! Kami sudah di sini. Jika kamu ingin membalaskan dendammu maka kami sudah di sini. Datanglah dan bunuh kami!” teriak Tora frustasi.
Matahari mulai tenggelam di ufuk timur. Tepat di tengah malam, suara long-longan anjing saling bersahutan dan lebih kencang dari biasanya. Bahkan beberapa dari pemilik anjing ikut panik karena tidak biasanya anjing-anjing mereka menggonggong. Caya bulan purnama begitu terang tapi tidak di dalam gua. Selain lampu minya yang dipasang oleh dinas pariwisata selebihnya hanya cahaya bulan yang masuk melalui lobang-lobang akar pohon tua.
Ketiga pria itu mulai mengantuk. “Aku ingin mati sambil tidur saja,” ucap Don. Pria itu menyerah begitu cepat sementara dua temannya masih berharap pengampunan dari Bulan, gadis titisan Medusa. Anjing semakin melong-long keras lalu angin disekitar gue mulai bertiup hingga berdirilah Bulan dengan rambut ular di sana.
Don, Tora dan Roy mematung. Bulan tersenyum menyeringai. “Uh, kalian sudah siap mati rupanya? Kenapa baru sekarang kalian datang?” tanya Bulan menatap satu persatu pria yang tengah menunduk itu.
Ular-ular di kepala Bulan bergerak lincah seakan ingin mematuk mereka. Lutut ketiganya melemah hingga mereka langsung bersujud di depan Bulan.
“Ampuni kami. Kami telah berbuat dosa padamu.” Ucap Don.
Bulan menyeringai menatap tiga pria yang tengah bersujud padanya. “Mencabut nyawa kalian itu mudah bagiku tapi aku ingin melihat kalian menderita terlebih dahulu. Kalian tidak akan mati tanpa persetujuanku.”
Mendengar ucapan Bulan, Don langsung mengambil pisau di balik celananya lalu memotong kepala Bulan secepat kilat tapi sayang usaha Don sia-sia. Pisaunya memang tajam tapi tidak semua pisau mampu menembus kulitnya. Bulan marah lalu seekor ular langsung mematuk sebelah matanya hingga pria itu berteriak kesakitan. Don menutup sebelah tangannya yang mengeluarkan banyak darah.
Roy dan Tora kembali bersujud, tubuh mereka gemetar. “Trik apa lagi yang kalian punya? Tunjukkan sebelum aku membalas dengan caraku!”
Sebelah tangan Bulan terangkat hendak menyerang Roy dan Tora tapi sayangnya sebuah busur panah bermata emas menancap di dadanya membuat Bulan mengerang kesakitan. Lalu beberapa orang masuk membawa sebuah cermin dan menodongkan ke arah Bulan. Mereka juga memakai kacamata membuat Bulan tidak bisa mempengaruhi mereka. Entah apa yang ada diujung panah itu hingga tubuh Bulan terasa lemah dan ular-ular di kepalanya ikut melemah. Lalu seseorang datang membawa peti dengan balutan kaca di dalamnya. Bulan dimasukkan dalam peti berlapis kaca lalu diangkut keluar dari gua. Semua terjadi begitu cepat lalu mereka juga membawa Don keluar dari sana menuju helikopter yang sudah menunggu mereka.
Dalam waktu sejam itu, Bulan berhasil dibekuk dan Don cs akhirnya dibawa kelaur dari pulau menggunakan helikopter. Don langsung dibawa ke rumah sakit dan setelah dua jam di meja operasi. Dokter mengabarkan jika mata Don tidak bisa diselamatkan. Don harus puas menjalani hidup dengan satu mata.
Sementara di alam lain, Mario yang tengah menyaksikan anak-anaknya bermain tiba-tiba gelisah. “Ayah, kemana ibu?” Dua saudara Medusa muncul di dekat Mario lalu membisikkan sesuatu kepadanya.
“Ayo!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ersa
laahh si alam lain Mario dah pya anak
2023-10-03
0
Kustri
walah mario malah hidup di alam sebelah ampe pnya anak😄😄😄
2023-05-28
0