Yunani…
Alex, Robert dan William kini berada di sebuah rumah kuno yang ada di ujung barat Yunani. Di depan mereka ada seorang pria muda yang dipercaya oleh orang sekitar sebagai keturunan terakhir dari Perseus, putra dari Zeus. Warna mata pria itu berwarna merah keemasan dengan rambut pirang sebahu. Konon menurut warga sekitar, pria itu tidak pernah tua dan di malam-malam tertentu, ada semacam cahaya yang memasuki rumahnya tengah malam. Para tetua di sana percaya jika Perseus dan Zeus yang datang ke rumah pemuda bernama Seuze.
William telah menceritakan semua tentang Bulan serta kejadian yang menimpa mereka kepada Seuze.
Dreet…
Ponsel William bergetar, sebuah foto yang dikirim oleh Tora beserta keterangan di bawahnya membuat William syok.
“Ada apa?” Alex dan Robert panik. Mereka sudah menduga hal buruk akan terjadi pada Don cs di Pulau Lukok.
“Kau lihat, tiga teman kami telah celaka. Tolong bantu kami!” Alex memohon ada Seuze.
William menggeleng, “Kau salah, Lex. Mereka tidak mati. Mereka berhasil.” Ujar William lalu menyerahkan ponselnya ke tangan Alex. Robert ikut melihat dan wajah mereka seketika cerah bahagia.
“Boleh aku melihatnya?” Seuze bersuara. Mereka langsung menganggu lalu menyerahkan ponsel William ke tangan pemuda itu.
Mata Seuze melebar sempurna, “Medusa!” lirihnya.
Ketiga pria itu saling melirik. Foto yang dikirim oleh Tora adalah foto Bulan yang dikurung di dalam ruangan kaca. Tubuhnya terbaring lemah dengan busur panah yang masih menancap di dada. Seuze menatap para pria di depannya, “Bolehkan aku melihatnya?” William tersenyum melirik ke arah teman-temannya.
“Tentu. Bersiaplah! Kita akan berangkat sekarang juga.”
Perjalanan membawa Seuze tidaklah mudah karena pemuda itu tidak punya identitas. Hingga William harus merogoh uang lebih untuk bisa membawa Seuze ke Indonesia. Hilang sudah ketakutan yang selama ini menyelimuti William cs.
Di Indonesia…
Don sudah sadar. Kondisinya sangat baik dan saat ini ia tengah dikunjungi oleh teman-temannya. Di dalam sana juga ada para orang tua termasuk orang tua Mario.
“Bagaimana keadaan Mario? Kenapa dia tidak kembali juga?” ibu dari Mario berkeluh kesah.
“Tenang, Tante. William dalam perjalan ke sini. Dia membawa seseorang yang mungkin tahu di mana Mario berada.” Secercah harapan menyelimuti orang tua Mario setelah mendengar perkataan Tora.
Sebuah tempat yang jauh dari Pulau Lukok, Mario keluar dari dinding tebing bersama lima anaknya dan dua saudara dari Medusa. Percintaannya dengan Medusa melahirkan lima anak di antaranya tiga laki-laki dan dua perempuan. Semua anak Mario merupakan anak setengah manusia tapi wujud mereka utuh sebagai manusia. Hanya ilmu yang mereka miliki yang menjadikan mereka istimewa di antara manusia lainnya. Kelima anak Mario diberi nama Plato, Orion, Altair, Acasha dan yang terakhir Althea. Dua saudara Medusa juga ikut bersama Mario, Stheno dan Euriale sudah berubah wujud menjadi manusia. Mereka menjelma menjadi laki-laki dan perempuan.
Saat ini, mereka berada di tengah hutan belantara serta laut yang mengelilingi pulau. Mereka mendirikan rumah dan menebang sedikit hutan untuk menjadikannya halaman. Pulau tidak berpenghuni itu menjadi tempat Mario mengajarkan banyak hal pada ipar dan anak-anaknya sebelum membawa mereka ke kota. Dia juga memerlukan beberapa rencana dan alasan yang membuat anak-anaknya dapat diterima dalam keluarga besar mereka.
“Anak-anakmu sangat istimewa. Apa kehidupanmu di kota mampu melindungi mereka?” Tanya Stheno dalam wujud laki-laki. Sementara saudaranya, Euriale berubah menjadi wanita. Berkat ajaran Mario, anak-anaknya memanggil mereka dengan panggilan Paman Eno dan Bibi Ela.
Ela mengurus anak-anak perempuan sementara Eno mengajarkan mereka untuk mengendalikan kemampuan yang mereka miliki. Mario dan Medusa sudah menceritakan bagaimana kehidupan di dunia manusia. Saudara dari Medusa juga pernah pergi ke alam manusia sekali untuk mencari di mana darah Medusa itu terjatuh. Tapi mereka tidak berhasil menemukannya hingga memutuskan untuk kembali ke alam mereka sampai akhirnya Medusa kembali dengan membawa seorang manusia bernama Mario.
Enam bulan waktu yang diperlukan oleh Mario untuk mempersiapkan anak-anaknya menghadapi dunia manusia. Mario tahu jika ia akan mengalami kesulitan dan resiko terbongkar tapi ia tetap harus membawa anak-anak itu ke rumahnya.
“Anak-anak, hari ini kita akan pulang ke rumah Ayah. Di sana, kalian akan bertemu dengan kakek dan nenek juga teman-teman Ayah serta keluarga besar. Jadi, jaga sikap dan jaga ucapan kalian seperti yang Ayah ajarkan. Jika kalian ingin segera menemukan Ibu maka kalian harus hati-hati dalam bicara. Ingat, tidak boleh menggunakan kekuatan jika tidak sangat terpaksa. Kalian mengerti?”
“Mengerti, Ayah!” mereka mengangguk serentak.
“Siapa yang lahir lebih dulu?” tanya Mario ingin mengetes anak-anaknya sebelum pergi meninggalkan pulau.
Plato mengangkat tangan lalu disusul Orion kemudian Altair, Acasha dan yang terakhir Althea. “Ingat, harus tanya dulu sama Paman dan Bibi kalau mau berbuat apa-apa, ya?” mereka kembali mengangguk.
Sebelum membawa anak-anaknya, Mario sudah lebih dulu pergi ke kota untuk mencari pakaian dan uang. Stheno membawa Mario tengah malam dengan mengendarai paus biru di tengah malam. Mario tidak punya uang sama sekali, ia masih memakai pakaian yang sama waktu itu. Sesampainya di kampung nelayan, Mario duduk di salah satu pondok yang ada di tambak udang. Mario harus menunggu pagi tiba untuk meminta bantuan orang-orang. Stheno sendiri sudah kembali ke pulau.
“Mas, Mas, sampean siapa? Kok tidur di sini?” suara orang membangunkan Mario dari tidurnya. Mario bangkit lalu mengangguk pelan seraya tersenyum.
“Maaf, Pak. Saya butuh pertolongan untuk menghubungi keluarga saya. Tapi ponsel dan dompet saya hilang. Apa boleh saya meminjam ponsel Bapak sebentar? Nanti saya ganti pulsanya.” Pria penjaga tambak itu menatap Mario dari ujung kepala sampai kaki lalu mengangguk kecil. Pria itu tidak serta merta memberikan ponselnya, ia lebih dulu memanggil beberapa temannya lalu mereka mengelilingi Mario dengan tatapan menyelidik.
Pria penjaga tambak tadi mengeluarkan ponselnya yang membuat Mario tersenyum geli dalam hati. Bagaimana tidak, ponsel yang dijaga sepenuh hati itu rupanya ponsel yang sudah berhenti diproduksi alias ponsel jadul. Mario tidak ingin membuang waktu, ia langsung menekan beberapa angka di sana.
Ting…
“Hallo, Regar!” ucap Mario membuat pria bernama Regar itu terkejut.
“Bos Mario?”
“Iya! Ini aku. Jemput aku sekarang di-“ Mario menatap penjaga tambak lalu bertanya alamat tempatnya sekarang.
“Jangan katakan pada siapa pun dulu. Aku tidak ingin membuat kehebohan. Datang saja dan bawa pakaian untukku.”
Setelah menyelasaikan perintahnya, Mario mengetik sesuatu di ponsel tersebut kemudian menghapusnya lalu memberikan kembali ponsel itu ke tangan pemiliknya.
“Terima kasih, Pak.”
Para penjaga tambak mulai bubar dan mengerjakan pekerjaan masing-masing. Mario duduk di sana menatap para pekerja. Ia kembali memikirkan Bulan yang entah di mana saat ini. Rasa curiganya mengarah ke teman-temannya. Ia sangat tahu seperti apa mereka.
“Tunggu aku, Bulan!”
***
LIKE...KOMEN...MAKASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ulun Jhava
di alam ghaib waktu berjalan lbh cepat 1 hari dialam ghaib bs berbulan2 dialam nyata
2024-08-08
0
Kustri
emg udh brp lama sejak peristiwa di Gua, udh pnya anak byk, bukan'a lbh lama di dunia nyata dibanding alam gaib yaa
2023-05-28
0