Tepat tengah malam saat para warga terlelap, Mario, saudara ipar Medusa dan anak-anaknya tengah menaiki naga laut yang mengantar mereka ke dermaga. Mario meminta Eno untuk menurunkan mereka di tempat yang sunyi supaya tidak ada warga yang melihat mereka. Di balik rimbunnya tumbuhan bakau di salah satu pesisir pantai. Naga laut itu langsung menghilang setelah menurunkan tuan-tuannya.
Medusa, Stheno dan Euriela adalah keturunan dewa laut kuno yang bernama Forkis dengan adiknya Keto. Oleh sebab itu Stheno dan euriela bisa beribcara dengan penghuni laut seperti naga yang mengantar mereka tadi. Mereka menyusuri pesisir pantai sampai ke arah dermaga. Tepat saat matahari menunjukkan sinarnya, Regar sudah berada di sana bersama satu mobil lainnya. Mata Regar terkejut melebar saat melihat bosnya berjalan dengan tiga gadis cantik dan empat pria tampan. Yang membuat Regar harus mengucek matanya berkali-kali karena dua gadis cantik dan tiga pemuda tampan itu sangat mirip dengan bosnya.
Mario tertawa kecil melihat reaksi Regar termasuk salah satu sopirnya yang diminta Mario untuk membawa mobil ke dermaga semalam. “Tuan,-“ suara supir Mario tercekat karena sudah lama mereka kehilangan Mario.
“Anak-anak, kenalkan ini Paman Regar yang selalu membantu Ayah dan ini Paman Eko yang juga membantu Ayah saat bekerja. Dan ini saudara iparku, Eno dan Ela.” Mereka kompak menganggukkan kepala.
Ragar dan Eko saling melirik dengan suara tercekat, “Nanti aku jelaskan di rumah. Apa keluargaku di rumah semuanya?” anak-anak Mario menatap benda di depannya lalu melirik sang ayah. Seolah tahu apa yang akan anak-anak tanya, Mario pun bersuara. “Nanti Ayah katakan di rumah. Ayo!” Mario membuka pintu untuk anak-anaknya lalu memasang sabuk pengaman termasuk ke iparnya. Mereka terlihat kikuk dan bingung. Semua gerak-gerik mereka tidak lepas dari mata Regar yang merasa aneh.
Eno dan Ela menaiki mobil Eko sedangkan anak-anak ikut mobil Mario yang dikemudikan oleh Regar. “Fokus, Gar!” ucap Mario karena Regar kerap melihat ke belakang melalui kaca spion. Sementara anak-anak Mario memilih menatap pemandangan lewat kaca jendela.
Saat mobil melaju di jalan tol yang membalah dua bukit, Stheno melirik ke saudara di mobil Eko. Ela menggeleng ke arah Eno tapi tidak dengan mobil yang dikemudikan Regar. Anak-anak Mario mulai berbicara dengan suadara mereka sambil menunjuk ke arah bukit yang ada di depan mereka.
“Ayah, …” Plato membisikkan sesuatu ke telinga Mario membuat mata Mario terbelalak.
“Ayah, kasihan dia. Bolehkan kami membantunya?” tanya Althea dengan nada memelas.
Mario menatap dua bukit di depannya lalu menghela nafas. “Gar, apa kita bisa berhenti sebentar?”
“Bos gak lupa ingatan kan? Kita tidak boleh berhenti di jalan tol.”
“Aku tahu tapi anak-anakku mau pipis.”
Regar menggaruk kepalanya akhirnya ia menghentikan mobil di dekat kaki bukit. Plato dan saudaranya turun membuat Regar panik. “Kenapa kalian turun semua? Yang mau pipis siapa?” mereka mengangkat tangan serentak kemudian berlari meloncat pembatas jalan lalu menghilang dalam semak belukar di kaki bukit. Mobil yang dikendarai Eko ikut berhenti, Eno dan Ela langsung turun setelah meminta bantuan Eko cara untuk membuka pintu mobil.
“Kemana mereka?” tanya Eno gelisah.
Ini pertama kalinya anak-anak bertemu dengan makhluk di daratan bumi sehingga Eno dan Ela sedikit gelisah.
Sementara di dalam hutan yang ada di bukit terbelah, Plato dan saudaranya sedang berbicara dengan sesosok makhluk yang menghuni bukit. Makhluk besar bertubuh dipenuhi bulu hitam gigi taring besar serta kukunya yang tajam dan panjang.
“Hai makhluk, kamu merindukan kekasihmu, bukan? Aku akan membantumu bersatu.” Makhluk yang tadinya berpikir jika anak-anak itu akan menjadi santapannya justru terkejut saat tahu mereka ternyata dapat melihatnya.
Makhluk itu tertawa, “Siapa kalian? Tidak ada yang peduli dengan kesedihanku. Mereka yang kemari hanya ingin meminta tanpa berniat membantuku. Mereka hanya berjanji tapi tidak bisa menepati. Kalian juga sama dengan mereka. Aku lebih senang kalau kalian menyerahkan jiwa kalian secara suka rela padaku.”
Plato bersaudara tersenyum, “Ayo, aku akan membuat jalan untuk kau bertemu dengan kekasihmu di seberang pulau. Kekasihmu juga sangat merindukanmu saat ini.” Ucapan Plato membuat makhluk itu tersenyum samar lalu melihat cahaya yang keluar dari tangan Plato. Cahaya yang membentang seperti jembatan membuat si makhluk terkejut begitu juga dengan kekasihnya yang ada di sana.
“Mulai sekarang kamu tidak memerlukan jiwa manusia lagi. Jalanmu sudah tersedia dan kamu bisa menemui kekasihmu kapanpun.” Ucap Plato diiringi senyum dari sadara-saudaranya.
“Ayo, Bibi Ela sudah memanggil.” Ajak Plato lalu ia merubah warna matanya kembali sambil berlari keluar dari hutan.
“Sudah pipisnya?” tanya Mario. Mereka kompak mengangguk lalu menatap paman dan bibinya dengan senyuman penuh arti. Mata kedua saudara Medusa mampu menembus bukit hingga tahu apa yang sudah dilakukan keponakannya.
Mobil kembali melaju hingga saat di kilometer 50 di mana sering terjadi kecelakaan dan saat mereka melintas juga baru terjadi kecelakaan hingga mobil terpaksa melambat. Tababrakan beruntun antara mobil pribadi dan sebuah bus menelan banyak korban jiwa. Kemacetan tidak dapat dihindari hingga Regar harus menghentikan mobilnya.
“Ayah,” Mario langsung paham. Anak-anak itu langsung turun bersama Mario. Polisi sudah menahan supaya tidak ada yang mendekat hingga Mario pun tidak bisa melanjutkan langkahnya membawa anak-anak yang ingin melihat korban yang sudah tergeletak menunggu ambulans.
Lagi-lagi Plato melirik saudaranya lalu melirik paman dan bibinya yang ikut turun menyusul mereka. Altair mengangkat jarinya lalu waktu seakan berhenti hingga hingga Althea dan saudaranya langsung menyembuhkan korban yang masih bisa disembuhkan. Paman dan bibinya langsung menahan tangan Althea yang ingin mengembalikan nyawa salah satu korban yang arwahnya masih berada di samping jasad tersebut.
“Thea!” panggil Eno lalu menggelengkan kepala.
Thea menatap arwah yang masih berdiri di sana dengan tatapan sendu. “Tolong sampaikan permintaan terakhirku!” permintaan si arwah pada Thea.
“Permintaan apa dan bagaimana caraku menyampaikannya?”
“Ayah!” dalam sekejab Mario tersadar seorang diri dari pengaruh kemampuan Altair. “Arwah ini minta aku menyampaikan pesan terakhirnya. Aku tidak tahu caranya, Ayah.” Keluh Thea.
Mario berpikir sejenak kemudian berlari ke mobil. Ia mencari buku notes yang biasa di simpan di mobil. Setelah mendapat buku tersebut, Mario kembali berlari lalu menulis permintaan si arwah kemudian memasukkan ke dalam dompet si arwah. “Sudah!” ucap Thea lalu arwah itu pun pergi melayang.
Plato melihat sekelabat bayangan hitam tidak jauh dari sana. Mata keduanya bertemu, bayangan hitam itu langsung kabur tapi sayangnya ia kalah cepat dengan Plato. Mata pemuda itu telah berubah seperti warna asli berupa mereh bercampur hitam.
“Siapa kamu?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Maklumlah baru keluar dr dimensi lain 😁
2024-06-04
0
Aida Fitriah
keren keren keren pake banget kak zur jalan cerita'a. suka suka suka😍😍😍😍😍😍😍😍mudah"an mario bulan & ke5 anak'a bisa bersatu lagi & bahagia😚😚😚😚
2023-03-22
0