“Ini sebagai penebusan dosaku pada Medusa. Keturunan Medusa akan selalu diincar oleh Athena dan Perseus. Berikan ini pada anak-anak Medusa maka keturunan Peruseus tidak akan menumukannya.”
Pesan Posaiden terus terngiang di kepala Mario. Saat ini Mario tengah melajukan mobilnya menuju gedung tempat Medusa dikurung. Dia tidak menyangka jika dalam hidupnya akan bertemu dengan tokoh dalam mitos Yunani yang selama ini ia tonton di film-film. Mario menunggu Stheno di lantai bawah sementara di lantai atas sedang terjadi perkelahian sengit antara Seuze dan Stheno.
“Menyerahlah anak muda karena usiaku lebih tua darimu!” ucap Stheno.
Seuze tersenyum sinis, “Aku keturuan Seuz tidak akan menyerah dengan mudah walaupun pada orang tua sepertimu.” Mereka kembali bertempur dengan kekuatan masing-masing di alam lain sementara para penjaga masih menghancurkan gedung membuat alarm keamaan berbunyi dan menyebabkan ponsel orang tua Don, Mario, Tora dan Roy berbunyi. Para sahabat Mario yang lain juga langsung sigap. Mereka mengecek CCTV yang terhubung ke ponsel masing-masing dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Mario melepaskan Medusa dari kurungan.
Dering ponsel dini hari membuat orang tua Mario yang sedang terlelap karena bahagia seketika menggerutu kesal.
“Siapa sih, Ma?” protes sang suami.
“Papa juga siapa yang telepon tengah malam begini?” Nyonya Laras juga tidak mau kalah.
Mereka saling menatap satu sama lain setelah melihat siapa yang menelepon.
“Hallo,-“
“Gawat-“ ponsel di tangan Nyonya Laras jatuh sementara sang suami terdiam beberapa saat. “Mario memang kembali semalam dan kami yakin kalau dia tidak sedang dipengaruhi oleh monster itu.” Malam itu, suasana tenang berganti kegelisahan dan kecemasan karena Bulan hilang dan si penolong Bulan justru Mario. Orang yang selama ini menghilang. Keesokan harinya, semua teman-teman Mario sudah berkumpul di mansion Mario. Sementara subjek yang mereka tunggu sampai sekarang belum kembali.
Semua mata menatap tak berkedip pada lima pemuda-pemudi dan seorang wanita cantik di samping kelimanya. “Mirip sekali dengan Mario, bukan?” tanya Nyonya Laras yang sedang memamerkan cucunya penuh rasa bangga.
Mereka mengangguk tanpa menoleh ke arah Nyonya Laras. “Kenapa Mario tidak pernah bercerita selama ini?” celutuk Tora yang berteman dengan Mario dari SMA tapi saat itu hubungannya tidak terlalu dekat karena Tora baru pindah ke sekolah Mario saat kelas dua.
“Tanyakan itu langsung padanya karena kami juga heran kenapa dia bisa menyimpan rahasia serapi ini belasan tahun.” Keluh Nyonya Laras.
“Dia cantik sekali,” bisik Don pada Roy.
“Dia tidak akan mau pada pria tua sepertimu. Mario juga tidak akan membiarkan kita mendekati putrinya.” Ucap Tora yang mendengar bisikan Don.
Perkelahian Stheno dan Seuze berhenti saat Perseus datang. “Kembalilah ke tempatmu, Stheno!” ucap Perseus.
Stheno menatap sinis pada ayah dan anak di depannya, “Jangan dekati keturunan Gorgon!”
Stheno keluar dari pintu portal lalu terjun langsung ke bawah gedung membuat Mario terkejut. “Hei jangan lakukan itu. Aku tidak mau ada berita aneh tentangmu besok di koran dan TV.” Protes Mario.
“Maaf. Aku akan lebih berhati-hati.”
Mobil Mario melaju kencang memecah kemacetan jalan hingga ia terkejut melihat deretan mobil di depan mansionnya. “Ada apa ini?” gumam Mario lalu turun dari mobilnya.
Semua orang terbangun dari duduknya saat melihat Mario datang bersama seorang pria tampan. Hanya anak-anak dan orang tua Mario yang masih duduk di tempat mereka sambil tersenyum. William, Alex, Roy, Tora, Don dan Robert berjalan mendekati Mario lalu memeluknya erat.
“Bro, kamu membuat kita cemas.” Ucap Don.
“Bagaimana dengan matamu?” tanya Mario.
“Tidak bisa diobati. Aku harus terima nasib menjadi seorang bajak laut.” Ucap Don disambut kekehan dari teman-temannya yang lain.
“Bro, kenalkan istrimu pada kami!” ucap Tora.
Semua teman-teman Mario mengangguk, “Aku mau sama iparmu saja. Dia juga sangat cantik.” Ucap Robert melirik Bibi Ela.
“Sampai kapan kalian mau bisik-bisik di sana?” ucapan Nyonya Laras membuat Mario cs terkekeh. Mario memeluk orang tua Richard, Bran dan Gaston yang ikut hadir. Mario tahu apa yang akan ia hadapi setelah ini.
“Ela, ajak anak-anak ke taman belakang. Eno, istirahatlah!” setelah kepergian mereka, Mario kembali ke mode tegas.
“Kenapa kamu melepas monster itu?” pertanyaan itu keluar dari mulut ibu mendiang Richard.
Mario menggeleng pelan, “Ada apa ini? Kenapa rencana kita jadi berantakan dan ke mana Sueze? Bukannya dia pernah bilang kalau dia sendiri yang akan mengambil jiwa monster itu?”
Mereka terus mencerca Mario dengan pertanyaan yang sulit untuk Mario jawab jika tidak memberikan alasan yang masuk akal. “Aku tidak tahu kenapa sampai bisa membebaskannya. Yang aku tahu saat itu aku ingin melihatnya lalu aku tidak ingat lagi. Padahal malam itu aku hanya minum sedikit.” Mario bahkan mencari surat hasil uji kadar alkohol dari tubuhnya yang dilakukan sesaat lalu. Sebagai pembisnis, Mario sangat cermat dalam segala hal termasuk menutupi perbuatannya pada keluarga besar serta para sahabat yang saat ini menatapnya penuh keraguan.
“Ehm, bagaimana dengan penyakitmu? Apa karena itu kau pergi diam-diam menemui ibu dari anak-anakmu? Apa karena kau takut tidak akan mendapatkan keturunan lagi?”
Gleg…
Kini semua mata seakan mengkuliti dirinya, ia seperti tersangka di ruangan sidang. “Penyakit apa maksudmu, Don? Mario, kamu sakit?” Nyonya Laras seketika panik menatap sang putra.
Mario mendesah pelan melirik Don sekilas, “Dia terkena pengaruh monster itu, Ma. Alat vitalnya tidak berfungsi lagi.”
“Don-“ sela Mario kesal.
“Mario, apa benar yang Don katakan? Jelaskan semua pada Mama!” Nyonya Laras tidak sabar mendengar penjelasan putranya. Mau tidak mau Mario pun menceritakan kondisinya di depan semua orang.
“Mama harus berterima kasih pada wanita itu. Jika wanita itu menggugurkan kandungannya sudah pasti kamu tidak akan memiliki keturunan sekarang. Tidak apa-apa kalau senjatamu tidak berfungsi lagi. Yang penting kamu punya keturunan sekarang. Bahkan jumlah anak-anakmu terlalu banyak untuk mereka yang yang normal.” Semua terperangah tak terkecuali.
Di dalam kamar, Ela dan Eno sedang membicarakan tentang kondisi Medusa di depan anak-anak. “Paman, Bibi, bagaimana kalau kita pergi menemui Ibu?” tanya si bungsu Althea.
“Tidak sekarang! Ibu kalian sedang menyembuhkan tenaganya. Nanti dia akan ke sini untuk melanjutkan balas dendamnya.” Ucapan Bibi Ela membuatnya harus menutup mulut segera tapi sayang, kata-katanya sudah terlanjur keluar.
“Bibi, bisa jelaskan pada kami!” Plato si sulung bersuara.
“Kita tunggu ayahmu!” Paman Eno menengahi.
Sesaat kemudian, Mario masuk ke kamar Eno di mana anak-anak sedang berkumpul. “Ayah, bagaimana keadaan Ibu?” tanya mereka serentak membuat Mario langsung meletakkan jarinya telunjuknya di bibir.
“Ada yang harus Ayah katakan pada kalian!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Lupa dia tuh. Dia kira lg di dimensinya.
2024-06-04
0