Suara erangan indah seolah sudah mencapai titik kepuasan membuat Mario tersenyum kecil menatap wanita tanpa busana yang tengah berbaring seksi di atas ranjangnya. Senyum indah Mario sirna begitu mencium mau busuk serta cairan nanah kental yang meleleh di alat vitalnya seperti yang dialami Richard. Mario berteriak kencang hingga mengagetkan pelayan yang tengah terlelap dan para penjaga di pos penjagaan.
Tok…tok…
“Tuan, Tuan baik-baik saja?” tanya kepala pelayan di balik pintu.
Nafas Mario seakan memburu seperti habis dikejar anjing. Berkali-kali Mario mengusap wajahnya kasar karena mimpi menakutkan itu dan selama itu pula dia selalu menatap alat vitalnya. Mario takut alat vitalnya akan berubah seperti Richard.
Ceklek…
“Aku baik-baik saja! kalian tidurlah!” Mereka tidak berani bertanya lebih lanjut.
Setelah para pelayannya bubar, Mario segera mengirim pesan di grup teman-temannya. “Wanita itu datang dalam mimpiku barusan. Aku bakal gila kalau begini.”
Tidak ada satu pun yang membalas, mereka semua tertidur nyenyak. Berbeda dengan Mario, ia tidak dapat memejamkan mata kembali setelah mimpi menakutkan yang menimpanya. Di balik jendela mansion tepat di depan mansion Mario, Bulan berdiri menatap jendela kamar Mario dengan seringai liciknya. Matanya merah menyala mendengar ular-ular di kepalanya berbicara.
“Tenanglah! Aku ingin bermain sedikit dengannya.” Bulan menjawab pertanyaan salah satu ular di kepalanya. Hanya Bulan yang paham dan dengar apa yang ular-ular itu katakan.
Keesokan harinya, Mario tersentak kaget saat mobil sport yang dikemudikan dengan kecepatan sedikit kencang itu menyerempet seorang pelari pagi di jalan komplek perumahan elit tersebut. Mario bergegas turun menghampiri pelari itu dengan perasaan panik.
“Apa kau-“
“Kau ini punya mata tidak? Jalanan ini bukan punya nenekmu. Bisa-bisanya kau balapan di area perumahan. Kalau ada anak kecil yang melintas bagaimana? Apa kau bisa mengganti anak orang yang kau tabrak, heh?” Mario menghela nafas sesaat.
Entah apa yang terjadi dengan hidupnya setelah mimpi buruk semalam. Pagi ini dia kembali sial dan hampir menabrak orang. “Maaf, aku lagi ada masalah jadi tergesa-gesa-“
“Alahhhh…alasan aja. Kamu harus ganti rugi! Semua luka dan obat serta jam kerjaku yang tertunda akibat ini. Bisa dibilang ini termasuk dalam kerugian mataril dan immateril.” Sela wanita itu tampa memberi kesempatan untuk Mario bicara.
Mario berdecak, “Apa kau seorang pengacara, Nona?”
“Iya! Kenapa? Mau protes? Sudah, ganti rugi sekarang juga sebelum kamu kutuntut!”
Mario mendesah, “Rumahmu yang mana? Aku akan mengantarmu!”
“Tidak perlu, aku ini orang miskin mana mungkin punya rumah. Sekarang bayar ganti ruginya!” Bulan mengadahkan tangan.
Bulan tidak bisa menjelma seperti makhluk lain. Dia hanya bisa menyemarkan penampilannya dengan bantuan alat rias. Andai Bulan memiliki kemampuan menyamar mungkin saat ini dendamnya sudah terbalaskan. Dari ke sepuluh orang yang memperkosanya, mungkin hanya Don yang pernah melihat Bulan lama karena dia pernah tinggal di apartment milik pria itu. Sementara yang lain hanya melihat Bulan di hari perkosaan dan sekilas di Karibia.
“Tidak ada orang miskin yang tinggal di perumahan ini kecuali pembantu.” Sahut Mario.
“Ck, aku ini memang pembantu. Masalah buatmu?” Bulan tambah melotot.
Mario mengeluarkan dompetnya lalu menghela nafas sesaat, “Nona, saat ini aku tidak membawa uang tunai. Bagaimana kalau aku berikan nomor rumahku atau sebaliknya. Nanti sore eh malam saja, aku akan ke rumahmu.” Bibir Bulan mengerucut tajam membuat wajahnya semakin cantik dan menggemaskan.
“23, itu nomer rumahku.” Kening Mario mengernyit kemudian menatap wanita di depannya. “Apa lihat-lihat? Naksir, cih! Jangan harap aku mau sama pria sepertimu. Sok bergaya dengan mobil dan dompet majikanmu. Kamu buru-buru karena mengambil dompet majikanmu yang tertinggal kan?” Kamu itu sopir, kan? Ngaku aja deh! Sesama pembantu gak perlu malu. Tapi aku jauh lebih terhormat karena aku jadi pembantu pemerintah bukan seperti kamu jadi babu pengusaha kaya lalu kamu bisa memakai semua fasilitas sesukamu. Dari caramu membawa mobil sudah terbukti kalau kamu itu cuma sopir. Lagakmu, Mas. Bikin malu nenek moyang kita saja.” Bulan selesai menggerutu kemudian pergi meninggalkan Mario yang masih melongo di tempat.
“Hei, biarkan aku mengantarmu!” Mario berteriak tanpa mengejar Bulan yang kesulitan berjalan.
Bulan mengabaikan pria itu dan tersenyum licik tanpa sepengetahuan Mario. Melihat wanita yang sudah mengatainya babu itu pergi, Mario kembali mengemudikan mobilnya. “Apa itu dia? Tapi kalau dia benar monster itu sudah pasti dia akan membunuhku tadi tapi wanita itu seperti tidak peduli. Apa memang bukan dia?”
Mario menggeleng beberapa kali untuk menepis rasa curiganya kemudian mobil itu sampai ke area parkir kantor dengan perasaan sang pengemudi yang tidak baik-baik saja. Mata Mario berselancar ria setiap kali ada karyawan wanita yang berjalan di dekatnya.
Ting…
“Kamu baik-baik saja?” Don membalas chat Mario disusul teman-teman yang lain.
“Sejauh ini, baik!”
“Sekedar info, kondisi Richard semakin parah.” Chat dari William lalu mengirim foto tubuh Richard yang mulai membusuk.
Semua teman-teman Richard termasuk Mario terkejut, “Mirip mimpiku semalam.” Tulis Mario.
“Aku takut,”
“Sama! Aku bisa gila kalau begini.”
“Alex mana? Apa dia sudah terlacak?” tanya Don.
“Mungkin dia tidur.”
“Tora mana? Ada hasil?”
“Lagi di jalan menuju target!” balas Tora.
“Ada apa ini? Target apa? Don, kamu sudah ke pulau?” tanya William.
“Aku tunggu kabar dari Tora setelah itu baru ke sana.”
“Posisi dia di ibu kota. Berarti saat ini dia disekitar kalian. Apa ada wanita mencurigakan yang kalian temui?” Alex muncul.
“Aku tadi hampir menabrak seorang pembantu wanita di area perumahanku.” Balas Mario membuat semua teman-temannya kembali melongo.
“Hati-hati!”
“Waspada!”
“Ancaman!”
“Di bukan pembantu biasa. Dia pengacara, mansionnya di depan mansionku dan aku ragu kalau itu dia.”
“Kenapa?” tanya mereka kompak.
“Kalian tidak percaya ini. Seumur hidup baru kali ini aku dikatakan babu oleh wanita. Apa aku terlihat seperti babu?”
Don mengirim stiker lucu yang menggambarkan seseorang sedang terbaha-bahak saat ini. “Aku percaya! Mungkin ada salah satu sisi wajahmu yang mirip pelayan!” ejek Tora membuat Mario mengumpat.
“Hati-hati dan tetap waspada!” Bram bergabung.
“Terus bagaimana kelanjutannya dengan wanita itu? Apa lukanya parah?” Roy bergabung.
“Karena memakai celana selutut jadi yang aku lihat lutut dan sikunya berdarah tapi dia tidak mau kubantu. Dia malah minta ganti rugi materil dan immateril padaku. Waktu aku mengatakan kalau aku tidak punya uang tunai dia semakin mengejekku dan mengataiku sedang berlagak sebagai bos pakai dompet dan mobil majikan.”
“Harga dirimu sebagai CEO terinjak-injak.”
“Betul!”
“Aku berpikir, kalau dia itu monster pasti aku sudah dibunuh saat itu juga, bukan?”
“Betul! Aku ragu kalau dia itu monster. Kalau dia monster maka dia tidak akan meminta uangmu tapi nyawamu yang akan dia ambil.”
“Setuju!”
“Lalu apa yang akan kau lakukan pada wanita itu?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments