Dari tempat masing-masing, mereka menyusun rencana untuk mendatangi Pulau Lukok dalam waktu dekat sesuai kesepakatan bersama tapi ada satu hal yang membuat mereka bingung dan sulit menemui titik temu yaitu membawa Bram dan Gaston dengan kondisi mereka yang sudah ‘terinveksi’ begitu mereka menyebutkan.
“Kita harus bilang apa pada orang tua Gaston dan Bram? Lalu kalau kabar ini sampai ke telinga orang tua Richard. Apa kalian siap membuka aib kita semua dan resiko disalahkan atas kehilangan putra mereka.” Ujar William penuh perhitungan.
“Tapi aku tidak mau kehilangan teman lagi. Cukup Richard!” tulis Alex.
“Yang dikatakan William benar. Kita tidak bisa mengambil resiko jika membawa mereka. Dan kondisi mereka makin hari makin parah seperti Richard, bukan?” tanya Roy.
Semua terdiam sampai akhirnya mereka sepakat pergi tanpa Bram dan Gaston akhir bulan ini. Tanpa sepengetahuan mereka, diam-diam Mario pergi seorang diri ke Pulau Lukok untuk mencari wanita itu. Dia akan bersujud di depan wanita itu dan Mario tahu jika saat itu nyawanya sudah tidak berarti lagi. Sebelum pergi, Mario sudah menyiapkan semua surat wasiat untuk keluarganya dan ada juga yang ia sumbangkan.
Seminggu berkutik dengan surat wasiat, besok adalah jadwalnya pergi menuju pulau Lukok. Sebelum itu, dia akan menemui seseorang yang mengganggu pikirannya belakang ini. Seseorang yang ada di seberang rumahnya.
“Saya ingin menemui Nona.”
Seperti biasa, penjaga gerbang langsung membuka pintu dan Mario langsung menuju pintu. Dalam sekali ketukan, pelayan langsung membuka pintu dan lagi-lagi membuat Mario merasa aneh. Mario duduk di sofa dan dari arah tangga, wanita yang ia tunggu turun. Wanita yang membuat Mario terpesona pada tingkah lakunya yang menjengkelkan.
“Ada apa kemari? Mau melamar pekerjaan? Sorry, gak buka lowongan.” Ketus Bulan.
Mario tertawa kecil, ia menatap wanita itu lekat seolah ini kesempatan terakhirnya. “Besok aku akan pergi dan kemungkinan ini adalah pertemuan terakhir kita. Seandainya nanti aku tidak kembali maka aku tidak akan menyesal karena sudah bertemu denganmu. Lucu sekali mengingat bagaimana kita bertemu tapi satu hal yang aneh dengan hatiku. Hatiku seakan mengarahkan padamu. Entah apa yang kurasakan karena aku merindukanmu dan selalu ingin bertemu denganmu. Sepertinya aku jatuh cinta padamu. Jangan tertawa walaupun ini kedengaran konyol untukmu.”
Mario menjeda ucapannya, dia menarik nafas dalam-dalam tapi tatapan matanya tetap tertuju pada Bulan. Bulan bisa saja menghipnotis Mario tapi ada sesuatu yang membuatnya urung melakukan itu.
“Ck, kau mau mati ya?” ucap Bulan tanpa perasaan.
Mario tertawa kecil, “Aku membuat kesalahan fatal dan kepergianku besok untuk menebus kesalahanku. Kalau nanti ada papan bunga kematianku maka aku telah pergi sesuai dengan tebakanmu. Mario bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati Bulan. Ia berjongkok, “Seumur hidup aku belum pernah bertemu dengan wanita sepertimu hingga jatuh cinta sedalam ini. Tapi mengingat kondisiku saat ini, kita tidak mungkin dapat bersatu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu.”
Lagi-lagi Mario menjeda ucapannya, “Boleh aku menciummu untuk pertama dan terakhir?” air mata Mario jatuh. Ia sangat kecewa dan merasa bersalah atas tindakan kejinya pada Bulan.
“Ck, karena kamu mau mati maka aku mengabulkan permintaan terakhirmu.” Bulan maju lalu Mario langsung menyambar bibir wanita di depannya penuh rasa. Mario meluapkan semua rasa dihatinya beberapa saat dan selama itu pula air matanya mengalir.
“Ck, sepertinya dosamu besar sekali.” Sarkas Bulan setelah Mario melepas pungutannya.
Mario kembali tersenyum sambil mengusap bibir Bulan lembut. “Dosaku tidak akan bisa ditebus dengan apa pun kecuali nyawaku. Terima kasih sudah mengabulkan permintaan terakhirku. Berbahagialah. Andai kita bertemu sebelum aku berbuat dosa mungkin kita sudah menikah dan punya anak saat ini.”
“Ck, percaya diri sekali. Siapa yang mau menikah dengan babu rasa majikan sepertimu?” Mario tertawa pelan kemudian mengecup kening Bulan sedikit lama.
“Aku pergi ya! Terima kasih.” Mario bangkit dari duduknya hendak melangkah pergi sampai sebuah pelukan dari belakang menahan langkahnya.
“Apa kau tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama denganku? Kau bilang mencintaiku tapi kau malah pergi begitu saja. Apa ciuman tadi sudah cukup buatmu?” Bulan berkata sambil memeluk Mario dari belakang.
Mario mendesah pelan sambil mengusap tangan Bulan yang melingkar di perutnya. “Jangan ragukan perasaanku tapi kondisiku tidak mengizinkanku lebih lama denganmu walaupun aku sangat ingin.”
Mario memutar tubuhnya menghadapi Bulan. Keduanya saling menatap satu sama lain lalu tanpa meminta atau menunggu, bibir keduanya kembali bertemu. Kali ini lebih dalam dan penuh gairah sampai ciuman itu turun ke leher Bulan. Mario tersentak lalu menghentikan perbuatannya.
“Maaf, aku tidak bisa melakukannya. Kamu terlalu berharga untuk pria pendosa sepertiku. Aku pergi ya!” Mario berjalan cepat menuju pintu lalu menghilang dengan mobilnya. Mario pergi, ia juga mematikan ponselnya. Mario menghilang dalam gelap malam hingga keesokan harinya ia sudah berada di atas kapal yang membawanya ke Pulau Lukok. Mario hanya membawa satu tas ransel kecil yang berisi dompet dengan sejumlah uang tunai secukupnya.
Mario pergi menjemput kematian jadi dia tidak memerlukan apa pun bahkan pakaiannya saja tidak dibawa. Sesampainya di Pulau Lukok, Mario langsung menuju hotel tempatnya menginap dulu. Ia beristirahat sebentar kemudian menyantap makan siang lalu berjalan menuju Gua Hitam tempat ia melakukan perbuatan dosa. Mario sampai di Gua Hitam menjelang magrib. Ia membawa bekal dan minuman secukupnya karena akan mau mati jadi tidak memerlukan banyak bekal.
Mario masuk ke dalam gua dengan air mata berderai. Ia bersimpuh di tanah tepat di tempat ia memperkosa Bulan. Mario meratapi semua kesalahannya di dalam sana sambil menangis hingga malam menjelang.
Di saat yang sama, teman-teman Mario sedang cemas karena ponsel Mario tiba-tiba mati dari semalam dan setelah menghubungi sekretarisnya, teman-teman Mario semakin cemas.
“Kemana dia?” tulis Don.
“Apa yang terjadi?”
“Kalian sudah menghubungi pelayan di rumahnya?” Tanya Roy.
“Sudah. Pelayannya mengatakan kalau kamarin malam Mario pergi dengan mobil dan tidak membawa koper. Hanya tas ransel kecil tapi sikapnya memang aneh. Pelayannya bilang kalau malam itu wajah Mario kelihatan sedih seperti orang putus asa.”
“Jangan-jangan dia bunuh diri.” Ucap Tora.
“Tidak mungkin! Dia tidak selemah itu.” Bela Don.
“Bisa jadi dia bunuh diri apalagi kita tidak tahu perkembangan sakitnya sudah sejauh mana.” William bersuara.
Mereka terdiam, sementara di rumahnya. Para pelayan sudah menghubungi keluarga Mario dan polisi untuk mencarinya. Berkat rekaman kamera pengawas di jalan, polisi berhasil mengetahui kemana Mario pergi. Pelayan pun menghubungi Don.
“Selama sore, Tuan. Saya ingin mengabarkan jika polisi berhasil menemukan Tuan. Saat ini Tuan Mario ada di Pulau Lukok. Sepertinya Tuan butuh liburan dan waktu untuk menyendiri.”
Don segera mengirim pesan itu ke grup, “Bro, Mario di Pulau Lukok!”
***
Ini genrenya campur antara horror dan thriller...
LIKE, KOMEN DAN SUBSCRIEB. MAKASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Keren ceritanya. Berasa ada dimana- mana, beda negara beda alam sampai beda legenda. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
2024-06-04
0
Aida Fitriah
sumpah tegang banget ako kak. cerita'a keren pake banget. semangat terus buak k zur 😘😘😘😘😘
2023-03-17
0