Bulan memasuki hotel dengan raut wajah yang sulit diartikan. Senyumnya cerah tapi sorot matanya terlihat berbeda. Ada kengerian yang terpancar di sana.
“Bulan, dari mana saja kamu? Para turis tadi protes karena kamu pergi begitu saja. Mereka langsung check out setelah kembali dari Gua tanpa kamu. Setelah ini, bagian pariwisata pasti akan memanggilmu. Mudah-mudahan kamu tidak dipecat, ya!” Bulan tersenyum kecil kemudian pergi dari sana.
Ia meraih tasnya lalu memeriksa daftar nama para turis yang ia dampingi tadi. Wanita itu menyeringai lalu pergi meninggalkan hotel. Apa yang dikatakan oleh resepsionis tadi memang benar karena keesokan harinya, Bulan dipanggil ke bagian pariwisata dan atas keluhan para turis kemarin, Bulan terpaksa dipecat.
“Kenapa kamu meninggalkan mereka, Bulan? Mereka itu tamu VVIP, kamu tahu kan maksudnya apa? Ucapan mereka mampu menarik para turis atau juga bisa sebaliknya. Maaf, Bulan. Kami tidak bisa mempekerjakanmu lagi di sini.”
Wanita itu tersenyum miring kemudian berdiri dari duduknya lalu keluar tanpa sepatah katapun. Bos Bulan hanya melongo melihat kepergian Bulan dari ruangannya.
“Aneh, dia tidak seperti biasanya!” bulu kuduk sang bos tiba-tiba meremang seolang ada yang meniup tengkuknya.
Bulan kembali ke rumah tua peninggalan orang tuanya di kaki bukit. Perilakunya berubah drastis setelah kejadian tadi siang di Gua Hitam. Ia tidak lagi menyapa orang-orang yang ditemuinya di jalan seperti sebelumnya. Wanita itu berdiri di depan cermin lalu menutup mata sesaat kemudian membukanya kembali. Bola matanya berubah merah dan berambut ular. Bulan mengambil daftar nama tersebut kemudian terlihatlah satu persatu wajah mereka.
“Aku datang!”
Jiwa Bulan sudah sepunuhnya mati setelah menelan darah Medusa, kini hanya raganya saja yang utuh tapi jiwanya sudah berganti dengan jiwa Medusa. Bulan bukan iblis yang bisa menghilang, ia memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam tas lalu pergi meninggalkan rumah tua itu.
“Pak, tolong antarkan saya ke pulau kota!”
“Lho, Neng Bulan mau ke mana, sebentar lagi gelap? Apa tidak besok saja?” Bulan menatap pria itu dan seolah tersihir, pria tua itu menghidupkan boatnya lalu membawa Bulan ke pulau seberang. Pulau yang lebih besar dan tempat di mana ibu kota berada.
Boat mesin itu berhenti di dermaga kemudian Bulan turun dari sana tanpa sepata katapun. Ia memasukkan beberapa lembar uang merah ke dalam saku pria tua itu. Sepuluh menita setelah Bulan pergi, pria tua itu tersadar dan betapa terkejutnya ia saat melihat ke sekililingnya.
“Lha, ini di pulau kota. Kapan aku kemari? Terus Neng Bulan kemana yak?”
Bulan terus berjalan, kulitnya yang bercahaya membuat setiap mata terpana akan kecantikannya yang terang di bawah cahaya bulan. Bulan melewati pos di mana banyak pria mabuk tengah bermain judi. Mereka bersiul senang memanggil Bulan tapi sayangnya, gadis itu justru mengabaikan mereka.
“Eit, gadis pulau Lukok kayaknya itu!” ucap salah satu penjudi. Jalan yang dilewati Bulan saat ini merupakan jalan satu arah yang berujung di dermaga. Mereka pun mengabaikan lapak judi lalu berjalan menghampiri Bulan yang saat itu berjalan kaki menuju jalan utama.
Mereka mengelilingi Bulan dengan tatapan lapar seperti binatang buas yang sudah memperkosanya kemarin. Bulan berdiri lalu tersenyum, “Bang, bisa antar saya ke kota?” tanya Bulan pada salah satu penjudi yang kelihatan sangat sadar dari yang lain.
Pria itu menyeringai mesum seraya menatap Bulan dari atas hingga bawah, “Bisa, Neng. Ayo!” Bulan menyeringai saat anak-anak di kepalanya memberitahukan tentang rencana jahat para pemabuk itu. Ia duduk lalu melingkarkan tangannya di pinggang si penjudi membuat para pemabuk berseloroh ria lalu menyusul mereka dengan motor masing-masing.
“Mau ke mana, Neng?”
“Ke jalan Permata Indah, Bang.”
Si penjudi terkejut, “Neng mau ngapain ke sana? Di sana tidak ada yang indah seperti namanya. Mending ikut Abang ke tempat indah, mau?”
“Boleh deh, Bang.” Tangan si penjudi sudah mulai berani memegang tangan Bulan.
“Neng, jande ape perawan?”
“Perawan, Bang. Kenapa?”
Penjudi itu tertawa kecil kemudian melajukan motornya dalam kecepatan tinggi hingga sampailah mereka ke sebuah area sepi. Motor memasuki bangunan bertingkat setengah jadi yang sudah lama mangkrak.
“Kok ke sini, Bang?” pria itu mematikan deru motornya lalu menyuruh Bulan turun lebih dulu. Beberapa motor kembali memasuki area gedung yang gelap dan hanya diterangi sinar bulan pada malam itu.
“Neng, goyang dulu yok!” Pria itu berkata mesum sambil membuka celana dan bajunya.
“Ih, Abang. Kenapa tidak nyari hotel saja sih?” ucapan Bulan membuat mereka tertawa lalu merangkul Bulan dan membawanya menuju ke dalam gedung yang lebih jauh.
“Buka bajunya, Neng!”
“Abang-abang aja lebih dulu. Siapa yang paling besar akan mendapat giliran pertama.” Mereka tertantang lalu bergegas membuka celana masing-masing.
Bulan mendekat lalu menunduk di depan ******** pria itu sampai sesaat kemudian mereka dibuat tidak percaya dengan apa yang terjadi. Rambut Bulan berubah menjadi ular kemudian memakan semua pisang milik mereka. Suara jerit kesakitan serta erangan saling bersahutan bagai melodi yang mengalun indah di telinga Bulan sesaat setelah memasuki gedung bersama para pria tadi.
Bulan berdiri menatap mereka satu persatu yang sedang menahan sakit di area intimnya setelah disedot oleh mulut ular di kepalanya. “Racun itu akan membuat kalian berhenti berbuat kotor pada wanita.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka dalam kondisi kesakitan.
Bulan menghentikan sebuah taksi lalu ia kembali menghipnotis supir taksi tersebut dengan tatapan matanya. “Antarkan aku ke hotel Grandrose!” ucapnya dengan nada dingin. Supir itu mengangguk lalu melajukan mobil menuju hotel yang dipinta Bulan.
Bulan memasuki hotel setelah menyalipkan beberapa lembar uang merah di saku si supir. Suara ketukan kaca pintu dari petugas keamana hotel mengejutkan si supir. Ia melihat sekeliling dan terkejut saat mendapati dirinya sedang berada di depan sebuah hotel.
Bulan memesan sebuah kamar. Setelah mendapat kunci dan berganti pakaian, wanita itu kembali meninggalkan hotel. Tujuannya kali ini adalah sebuah klub malam terkenal di bagian bawah hotel yang sangat privasi karena yang masuk ke sana hanya orang-orang tertentu. Dengan mata Medusa, ia bisa melihat sesuatu yang tersimpan di balik dinding seseorang. Termasuk saat ia melihat siapa yang ada di dalam klub malam tersebut.
Bulan menggunakan gaun malam seksi yang di dapatnya di tempat pencucian baju hotel di pulau Lukok. “Maaf, Nona! Klub ini tidak menerima orang umum. Anda harus punya kartu khusus untuk para anggota setelah itu baru kami bisa menginzinkan anda masuk.”
Bulan tersenyum kemudian menatap dua pria berbadan kekar lalu dalam hitungan detik, Bulan berhasil masuk ke dalam dengan mudah. Wanita itu terus berjalan hingga tidak jauh dari sana ia melihat seorang pria yang menjadi salah satu target balas dendamnya sedang bahagia bersama para wanita.
“Hai, Don! Apa kabar?”
***
Gimana, ada yang mau ngasih kritikan??? Aku terima dengan sepenuh hati....
Makasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Lilik Farihah
semakin penasaran
2025-01-17
0
Haru
kak, apa tuh dibintangin? penasaran gw🤨
2024-03-24
0
Thisis Ji
bagus klo difilmkn.. dr awal udh bagus ceritax tanpa perlu bertele tele
2023-07-02
1