Kondisi Bulan mulai membaik setelah Seuze berhasil mencabut panah emas di dadanya. Walaupun kondisinya membaik tapi Bulan tetap lemah akibat rantai baja bercampur emas di pergalangan tangan dan kaki membuat kekuatan Medusa di dalam tubuh wanita itu tidak bekerja. Seuze yang menyarankan ide tersebut setelah kedatangannya tempo hari bersama William. Saat ini, hanya Seuze yang sering berbicara dengan Bulan melalui mikrofon yang terhubungan dengan ruang isolasi Bulan. Dinding kaca hingga lantai dan atap membuat Bulan semakin menderita.
Orang tua Richard, Bram dan Gaston juga pernah hadir untuk melihat secara langsung wujud monster yang sudah membunuh putra mereka. Para orang tua itu begitu marah sampai meminta petugas untuk menyiksa Bulan di depan mata mereka sendiri. Mereka tersenyum sinis saat melihat Bulan disiksa dengan cahaya dari kaca yang panas lalu beberapa busur panah menancap di bagian tubuhnya yang terantai. Busur panas dari orang tua mendiang Bram, Richard dan Gaston. Setelah puas menyiksa Bulan, mereka kembali ke negara masing-masing.
Sementara di rumah Mario, orang tuanya masih mencari putra mereka. Hampir setiap hari ibu dari Mario mendatangi Bulan untuk mendapatkan informasi tentang anaknya tapi sayang, Bulan hanya menjawab dengan senyum menyeringai.
Seuze masih berada di sana karena ingin mengamati lebih jauh dan yang bisa menghentikan Medusa hanya Seuze. Pemuda itu sudah mengatakan pada William cs jika raga gadis itu tidak jahat dan masih bisa disembuhkan. Yang terpenting, roh jahat Medusa yang bersemayam di dalam tubuh Bulan bisa keluar. Seuze menunggu roh tersebut untuk membawanya kembali ke alam lain.
…
“Mas mari makan dulu!” ajak penjaga tambak. Mario sungkan tapi ia juga lapar.
“Terima kasih!” ucapnya lalu menerima nasi bungkus pemberian penjaga tambak.
“Tambak seluas ini bisa menghasilkan berapa, Pak?”
“Tidak tentu, Pak. Belakangan ini sering gagal panen jadi gak balik modal, Mas.”
“Ini juga tambaknya mau dijual, Mas. Yang punya udah nyerah karena sudah lima tahun ke belakang rugi terus.”
“Oh ya? Kenapa tidak Bapak beli saja?”
Penjaga tambak itu tersenyum, “Ya ndak mampu, Mas.” Jawab pria itu terkekeh.
“Memangnya berapa harganya, Pak?”
“25 juta, Pak.” Mario tersenyum kecil. 25 juta baginya hanya untuk makan siang bersama rekan-rekannya.
“Apa semua tambaknya mau dijual, Pak?”
“Iya, kebetulan semua tambak ini milik satu orang. Tapi tambaknya dibagi-bagi jadi setiap tambak dijaga sama satu orang.”
Beberapa orang datang dengan sepeda motor butut lalu diikuti sebuah mobil dan dibelakang mobil tersebut juga ada mobil polisi. Mario tersenyum karena Regar sangat teliti untuk urusan seperti ini.
“Itu teman saya sudah datang, Pak.”
Regar turun bersama beberapa aparat kepolisian dari daerah setempat. Pria itu langsung memeluk bosnya erat membuat Mario terkekeh.
“Lepas! Seperti wanita saja!” gerutu Mario tapi hatinya senang.
“Aku pikir Bos gak akan kembali.”
“Hapus ingusmu. Apa jadinya kalau mereka tahu siapa yang menangis saat ini.” Ucap Mario pelan kemudian ia menghampiri pihak kepolisian yang selama ini mencarinya. Mereka bersalaman sebentar kemudian meminta mereka untuk megikuti Mario dan beberapa penjaga tambak ke rumah pemilik tambak yang bernama Pak Warso.
Pak Warso si pemilik tambah tersenyum sumringah karena Mario membeli semua tambaknya secara tunai. Tak ada satu pun yang mau membeli tambak itu karena selalu gagal panen.
“Besok, kita bertemu di depan notaris dan setelah semuanya selesai, kami akan langsung menyerahkan uanganya ke Bapak di sana.” Ujar Regar setelah transaksi jual beli selesai secara lisan.
“Bapak-bapak, besok silakan ikut ke kantor notaris dan bawa serta kartu identitasnya ya.” Titah Mario pada bapak-bapak penjaga tambak yang berjumlah lima orang. Mereka bingung saling lirik membuat Regar tersenyum kecil.
“Tambak yang dibeli oleh bos saya ini akan diberikan untuk Bapak-bapak semuanya lengkap dengan sertifikatnya juga tapi dengan syarat tidak boleh dijual.” Ujar Regar.
“Anggap saja imbalan untuk pulsa dan nasi bungkusnya, Pak.” timpal Mario membuat mereka menangis serentak.
“Kalau nanti hasilnya banyak, belikan ponsel yang bagusan dikit ya, Pak.” Lanjut Mario membuat mereka serentak terkekeh.
Setelah urusan dengan pekerja tambak selesai, Mario mengajak Regar ke dermaga. Para polisi sudah kembali ke kantor mereka setelah Regar memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Setelah menerima telepon dari Mario, Regar langsung meminta aparat kepolisian untuk mengikutinya karena Regar tidak mau terjadi apa-apa pada dirinya juga Mario.
Saat Mario hendak turun, “Bos,-“
“Nanti aku akan mengenalkanmu pada mereka. Jadi tunggulah di sini. Kita akan bertemu besok pagi.” Ujar Mario lalu keluar dari mobil. Ia menuju dermaga sambil menenteng beberapa paperbag barisi pakaian untuk anak-anak dan iparnya.
Mario meminta seorang nelayan untuk mengantarnya ke pulau seberang. Awalnya nelayan tersebut tidak mau tapi setelah diberikan sejumlah uang, nelayan itu langsung setuju.
Mario melambaikan tangan pada Regar yang sedang menatapnya dengan beribu pertanyaan yang belum terjawab. Regar menyewa sebuah losmen tidak jauh dari dermaga karena besok pagi dia akan kembali menjemput Mario.
“Siapa yang kau simpan di pulau itu, Bos?”
Sementara di atas kapal, Mario menurunkan tangannya ke dalam air. Ia menepuk air sebanyak tiga kali lalu kembali mengangkat tangannya. Sejenak, ia kembali teringat apa yang Regar katakan jika Bulan berada dalam tawanan teman-temannya. Yang lebih menyakitkan adalah saat mengetahui jika orang tuanya ikut dalam penangkapan Bulan di pulau Lukok.
“Pak, tidak ada orang di pulau itu. Kenapa Bapak ke situ?” Mario tertawa.
“Ada, Pak. Saya!” tunjuk Mario ke dirinya sendiri. Nelayan itu tertawa kemudian kembali fokus menjalankan kapal hingga sampailah Mario ke pulau seberang.
“Pak, tidak ada orang di pulau ini. Bapak yakin mau tinggal di sini?”
Kening Mario menggkerut, “Memangnya kenapa?”
“Pulau ini pulau iblis. Semua orang sudah tahu tentang pulau ini.”
“Oh…tapi saya bukan iblis, Pak. Terima kasih dan hati-hati.” Nelayan itu langsung menjalankan kapalnya meninggalkan Mario yang masih berdiri di pinggir pantai.
“Ayah…” anak-anak Mario berlarian memeluknya. Keajaiban yang dimiliki oleh mereka adalah mereka setiap hari bertumbuh hingga umur mereka mencapai angka 19 tahun. Mereka tidak lagi bertumbuh dan tetap dengan wajah seperti itu.
“Ubah warna mata kalian!” ucap Mario lalu kelima anaknya itu pun menurut. Bola mata mereka kembali hitam seperti milik Mario.
“Ini pakailah! Minta tolong sama Bibi Ela kalau tidak paham.” Dua putri Mario mengangguk sementara untuk putranya, Mario memilih turun tangan langsung bersama iparnya.
Mario melirik iparnya sekan mengisyaratkan sesuatu yang penting. “The, ada yang mau kubicarakan.”
Mario dan Stheno meninggalkan pemuda yang tengah menelisik penampilan satu sama lain. Mereka terlihat takjub dengan penampilan barunya.
“Ada apa?” tanya Stheno serius.
Pandangan keduanya bertemu, “Medusa tertangkap!”
Stheno menatap Mario dengan raut wajah sulit diartikan, “Mario, saudaraku, Medusa sudah tiada. Wanita yang menjadi ibu dari anak-anakmu adalah Bulan. Hanya jiwa saudaraku saja yang bercampur dengan jiwa Bulan termasuk anak-anakmu. Mereka mewarisi kekuatan yang berasal dari jiwa saudaraku. Selamatkan Bulan! Dia tidak boleh disiksa. Raganya bisa mati kalau jiwa saudaraku dipaksa keluar dari tubuhnya. Ketika Medusa mengambil alih jiwanya, saat itu juga Bulan berada di bawah pengaruh Medusa termasuk soal perasaannya padamu. Jiwa Medusa lah yang memiliki rasa padamu hingga membawamu ke sini.”
“Jadi?”
“Jika jiwa saudaraku keluar dari tubuh Bulan maka dia tidak akan mengingatmu sama sekali.”
Gleg…
“Aku tidak mau kehilangannya!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
saat sudah di luar pengaruh medusa, maka bulan akan lupa pd mario, apakah akan lupa juga pd anak2nya?
2023-03-21
2