Episode 20 : Seni

*guys.. kalau lupa alurnya baca dulu epsd sebelumnya dikit aja.. hehe.. soalnya otor baru sempat up.🙏

...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...

"Sejak kapan dia disini?" tanya pangeran yang berada dalam tubuh Dea. Ekpresi itu tak pelak membuat Vaness mengerut dahi. Bagimana bisa sahabatnya menatap dengan jijik seperti itu.

"Se..sejak tadi, dia ingin menumpang pulang." jawab Dea tergugu, tubuhnya panas dingin. Pastilah saat ini imagenya di mata sang sahabat sangat jelek.

"Kalian membicarakan apa tadi? Memegang apa? Dea kau tidak terjerumus dalam pergaulan bebas kan? Kenapa bahasamu sangat frontal tadi?" cecar Vaness kepada tubuh Dea, yang tak ia ketahui bahwa sebenarnya itu Pangeran.

"Bukan apa-apa... berhentilah berpikiran konyol." sahut pangeran berlagak tersenyum, seperti Dea biasanya.

Vaness menyipitkan mata, menatap penuh curiga. Entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa sahabatnya itu seperti orang asing.

Dea pun melajukan mobilnya, sesampainya di gerbang utama mereka berpapasan dengan sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di dekat pepohonan.

Tampak oleh mereka seorang gadis yang di tarik paksa masuk ke dalam mobil itu. Dea pun menghentikan mobilnya, karena terbayang oleh kasus penculikan baru-baru ini. Namun mobil sedan tersebut langsung melesat kala Dea baru hendak membuka pintu mobilnya.

"Apa itu...?" Vaness yang berada di kursi belakang ikut penasaran.

"Bukankah itu penculikan?" lirih Dea sambil memasang kembali sabuk pengamannya. Ia langsung tancap gas mengikuti mobil tersebut.

.

.

Di perkebunan anggur yang luas terhampar, tampak sebuah rumah besar nan mewah yang berdiri amat kontras di antara luasnya jajaran pohon anggur. Di dalamnya tampak seorang pria berperawakan gagah tengah bicara pada seseorang.

"Aku membawakan barang baru, tapi karena ini sedikit sulit, aku ingin kau membayar dua kali lipat." ucap pria itu sambil memainkan kepulan asap rokok.

Seseorang yang berada di atas kursi itu memutar posisi. "Biarkan aku melihatnya." ucap wanita yang tak lain adalah tantenya Dea, Maya.

Pria bertubuh jangkung itu menepukkan tangan dua kali, dalam sekejap orang suruhannya membawa masuk para gadis yang di sekap. Total ada lima orang gadis yang tangan dan mulutnya terikat. Mereka hanya bisa menangis pasrah. Apa yang telah dilakukan pria itu sebelumnya telah membuat mereka kehilangan harapan.

"Berantakan sekali..." lirih Maya tersenyum miring. "Kau pasti habis memakai mereka kan?" imbuhnya dengan tawa datar. Ia sudah tau kebiasaan pria itu, yang selalu haus akan tubuh wanita.

"Kenapa..? Kau hanya butuh organ mereka, jadi cepat berikan bayaranku." sahut pria itu tertawa bengis.

Mendengar kalimat itu membuat para gadis yang di sekap menangis ketakutan. Ternyata mereka di culik bukan hanya untuk di perkos4, melainkan untuk di ambil organ tubuhnya?

"Ikuti aku." Maya beranjak menuju ruangan bawah tanah. Di ikuti para pria yang menyeret paksa gadis-gadis malang itu.

Di ruangan bawah tanah yang besar, tampak beberapa ruangan dengan peralatan medis lengkap. Belasan Dokter spesialis bedah pun tampak sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

Di ruangan lain, ada seorang ilmuan yang bertugas menghancurkan sisa tubuh korban, untuk di jadikan kompos kebun anggur. Maya mengatur semuanya dengan sangat rapi, agar tidak terendus oleh dunia luar. Di sana lah ia mendapatkan pundi-pundi uang yang kini membuat hidupnya mewah bak seorang ratu.

.

.

Di sebuah gang sepi, Dea kehilangan jejak mobil sedan hitam incarannya. Ada empat persimpangan, yang membuatnya bingung harus ke arah mana.

"Tidak bisakah kau lacak mobil tadi?" tanya Dea kepada Pangeran.

"Kau mau aku berbuat apa? Semenjak di tubuhmu aku tidak bisa memakai kekuatanku secara penuh." jawab Pangeran berbisik, agar tidak di dengar oleh Vaness.

"hei, bukankah itu mobilnya?" ucap Vaness sambil menunjuk sebuah mobil sedan hitam, yang tampak memasuki area perumahan.

Dea mengikuti arah jari telunjuk Vaness, dan benar saja memang itu mobilnya. Dea langsung injak gas mengikuti mobil tersebut.

Tak butuh waktu lama, Dea memarkirkan mobilnya di dekat pagar. Kemudian menerobos masuk berniat mencekal si pengemudi mobil. Namun ia tercengang kala melihat yang keluar dari mobil itu adalah Gala.

"Pak Gala..?" Dea mematung dengan bola mata membulat.

"Kau..?" Gala juga terheran, untuk apa supir itu di sana malam-malam begini?

Pangeran dan Vaness pun ikut turun dari mobil. Mata Gala langsung tertuju pada tubuh Dea.

"Nona, ada keperluan apa kesini?" ia menghampiri Dea dengan wajah penasaran.

"Aku... tersasar. Supir itu salah membaca arah." kilahnya terbata.

"Anda sedang apa di sini?" tanya Pangeran berpura-pura, sementara Dea melirik ke dalam mobil Gala, tidak ada siapa-siapa di sana.

"Pulang, ini rumah Saya." sahut Gala tampak tak senang. Bukan karena Dea, melainkan karena supir itu yang terus mengintip ke dalam mobilnya.

"Apa...?" Ketiganya serempak terkejut.

"Begini.., apa di sekitar sini ada yang memiliki mobil serupa dengan anda? Atau apa barusan anda melihat mobil serupa yang melintas ke sini?" tanya pangeran dari dalam tubuh Dea, ia harus tetap berakting layaknya gadis konyol itu.

"Jadi kalian tersesat atau sedang membuntuti seseorang?" Pangkal alis Gala berkerut, kecurigaan pun tak dapat ia tepis. Semenjak kehadiran supir itu kelakuan Dea jadi aneh dan sulit di tebak.

"Kami tersesat karena membuntuti seseorang." timpal Vaness, yang langsung dapat lirirkan sinis dari Pangeran dan Dea.

"Siapa? Kenapa nona sampai sejauh ini membuntuti seseorang?" Gala mengintimidasi pangeran dengan tatapannya, namun wajah Dea tetap datar. Justru wajah si supir lah yang terlihat panik, karena sejatinya mereka tertukar.

"Dea, sebaiknya kita pulang. Ini sudah terlalu malam." ajak Dea beranjak, bermaksud menghindari pertanyaan Gala. Pangeran pun mengangguk dan berbalik badan meninggalkan tempat itu.

"Kami permisi..." pamit Dea berlagak sok cool, sebagaimana wajah Pangeran biasanya.

Tatapan Gala masih terus memandang curiga, ia merasa ada yang tidak beres dengan Dea. Belakangan ini Dea terlalu banyak menyembunyikan hal-hal penting darinya.

.

.

Di tempat penyekapan, Hana terbangun dari pengaruh obat bius. Kini tubuhnya tak lagi berada dalam kurungan, melainkan di atas ranjang yang mirip seperti ranjang rumah sakit. Tangan dan kakinya terikat, mulutnya pun di balut lakban hitam, membuatnya tak bisa berkutik.

Apa kini gilirannya? Setelah ia menyaksikan betapa keji pria busuk itu menggagahi para korban, kini ia yang akan menjadi korban selanjutnya?

Derap langkah berat samar-samar terdengar mendekat. Hana mengarahkan pandangannya mengikuti suara itu. Sosok pria jangkung dan tegap mendekat, perlahan Hana dapat melihat dengan jelas siapa sosok pria itu. Ia sangat penasaran siapa wajah di balik kelakuan keji itu. Ia belum sempat melihat sepenuhnya wajah baj1ngan itu.

Dan betapa terkejutnya ia, saat mengetahui sosok tersebut adalah Dosen seni artistik di kampusnya.

Pria itu melepaskan lakban yang membalut bibir Hana. Gadis bermata bulat itu tak ubahnya tercengang, karena tak menyangka pria baj1ng4n itu adalah Dosen di kampusnya.

"Pak Danur..?" lirihnya dengan bibir bergetar.

"Seni yang di buat alam memang sangat indah." bisik Pak Danur sambil membelai lembut rambut Hana.

...************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!