14. 10 tahun lalu

“Kondisi nona Queen sangat serius dan tidak bisa di bilang beliau baik-baik saja” Ujar sang dokter setelah beberapa saat terdiam.

“Gangguan psikotik dan skizofrenia bisa menimbulkan Depresi. Di saat depresi itu muncul, maka hidup nona Queen akan dalam bahaya”

“Lalu bagaimana dok? Apa ada obat atau kita perlu melakukan terapi?”

“Sejauh ini gangguan itu masih bisa di tekan oleh obat, tetapi tidak untuk ke depan nya”

Barra menghela napas kasar, tangan nya terus mengusap-usap kepala Queen yang saat ini belum sadarkan diri.

“Nona tidak sedang dalam keadaan mengandung 'bukan?” Tanya ragu sang dokter.

“Memang nya kenapa?”

“Jika nona dalam keadaan mengandung, itu akan sangat berbahaya bagi kedua nya”,

Helaan napas kembali terdengar dari sela bibir Barra hingga akhirnya kepala pria itu menggeleng. “Queen tidak hamil”

Dokter menghela napas lega, bukan nya senang tetapi akan sangat bahaya jika Queen sedang mengandung dalam keadaan seperti ini.

“Besok saya akan jadwal kan konsultasi nona Queen dengan psikolog” Ujar sang dokter yang bersiap meninggalkan kamar itu karena tugas nya telah selesai.

Barra mengangguk pelan, tidak ada celah untuk menolak atau pun membantah. Ia tidak ingin istri kecil nya kenapa-napa.

.

“Maafkan aku karena terlambat menyelamatkan mu..” Gumam lirih Barra memeluk erat tubuh Queen.

Tikk.. Tikk.. Tikk..

Tanpa sadar air mata pria itu menetes, dada nya terasa sesak dan percaya lah saat ini Barra tengah memaki diri nya sendiri.

“Andai aku pulang cepat hari ini dan tidak datang ke rumah itu, pasti kamu tidak akan setakut ini”

“Maafkan aku.. Maafkan aku sayang”

Cup!

Cup!

Cup!

Barra mengecupi seluruh wajah Queen tanpa terlewat sejengkal pun. Otak nya kembali berputar pada masa lalu beberapa tahun silam.

.

• Flashback On •

10 tahun lalu..

“Aww!!”

Mendengar ringisan tersebut, seorang remaja laki-laki yang memakai seragam wisuda itu pun menoleh ke asal suara.

“Siapa?!”

Lama tak mendapat sahutan, hingga akhirnya remaja itu bangkit dari posisi nya dan mendekati batang pohon besar dimana suara tadi berasal.

“Siapa kamu?” Tanya remaja itu dengan nada dingin dan tatapan tajam nya.

“Eh, anu..” Gadis kecil yang terduduk di balik batang pohon besar itu menggaruk tengkuk nya. “Queen gak jahat kok kak, sumpah deh” Ujar nya tiba-tiba seraya mengangkat kedua jari nya membentuk huruf V.

“Apa yang kamu lakukan di sini, gadis kecil?” Tanya remaja itu tak terdengar sedikit pun keramahan nya. “Apa kamu mengutit ku?”

Gadis kecil berusia sembilan tahun yang bernama Queen itu menggeleng, lalu mengangguk.

“Tadi cerita nya Queen lagi ngejar kupu-kupu di sebelah sana, emm.. Terus Queen dengar suara teriakan dari sini jadi-- Aww!!”

Remaja itu menarik lengan gadis kecil tersebut cukup kuat, setelah nya remaja itu mendorong pelan Queen.

“Sana pergi dan kembali dengan keluarga mu!”

“Ih kakak kok kasar, sakit tau!” Celetuk Queen dengan nada kesal.

“Jangan menganggu ku, dan pergi!” Tekan nya.

“Sudah Queen bilang, Queen tidak jahat dan Queen sudah bilang sama Mama dan Papa jadi mereka tidak akan mencari Queen!” Sahut kesal Queen.

Remaja itu tak lagi menyahut dan memilih untuk pergi dari tempat tenang ini. Namun ternyata Queen mengikut langkah nya.

Brugh!.

Tubuh kecil Queen menabrak kaki remaja itu saat tiba-tiba ia berhenti.

“Kakak ih, kalau mau berhenti ngomong dulu!!” Kesal Queen mengusap kening nya.

“Berhenti mengikuti ku, anak kecil!” Desis remaja itu.

“Queen sudah besar, dan Queen tau kakak sedang sedih”

“Yang tadi teriak-teriak itu suara kakak 'kan? Terus tadi kakak menangis 'kan? Dan aku melihat kakak sedang--”

“Apa mau mu hmm?” Tanya geram remaja itu seraya berjongkok dan menyamakan tinggi nya dengan Queen.

Queen tersenyum penuh kemenangan sampai akhirnya tangan kecil itu terangkat lalu jari-jari mungil nya mengusap sisa air mata remaja itu.

“Queen mau kakak berbagi cerita dengan Queen. Dan Queen janji akan menghibur kakak asalkan kakak tidak menangis lagi” Ujar manis gadis kecil itu.

Sejenak remaja yang tidak menyukai anak kecil itu terdiam, ia tertegun dengan sosok gadis periang di hadapan nya ini dan jangan lupakan bahwa Queen tidak takut pada nya.

“Sebelumnya Queen ingin tau siapa nama kakak?”

“Cargius, panggil aku seperti itu”

Queen mengetuk-ngetuk dagu nya seolah sedang berfikir, hingga akhirnya gadis kecil itu menggeleng.

“Itu terlalu sulit untuk di ucapkan dan Queen akan memberikan nama panggilan yang cocok untuk kakak!”

Alis remaja yang di ketahui bernama Cargius atau lebih tepat nya Barra Cargius Adam's itu pun bertaut bingung. “Apa?”

“Duckie”

“Nama panggilan macam apa itu!” Sentak tidak santai Barra.

“Itu lucu Duckie, dan sekarang ayo cerita”

Barra menegakkan tubuh nya dan menyilangkan kedua tangan nya di depan dada.

“Tidak mau!” Tolak nya ketus.

“Hei hei, tidak bisa seperti itu. Pokoknya Duckie harus cerita pada Queen!” Paksa Queen menarik tangan Barra ke tempat semula.

“Sekarang Duckie cerita!” Paksa Queen bersedekap dada di hadapan Barra yang saat ini telah duduk.

“Aku bilang tidak mau, dan berhenti memanggil ku seperti itu!”

“Queen tidak terima penolakan, intinya Duckie harus cerita atau Queen berteriak supaya orang-orang datang ke sini”

Barra memutarkan bola mata nya malas. “Teriak saja, lagi pula ini tepi danau dan seharusnya kamu yang berhati-hati anak kecil. Aku bisa kapan saja mendorong mu ke danau itu”

Sesaat Queen bergidik ngeri menatap danau yang terlihat dalam itu, hingga tiba-tiba gadis kecil itu duduk dan memukuli tubuh Barra.

“Pokok nya Duckie harus cerita, titik!”

.

“Queen!” Panggil sepasang suami-istri yang terdengar begitu panik membuat Queen dan Barra menoleh.

“Astaga sayang, Mama sangat khawatir” Ujar wanita setengah baya yang memeluk tubuh Queen.

“Ayolah Mama, Queen bukan anak kecil dan Queen baik-baik saja”

Terlihat seorang pria setengah baya itu menjewer telinga Queen hingga gadis kecil itu mengaduh kesakitan.

“Aaa Papa sakit ih!!”

“Dasar nakal! Hampir saja Papa dan Mama ingin melapor polisi!” Gemas pria itu setelah melepaskan jeweran nya.

“Kamu?” Ujar bingung wanita bernama Rindy selaku Mama Queen yang menatap Barra.

“Ah iya, ini Duckie teman baru Queen”

“Duckie?” Beo sepasang suami-istri itu.

“Cargius. Om, tante” Ujar Barra membenarkan ucapan Queen.

“Tidak, nama itu terlalu ribet!” Tolak Queen.

“Astaga dasar anak ini!” Gemas Rindy merasa tak enak. “Maafkan Queen 'ya, nak”

“Tidak apa tante”

“Queen tidak salah apa-apa, Mama” Elak tak terima Queen.

“Sudah-sudah, sekarang waktu nya pulang” Sela Jhom tak ingin anak aktif-nya itu kembali berulah.

Lantas pria setengah baya itu mengangkat tubuh Queen ke dalam gendongan nya.

“Duckie, Queen pulang dulu 'ya. Kalau Duckie mau cerita lagi minggu depan Queen akan ke sini lagi, oke!” Pekik riang Queen.

Barra hanya mengangguk malas. Hal itu pun membuat Rindy terkekeh pelan.

“Sekali lagu maafkan Queen, dan kami pamit duluan nak” Ujar Rindy.

Barra mengangguk pelan dan tersenyum tipis hingga akhirnya keluarga kecil itu pergi meninggalkan nya sendiri.

Sendiri lagi bersama kesedihan nya di hari kelulusan nya ini.

.

• Flashback Off •

Terpopuler

Comments

Luzi

Luzi

astaga,,,kasihan om bara , 😁😁😁

2024-04-28

0

huahhhh cinta masa kecil dong....

2023-03-13

0

🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡

🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡

Oalah gitu toh pantesan cepet banget Barra jatuh cinta nya, dah kenal dari kecil ternyata

2023-03-13

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!