4.

“Tidak hikss.. Papa to-tolong hikss tolong!!”

Queen menghempaskan kedua tangan Barra pada bahu nya dan menjauhkan tubuhnya. Mencoba bangun namun yang terjadi Queen malah terjatuh.

“Queen, tenang lah!” Bentak Barra menahan pergerakan Queen.

“Hikss.. Mama, Papa tolong hikss tolong!!” Perempuan itu menangis semakin histeris, teriakan nya berhasil memecah keheningan rumah besar milik Barra.

“Queen.. Tenang, aku tidak akan memaksa oke?” Ucap Barra penuh kelembutan.

Prang!

Prang!

Prang!

Beberapa vas serta pajangan yang ada di kamar itu hancur dan berceceran di lantai saat Queen dengan kepanikan nya melemparkan barang-barang tersebut.

“Tidak hikss.. Queen takut hikss, tolong Pa tolong Queen hikss..”

Queen menutup kedua telinga nya dan berjongkok di sudut kamar, menumpahkan segala kesedihan, ketakutan dan rasa panik nya. Hingga tiba-tiba sepasang tangan hinggap di bahu nya.

“Tidak--”

“Buka mata mu, Queen!” Potong Barra dengan bentakan nya.

Alhasil Queen membisu saat mendapat bentakan penuh penekanan itu tepat di depan wajahnya.

“Aku tidak akan menyakiti mu, dan aku bukan pria tua bangka sialan itu yang selalu menyakiti mu!”

Melihat bibir tipis milik Queen yang terus bergetar dengan cepat Barra memeluk nya dan menyalurkan segala kehangatan pada perempuan yang seharusnya menjadi adik nya.

“Hikss.. Queen ta-takut hikss..” Isak Queen memeluk erat tubuh Barra.

Sedangkan pria itu hanya bisa mengusap-usap bahu terekspos milik istri kecil nya dan menghela napas nya begitu dalam. Barra bukan lah tipe pria penyabar tetapi entah kenapa dia bisa seperti ini.

“Minum lah” Barra menyodorkan segelas air putih di hadapan Queen yang saat ini tengah memeluk dirinya di balik selimut.

Bukan nya mengambil gelas air tersebut tetapi Queen malah menatap Barra, pria yang awal nya ia anggap jahat dan pria yang akan menghancurkan nya.

“Kenapa? Minum nya mau di bantu juga?”

Queen menggeleng cepat dan mengambil gelas tersebut lalu meneguk nya hingga tandas.

“Te-terimakasih..” Gumam pelan Queen seraya mengembalikan gelas tersebut.

“Ck, seharusnya kau sedang melayani ku saat ini. Kenapa kau selemah ini?” Celetuk kesal Barra membanting tubuhnya sendiri di sebelah Queen.

“Ma-maaf..”

“Jika begini terus kapan aku akan mendapatkan keturunan?”

Kepala Queen semakin menunduk, tangan nya terus meremat selimut di tubuh nya. “Ma--”

“Berhenti meminta maaf!” Sentak Barra menghentikan ucapan Queen.

“Tatap aku jika sedang bicara!” Lanjutnya setelah beberapa saat hanya mendengus kesal.

Perlahan Queen menoleh dan menatap takut wajah Barra, dimana saat ini pria itu tengah menatapnya begitu tajam nan menusuk.

“Luruskan kaki mu!”

Queen menurut, kaki yang tadi nya ia tekuk dan di peluk oleh nya sendiri kini telah berselonjor. Tak lama setelah nya Barra pun mengangkat kepalanya lalu menjadikan paha Queen sebagai bantalan.

Kejadian ini berhasil membuat mata Queen melotot dan napas nya tercekat kala pria itu menenggelamkan wajah nya pada perutnya.

“Tu-tuan--”

“Sudah aku bilang, berhenti memanggil ku dengan embel-embel seperti itu Queen”

“La-lalu Queen harus memanggil apa?” Tanya Queen mulai memberanikan diri saat mendengar nada geram pria itu.

“Terserah”

“Om?” Gumam Queen seperti pertanyaan. “Awww!!” Pekik nya saat Barra mengigit perutnya di balik baju dinas yang ia pakai.

“Sejak kapan aku mengangkat mu menjadi keponakan ku hah?” Ketus Barra menatap tak suka Queen.

“La-lalu apa?”

“Terserah!”

Terserah, satu kata yang terdengar simpel namun mengandung ribuan arti. Jika biasanya para pria lah yang kebingungan saat mendengar kata tersebut, tetapi kini Queen lah yang di buat bingung.

“Queen gak tau..”

“Apa saja” Barra kembali pada posisi nya, bersiap mengigit perut yang sedari tadi menggoda nya saat Queen memberikan panggilan aneh nya.

“Emm.. Kak?”

Mulut terbuka Barra seketika langsung bungkam saat mendengar panggilan itu. Terdengar menggelitik di telinga nya namun ia suka!.

“Kak Barra?” Ulang Queen ragu-ragu.

“Sudah lah itu saja, aku sudah tidak mood untuk membahas panggilan”

Queen langsung diam. tak lagi mengeluarkan suara nya dan hanya menatap gerakan kepala Barra yang sepertinya tengah mencari posisi nyaman.

*

*

Sinar matahari merambat masuk lewat sela gorden di dalam kamar luas yang masih berantakan itu. Sedangkan di atas kasur sana terlihat sepasang suami-istri yang masih memejamkan matanya.

Posisi pun tak berubah, masih sama sepertinya semalam yang artinya Queen tertidur dengan posisi duduk dan bersandar pada kepala kasur sedangkan Barra? Pria itu tertidur sangat nyenyak di paha Queen.

Queen mulai menerjabkan matanya, hal pertama yang ia lihat adalah kamar asing dan hampir saja ia berteriak saat melihat kepala Barra yang berada dipangkuan nya.

“Astaga, sadar lah Queen. Tidak boleh berteriak dan ingat sekarang kamu dimana!” Batin Queen menggerutuki dirinya sendiri.

“Tapi kaki Queen keram dan rasanya sangat pegal..”

Ingin rasanya Queen membangunkan pria yang sudah menjadi suami nya itu, tetapi ia tidak mempunyai keberanian yang besar.

Queen menggerakkan tubuh dan kakinya secara perlahan, mengusir rasa pegal dan keram. Namun ternyata gerakan itu membuat kepala yang awalnya tenggelam di perutnya. Kini langsung bertukar posisi dan mata nya terbuka menatap sayu Queen.

“Selamat pagi..” Sapa serak Barra.

Sesaat Queen tersentak bingung. “Pa-pagi kak..”

Senyum tipis terukir di bibir Barra, pria itu kembali membenamkan wajah nya pada perut Queen seakan yang baru saja ia ucapkan hanya mimpi.

“Ka-kak bisa bangun dulu? A-aku ingin pipis”

Tanpa menjawab atau pun berkata, Barra langsung memindahkan kepalanya pada bantal di sebelah Queen dan sepertinya ia kembali terlelap.

“Apa seperti ini para pria jika tidur?” Batin Queen bertanya-tanya.

Tal ingin mengulur waktu lagi lantas Queen pun langsung menginjakkan kaki nya pada lantai di bawah.

Krakk~

“Awww!!”

Rintihan penuh kesakitan itu berhasil membuat Barra langsung menegakkan tubuh nya dan melihat ke arah perempuan yang baru saja berteriak itu.

“Dasar ceroboh!” Desis geram Barra begitu melihat darah berceceran dari telapak kaki Queen.

Dengan gerakan cepat Barra menarik kaki Queen dan melihat serpihan vas beling yang cukup besar menancap di kaki perempuan itu.

“Queen gapapa kak, ini--”

“Gapapa mata mu! Apa kamu buta hah!” Barra pun bergegas mengambil kotak obat dan kembali menaiki kasur dengan tatapan marah nya.

“Punya mata tuh harusnya di gunakan untuk berjalan!” Omel nya seraya mengeluarkan beberapa antiseptik dan alkohol pembersih luka.

“Qu-queen jalan pakai kaki..” Sahut lirih Queen.

“Masih berani menyahut?!”

Queen menggeleng dengan kepala menunduk.

“Tahan dan jangan menangis karena ini akibat kecerobohan mu!”

Queen mengangguk, walaupun sakit tetapi luka ini tidak seberapa untuk nya.

“Stthh..” Rintih pelan Queen begitu Barra mencabut pecahan vas tersebut.

Membersihkan luka tersebut, lalu membalutnya dengan kain kasa. Semua itu Barra lakukan dengan tangan nya sendiri di iringi omelan nya.

“Diam di sini dan jangan kemana-mana sampai kamar di bersihkan!”

“Ta-tapi Queen harus masak dan--”

“Kau bukan pembantu, Queen Agatha”

...****************...

Terpopuler

Comments

da hida

da hida

next thorrrrr ubah panggilannya lah Thor ga lucu kan suami istri panggilnya kak sayang kek atau apa🤣

2023-03-07

2

🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡

🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡

Btw Barra nikah kemaren, ibu bapa dia tau ngga ya? 🤔

2023-03-07

3

🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡

🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡

Tapi kau istriku yang akan menjadi ibu dari anak-anakku

2023-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!