Tenang, damai, dan sunyi. Itu lah kata yang cocok untuk mendeskripsikan suasana saat ini. Queen berdiri pada balkon kamar baru nya.
Benar kamar baru! Karena perempuan itu baru saja pindah rumah seperti apa yang Barra ucapkan. Rumah kali berada di tengah-tengah hutan dan sangat jauh dari pemukiman.
Greb!
Sepasang tangan melingkar di perut ramping Queen membuat sang pemilik tersentak kaget.
“Kak..” Gumam kaget Queen begitu melihat wajah Barra berada di bahu nya.
“Sedang apa hmm?”
Queen menggeleng samar. Boleh kah ia berbicara bahwa sebenar nya Queen takut untuk tinggal di sini? Tapi tidak mungkin ia berbicara seperti itu.
“Suka sama rumah nya?” Tanya Barra. “Ini salah satu rumah tersembunyi milik ku” Lanjut nya.
“Kalau Queen bilang, Queen tidak suka bagaimana?” Tanya balik Queen dengan nada ragu.
“Maka aku akan membuat kamu suka berada di sini”
Queen menghela napas lelah, percuma saja ia menolak atau pun memberontak. Karena Barra pasti selalu punya cara untuk membalikkan fakta nya.
“Lalu bagaimana dengan pekerjaan kakak? Bahkan jarak dari sini ke jalan raya saja memakan waktu lima belas menit”
“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaan ku sayang. Asalkan tidak ada yang menganggu hidup kita, aku sanggup menempuh berjalanan jauh”
Queen tak lagi menyahut atau berbicara, mata nya kembali menatap pohon-pohon di hadapan nya yang mengantarkan kesejukan serta ketenangan.
“Jadi kapan?” Tanya Barra setelah beberapa saat terdiam menikmati suasana.
Queen menyernyit bingung. “Kapan apa nya, kak?”
“Kapan kamu siap dan memberikan anak untuk ku?”
Queen melepaskan pelukan Barra, lalu berbalik menatap pria tinggi yang kini tengah menatap pergerakan nya.
“Kak..” Queen bergumam pelan, mengatur napas nya sebelum benar-benar mengutarakan pikiran nya.
“Kenapa sayang?” Barra mengusap lembut pipi Queen, pipi yang membuat pria itu ingin mengigit nya.
“Kakak ingin segera mempunyai keturunan dan penerus 'bukan?” Barra mengangguk sebagai jawaban, senyum tipis menghiasi wajah tegas itu.
“Jika seperti itu kenapa dari awal kakak malah membeli Queen? Kenapa tidak wanita lain yang siap memberikan apa yang kakak mau”
“Kamu bersih dan tidak seperti wanita lain nya” Sahut singkat Barra. Senyum pria itu luntur, bahkan Barra berjalan mendekati pembatas balkon.
“Kata siapa Queen bersih?” Tanya Queen dengan nada sulit diartikan nya. “Bahkan Queen hampir di perk*sa oleh Ayah Queen sendiri!”
“Ayah tiri” Ralat Barra menatap dingin Queen.
Queen yang awalnya menunduk, kini mengangkat pandangan nya dengan tatapan tidak percaya nya. “Ka-kak tau?” Tanya nya.
Barra berbalik, menatap pohon-pohon lebat di hadapan nya. “Queen Agatha, aku tidak sesederhana yang kamu pikirkan”
“Bicara yang jelas kak, jangan membuat otak kecil Queen berdenyut”
“Belum waktu nya”
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Barra berbalik menatap sekilas Queen lalu langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Menyisakan Queen yang menatap punggung nya hingga menghilang di balik pintu sana. Queen bingung, sepertinya mulai sekarang perempuan itu harus lebih banyak berfikir.
“Sebenarnya siapa kak Barra?”
.
.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
“Nona, waktu nya makan malam”
Suara ketukan pintu dan suara seorang wanita di balik pintu itu mengalihkan perhatian Queen yang sejak siang terus berada di dalam kamar.
Ceklek~
Pintu kamar di buka oleh Queen, terlihat di hadapan nya wanita paruh baya yang sebelum nya bilang tidak ikut bersama mereka ke rumah ini, kini berada di depan nya.
“Bi Dazy” Pekik bahagia Queen memeluk wanita itu.
“Nona..” Gumam tak enak Bi Dazy.
“Bibi.. Ini beneran Bi Dazy 'kan?”
“Iya nona, ini Bibi” Sahut wanita itu tersenyum hangat.
Queen yang awalnya tersenyum bahagia, kini berubah masam dengan ekspresi galak nya. “Sebelumnya bibi bilang tidak akan tinggal di sini!”
“Awalnya Bibi memang tidak akan tinggal di sini nona, tetapi tadi siang tuan meminta Bibi untuk datang dan tinggal di sini menemani nona”
“Huuft, syukur lah kak Barra mengerti” Gumam lega Queen, setelah nya perempuan itu menggenggam kedua tangan Bi Dazy.
“Queen takut melihat wajah Bibi yang mengurus rumah ini” Cicit Queen.
“Takut kenapa nona?”
“Entah lah, dia menatap Queen tidak suka dan seperti membenci Queen”
Bi Dazy menggeleng pelan dan terkekeh. “Nona tidak boleh berburuk sangka, dan sekarang ayo makan malam”
Queen mengangguk pelan membuat Bi Dazy melepaskan genggaman tangan perempuan itu. Karena mau bagaimana pun Queen tetap lah nona-nya.
“Kenapa di lepas Bi? Queen ingin mengandeng Bibi”
“Maaf nona, tapi itu kurang sopan dan Bibi takut tuan akan marah”
Queen menatap bingung Bi Dazy, baru saja perempuan itu hendak melontarkan pertanyaan tetapi Bi Dazy terlebih dahulu memundurkan langkah nya.
“Silahkan nona” Ujar Bi Dazy dengan kepala menunduk.
.
Mata Queen mengedar mencari keberadaan pria yang membuat detak jantung nya tidak menentu. Sejak perbincangan kecil tadi pagi, Barra tak juga menampakkan diri nya.
“Tuan belum pulang, nona” Ucap Bi Dazy seakan mengerti pertanyaan dalam benar Queen.
“Emm, kak Barra kemana Bi?”
“Bibi tidak tau nona, tuan hanya menitipkan nona pada Bibi dan memesan agar tidak telat makan” Jelas nya.
Sebenarnya banyak yang ingin Queen tanyakan, tetapi kini perempuan itu hanya mengangguk-angguk dan mulai memakan makanan nya.
“Lebih baik Queen cari tahu sendiri” Batin Queen di sela kegiatan nya.
“Setelah makan Bibi akan mengantar nona ke perpustakaan milik tuan”
“Perpustakaan?” Ulang bingung Queen.
“Benar nona, di rumah ini ada perpustakaan pribadi milik tuan. Dan tuan juga berpesan untuk menunjukkan perpustakaan itu pada nona” Jelas Bi Dazy.
Mata Queen berbinar, ini lah yang ia cari-cari dan ia tunggu-tunggu. Dimana Queen bisa belajar kembali dan membaca banyak buku.
“Ayo Bi sekarang saja” Ajak Queen beranjak dari posisi nya dan meninggalkan makanan nya begitu saja.
“Nona harus menghabiskan makanan itu terlebih dahulu”
“Queen sudah kenyang Bi, ayo kita ke perpustakaan”
Bi Dazy menggeleng samar, walaupun ini permintaan sang nona tetapi Barra sudah memesan pada nya agar Queen menghabiskan makanan yang di makan nya.
“Bibi tidak bisa menunjukkan nya jika makanan itu belum habis”
“Ayo lah Bi..” Bujuk Queen memelas. Menggoyangkan lengan wanita paruh baya itu seakan sedang membujuk ibu nya sendiri.
“Tidak bisa nona, atau Bibi akan kena marah dan di pecat oleh tuan”
Mata Queen melotot, tentu ia tidak mau ada yang kesusahan karena nya.
“Baiklah Queen akan habiskan, tetapi setelah itu kita langsung ke perpustakaan 'ya?”
Bi Dazy mengangguk mantap, tetapi Queen yang tidak puas pun langsung mengangkat jari kelingking nya.
“Janji?”
“Iya nona” Sahut Bi Dazy terkekeh gemas.
“Janji dulu!!” Rengek Queen kala Bi Dazy tak kunjung membalas uluran jari kelingking nya.
“Iya-iya nona, Bibi janji” Bi Dazy menautkan jari kelingking nya dengan jari sang nona, membuat pinky promise yang biasanya dilakukan oleh para bocah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
Next Kak Riri semangattt🥰
2023-03-11
0
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
aaaaa baraaa ko aku baper banget si liat cowo lembut kegitu 🥺💜💜💜
2023-03-11
3