“Bagaimana?” Tanya seorang wanita yang kini duduk di hadapan seorang pria dengan tatapan serius nya.
“Rumah itu kosong, Mom”
Arcy menegakkan tubuh nya begitu mendengar penuturan Barri. Tidak mungkin rumah yang sangat Barra sayangi itu menjadi kosong.
“Kamu sedang bercanda 'bukan?”
“Tidak, aku serius”
“Tidak mungkin rumah itu kosong!” Elak cepat Arcy.
Barri mengangguk pelan. “Tidak benar-benar kosong, ada pelayan dan beberapa penjaga. Tetapi maksud ku, Barra tidak ada di sana” Ralat nya.
“Ck, dasar kamu!” Geram kesal Arcy. Wanita paruh baya itu kembali menyandarkan punggung nya pada sandara sofa single yang ia duduki.
“Tapi aku serius Mom, tidak ada tanda-tanda Barra berada di rumah itu selama satu minggu ini”
“Bisa jadi Barra berada di kantor nya, dan bisa jadi dia pulang ke apartemen nya”
Barri berdecak kesal. “Apa Mommy tidak bisa mempercayai perkataan ku?” Gerutunya. “Suasana dan situasi kali ini berbeda Mom, biasanya para penjaga mengelilingi rumah nya. Dan setiap malam aku tidak menemukan mobil yang di pakai Barra saat ke kantor”
“Jadi maksud mu Barra pindah rumah?”
Barri mengangguk, karena itu lah kesimpulan yang cocok saat tidak menemukan keberadaan pria yang berstatus sebagai kakak-nya di rumah yang sangat pria itu jaga.
“Kemana?” Tanya Arcy yang kembali mendapat gelengan.
“Jika aku tahu, aku akan langsung mengikuti nya dan memberitahu Mommy”
Arcy menoleh, menatap foto keluarga mereka. Lebih tepatnya Arcy tengah menatap wajah Barra pada foto itu.
“Lalu kenapa kamu tidak mengikuti nya saat pulang kerja? Dan sebenarnya apa yang terjadi sampai Barra harus pindah rumah?”
Terdengar helaan napas lelah yang keluar dari sela bibir Barri. “Setiap hari aku mencoba mengikuti, tetapi setiap di Jalan Kellerstrasse aku selalu kehilangan jejak Barra” Jelas nya dengan nada frustasi.
“Kenapa bisa?”
“Entah lah aku juga bingung, terkadang ada mobil besar yang tiba-tiba menyalip ku atau halangan lain nya yang membuat aku gagal mengikuti nya”
“Aku yakin Barra pasti sudah memiliki seorang wanita untuk melahirkan penerus nya” Ujar tiba-tiba Bella yang baru saja memasuki ruangan tersebut.
Sontak mata Barri dan Arcy langsung terfokus pada nya.
“Jangan berbicara sembarangan, Barra tidak mungkin memilih wanita sembarangan demi seorang penerus!” Sahut Arcy dengan nada tidak santai nya.
“Ya 'kan bisa saja, kita tidak ada yang tau jalan pemikiran Barra 'bukan?”
Barri mengangguk pelan menyetujui ucapan sang istri. Memang benar, selama ini tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran pria itu.
“Sepertinya Mommy harus segera menghubungi Bianca agar segera datang dan mendekati Barra” Saran Barri melihat wajah pias sang Mommy.
“Tanpa kamu bicara pun Mommy sudah menghubungi Bianca, tetapi saat ini dia masih ada jadwal pemotretan”
“Berhenti mendesak Barra, Mom” Sentak seorang pria patuh baya dengan style kantoran nya yang baru saja memasuki ruangan itu.
“Daddy..” Gumam kaget penghuni ruangan tersebut seraya berdiri.
Anton melepas kasar dasi yang mencekik leher nya, dan menaruh jas nya cukup kasar pada sofa single yang di duduki Arcy.
“Harus berapa kali Daddy ingatkan untuk berhenti mengganggu Barra?!”
“Daddy baru sampai? Kok gak kasih kabar ke Mommy kalau Daddy pulang hari ini?” Tanya Arcy mengalihkan pembicaraan.
Tetapi yang wanita paruh baya itu dapatkan bukan jawaban, melainkan decihan sinis sang suami.
“Apa kerja keras Daddy selama ini kurang? Apa harta yang sudah Daddy dapatkan kurang bagi kalian?” Desak sinis Anton.
“Barra keluarga kita, Barra juga punya hak untuk kebahagiaan nya!” Lanjut nya.
“Tenang dulu, Dad. Apa Daddy ingin minum?” Sela Barri mendekati sang Daddy.
“Kamu juga jangan jadi manusia rakus!” Bentak emosi Anton.
“Ini semua demi kebaikan Barra, Dad. Mommy gak mau di luaran sana Barra menghabiskan hartanya untuk hal yang tidak jelas!” Sahut Arcy tak kalah emosi.
Kekehan sinis Anton tujukan pada wajah emosi sang istri. “Jadi.. Kamu lebih sayang pada harta anak mu dari pada anak mu sendiri?”
Arcy terdiam, begitu pun dengan Barri dan Bella yang memilih untuk bungkam.
“Sejak kapan kamu jadi manusia rakus seperti ini Mom? Barra mendapatkan semua nya dengan keringat nya sendiri, bahkan Daddy tidak membantunya sepeser pun!” Teriak murka Anton.
Setelah meneriaki Arcy dengan emosinya, Anton lantas beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut menyisakan Arcy, Barri, dan Bella yang terdiam melihat kemarahan Anton.
Melakukan perjalanan dinas selama dua minggu lamanya, ketika pulang Anton kembali di buat emosi dengan tingkah istri dan anak nya belakangan ini.
.
.
“Dimana Queen?”
Dua kata itu lah yang sering Bi Dazy dengar begitu sang majikan pulang. Jika sebelumnya ketika pulang kerja Barra akan langsung masuk ke kamar nya.
Namun berbeda dengan belakangan ini, pria itu selalu menanyai keberadaan istri nya sebelum akhirnya beranjak ke tempat dimana Queen berada.
“Nona berada di perpustakaan, tuan” Jawab Bi Dazy dengan senyum hangat nya.
“Lagi?” Alis Barra bertaut.
Semenjak Queen mengetahui bahwa di rumah yang baru ini ada perpustakaan nya. Sejak saat itu lah perempuan itu selalu menghabiskan waktu nya di perpustakaan.
“Iya tuan, nona seperti nya sangat senang membaca”
Barra mengangguk pelan sebelum akhirnya melangkah kan kaki nya ke arah perpustakaan mini milik nya.
Mengedarkan pandangan nya ke segala penjuru, akhirnya Barra menemukan sang istri yang tengah berdiri di pojok sana sambil melihat cover buku yang ia pegang.
“Mencari buku apa?” Tanya tiba-tiba Barra membuat Queen tersentak kaget.
“Emm.. Queen sedang mencari buku sains”
Barra mengusap pucuk kepala Queen lalu menarik pelan kepala itu untuk di kecup kening nya.
Cup!
“Sudah menemukan nya?” Tanya Barra setelah memberikan kecupan hangat nya.
Queen menggeleng, kepala nya menunduk malu. Padahal hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan, namun entah kenapa dirinya masih merasa malu.
“Ayo aku tunjukkan dimana rak penyimpanan nya”
Barra menggenggam tangan Queen dan menuntun nya berjalan, tetapi langkah nya terhenti begitu melihat Queen yang sepertinya kesulitan berjalan.
“Kenapa?” Tanya Barra dengan nada dingin, menatap datar ke arah kaki Queen.
“Emm.. Ini, tadi Queen gak sengaja jatuh dari kursi saat mau mengambil buku di rak atas” Jelas ragu Queen.
Seketika Barra langsung melepaskan genggaman nya dan berjongkok di depan Queen.
“Kak!” Pekik kaget Queen saat bara menarik kaki nya.
“Shiit, ini membengkak!” Desis tertahan Barra mengangkat pandangan nya menatap tajam Queen.
“Ga-gapapa kok, gak sakit ju-- Awww!!” Ucapan gugup Queen berganti dengan pekikan kesakitan nya saat Barra menekan pelan kaki nya.
“Gak sakit?” Ulang menekan Barra.
Queen mengalihkan pandangan nya, tak berani menatap mata elang nan begitu menusuk milik Barra.
“Ma-maaf..” Cicit nya pelan.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
Next Kak Riri udah jatuh cinta nih sama BarQueen eaak 😘❤️
2023-03-12
0
da hida
ayo Thor buat dia ga polos lagi kasian banget kan bara udah mau punya deby eh istrinya polos kek orang bodoh huhu sama aku aja gimana baraa😭😭🤣🤣
2023-03-12
2