“Dimana Queen?..”
Pria dengan kaca mata yang bertengger sempurna pada hidung mancung nya itu terus menatap tajam Madam Gie. Melontarkan pertanyaan tersebut secara terus-menerus.
“Queen tidak kemana-mana tuan Kean, hari ini Madam memberikan nya waktu untuk beristirahat” Sahut Madam Gie entah yang ke berapa kali nya.
Pria yang di sapa Kean itu menggeram pelan. Bukan ini jawaban yang dia ingin kan dan apa tadi? Memberi waktu untuk istirahat? Apa Kean tidak salah dengar.
Madam Gie mendekat dan menyentuh bahu Kean. “Hari ini ada gadis baru, apa anda mau mencoba nya terlebih dahulu?” Bisik nya.
“Panggilkan Queen!” Sentak tertahan Kean menatap Madam Gie tidak bersahabat.
Madam Gie mulai tidak tenang. Ia melupakan pria ini saat dengan mudah nya mengucapkan kata Deal pada Barra.
Mata wanita bersanggul itu melirik ke salah satu wanita-nya yang terus menatap nakal Kean, mengode agar wanita itu mendekat.
“Halo Daddy.. ” Sapa seorang wanita seraya melegokan tubuh nya di hadapan Kean. “Ingin bermain?” Tawarnya mengusap dada Kean.
Sejenak Kean memejamkan matanya, hal itu pun membuat Madam Gie menghela napas lega. Tetapi yang terjadi berikutnya pria itu malah menahan gerakan tangan wanita centil itu.
“Panggilkan Queen” Titah nya penuh penekanan pada Madam Gie. “Atau saya akan melakukan hal yang tidak terduga pada bisnis anda, Madam”
“Siall! Anda tidak bisa seperti ini tuan Kean. Anda tidak bisa mengancam bisnis saya dan ingat anda sudah pernah menekan kontrak untuk tutup mulut!”
Kean menarik wanita yang sempat menggoda nya hingga duduk dipangkuan nya, lalu mengusap sensual paha yang menjadi makanan para pria hidung belang di sana.
“Sepertinya saya terlalu banyak mengetahui hal yang seharusnya tidak di ketahui pelanggan” Ujar Kean dengan kekehan nya.
“Daddy..” Rengek wanita di pangkuan Kean saat tangan pria itu berhenti mengusap.
“Nando” Panggil Kean pada asisten nya yang sedari tadi berdiri di belakang nya.
“Ada apa boss?”
Kean mengode lewat matanya, entah kode apa yang pasti setelahnya Nando mengangguk dan pergi dari tempat itu.
“Mari kita bermain, manis..” Bisik Kean seraya bangun dan merengkuh wanita di pangkuan nya.
.
.
.
“Bibi?”
“Iya non”
“Emm.. Apa kak Barra tinggal di rumah ini sendiri?”
“Betul nona ”
“Lalu bagaimana dengan keluarga nya?”
Sesaat Bi Dazy menghentikan segala gerakan nya. Wanita paruh baya yang tengah sibuk mengadoni sesuatu itu pun menatap ragu Queen.
“Maaf nona, bukan nya bibi tidak mau menjawab tetapi jika berkaitan dengan hidup tuan Barra lebih baik nona tanyakan langsung pada tuan”
Queen tersenyum kikuk, niat hati ia ingin mencari tahu tentang pria yang menjadi suami nya ini dari Bi Dazy. Namun sepertinya Bi Dazy juga takut untuk membuka suaranya.
“Queen ingin membantu membuat cake itu, Bi”
“Tidak perlu non. Nona tidak di perbolehkan untuk melakukan sesuatu oleh tuan” Larang Bi Dazy yang sebelumnya mendapat pesan dari sang majikan.
“Tapi sudah seharian Queen hanya duduk dan bersantai seperti ini. Queen juga ingin belajar membuat cake itu, bukan kah itu cake kesukaan kak Barra?”
Bi Dazy mengangguk membuat senyum di bibir Queen terukir. “Queen--”
“Tuan”
Queen menoleh objek pertana yang mata nya tangkap adalah Barra, sang suami yang kini tengah berjalan ke arah nya dan tentu nya dengan mata elang yang tertuju pada nya.
Menarik kursi di sebelah Queen, lantas Barra menyandarkan kepalanya pada bahu kecil sang istri yang jelas-jelas lebih pendek dari nya.
“Bibi permisi tuan, nona” Bi Dazy pun berlalu meninggalkan sepasang suami-istri itu.
Melihat kepergian Bi Dazy, bibir Queen terasa keluh dan rasanya ia ingin memanggil kembali wanita paruh baya itu.
Suasana begitu hening tak ada yang bersuara satu pun di antara mereka, hanya terdengar deru napas berat Barra dan Queen? Tubuh perempuan itu membeku saat tiba-tiba Barra menyandarkan kepalanya pada bahu nya.
“Sudah makan?”
Queen mengangguk kaku sebagai jawaban. “Ka-kakak sudah?”
Sudut bibir Barra tertarik mengukir senyum tipis saat mendengar pertanyaan Queen. Lantas pria itu menggelengkan kepalanya.
“Belum”
“Mau makan?”
Barra menggeleng dan menegakkan tubuh nya. “Ayo ke kamar”
Queen menoleh ke segala arah, seakan mencari sesuatu begitu mendengar ucapan Barra. Hingga tiba-tiba tubuhnya melayang dan berada di dalam gendongan pria tinggi itu.
“Kak!” Sentak kaget Queen memeluk leher Barra tetapi langsung mendapat pelototan dari pria itu.
“Berani membentak ku?”
Queen menggeleng cepat. “Qu-queen kaget kak, ma-maaf..”
“Ck!” Barra melanjutkan langkah nya, sedangkan Queen kini perempuan itu hanya diam menatap dada bidang nan keras yang berada di hadapan nya.
“Darah?” Gumam bertanya Queen begitu mendapati darah pada lengan kemeja Barra.
“Kak?”
“Hmm”
“Kakak terluka?”
Barra yang awalnya sibuk pada handphone nya kini langsung menatap fokus Queen yang tengah memegang kemeja nya.
Dapat Barra lihat dengan jelas pada lengan kemeja putih nya itu terdapat noda darah. Dengan cepat pria itu mendekati Queen dan merebut kemeja nya lalu melemparkan nya asal pada keranjang pakaian kotor.
“Kak--”
“Bukan darah, tapi tinta” Sela Barra. “Sudah ayo tidur” Lanjutnya menarik tubuh Queen hingga berbaring di samping nya.
Menarik Queen ke dalam dekapan nya, lalu Barra menekan kepala sang istri pada dada bidang nya dengan. “Tidur lah”
Queen mengangguk pelan. Sedangkan Barra? Mata tajam nya terus tertuju pada sela gorden kamar nya.
“Itu bukan tinta, tapi darah. Queen yakin” Batin Queen tidak tenang. “Barra terluka dan tidak ingin di obati oleh Queen?”
“Bodoh! Kenapa kau begitu teledor, Bar!”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀
Lanjutt, Thor semua karyamu emg the best deh, ceritanya seru semua, semangat thor...
2023-03-07
4