Jam telah menunjukan tepat pukul dua siang, saat ini di ruangan CEO terlihat sang pemilik ruangan tengah membereskan barang-barang nya.
Tentu nya Barra berniat untuk pulang, lagi pula pekerjaan hari ini sudah ia selesaikan semua dan tidak ada jadwal di luar perusahaan.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
Pintu ruangan di ketuk oleh seseorang di luar sana, sejenak Barra menatap pintu ruangan nya sampai akhirnya pria itu mengeluarkan suara nya.
“Masuk!”
Ceklek~
“Tuan..” Sapa Ric seraya membungkuk hormat.
“Ada apa?”
“Asisten tuan Anton baru saja menelpon, beliau meminta anda untuk pulang malam ini”
Alis Barra bertaut penuh pertanyaan. “Daddy sudah pulang?”
Ric mengangguk. “Tuan Anton sudah kembali dua hari lalu”
“Lebih baik kau telpon kembali asisten Daddy dan bilang aku tidak bisa”
“Tapi..” Ric tidak melanjutkan perkataan nya. Sangat sulit menjelaskan situasi saat ini.
“Ck, baiklah lanjutkan pekerjaan mu. Aku yang akan menelpon Daddy”
“Baik tuan, saya permisi” Ric berlalu meninggalkan ruangan Barra.
Begitu melihat pintu kembali tertutup Barra pun mulai mengutak-atik handphone nya dan tentunya tujuan ia adalah ingin menelpon sang Daddy.
Tak butuh waktu lama, panggilan Barra langsung tersambung oleh sang Daddy di sebrang sana.
“Aku tidak bisa pulang malam ini” Ujar to the point Barra tanpa mengucapkan salam atau pun sapaan.
“Santai boy, ada yang perlu Daddy bicarakan pada mu”
“Aku tidak bisa” Ulang Barra dengan nada datar nya.
“Kenapa tidak bisa? Kamu belum bertemu dengan Daddy lho”
“Memang nya kita sering bertemu?” Sahut sinis Barra. “Bahkan dalam sebulan mungkin hanya dua sampai tiga kali, dan itu pun karena bisnis ”
Terdengar kekehan renyah Anton dari sebrang sana. Hingga beberapa saat kemudian pria itu kembali berbicara.
“Jangan membuat Daddy merasa gagal menjadi seorang Ayah, boy. Pulang lah Daddy merindukan mu”
Barra menyandarkan punggung nya cukup kasar pada sandaran kursi kebesaran nya. Pria itu memijat pangkal hidung nya.
“Daddy tidak gagal menjadi seorang Ayah, tetapi Daddy gagal menjadi seorang suami” Sahut Barra setelah beberapa saat terdiam.
“Maafkan Daddy karena gagal mendidik Mommy mu, tapi percaya lah mungkin Mommy hanya ingin yang terbaik untuk mu”
“Ck, dia tidak ingin yang terbaik untuk ku. Tetapi dia ingin yang terbaik untuk Barri!”
“Jangan berbicara seperti itu, kalian sama saja!” Sentak Anton di sebrang sana. “Inti nya Daddy mau malam ini kamu pulang dan kita makan malam bersama!” Tegas nya tak ingin di bantah.
“Aku--”
Tut..
Belum sempat menyelesaikan perkataan nya, tiba-tiba saja Anton mematikan panggilan tersebut secara sepihak membuat Barra menggeram tertahan.
.
.
“Malam” Sapa dingin Barra yang baru saja menginjakkan kaki nya pada ruang tengah yang begitu mewah dan megah.
Sontak suara Barra berhasil mengalihkan atensi para penghuni ruangan itu. Baik Arcy atau pun Barri dan Bella, ketiga nya cukup kaget.
“Selamat malam, boy!” Sahut senang Anton seraya mendekati Barra dan menuntun pria itu untuk duduk.
“Daddy apa kabar?” Tanya Barra menatap wajah sang Daddy yang tersenyum hangat.
Jika awalnya Barra tak ingin menyapa pria itu karena masih merasa kesal, namun niat nya luntur saat melihat senyum hangat itu.
“Baik, sangat baik. Apa lagi setelah melihat wajah tampan anak Daddy ini”
“Ck, tidak usah lebay” Decak risih Barra.
Anton terkekeh pelan, Barra tak pernah berubah. Dari kecil pria tampan itu selalu kesal jika di puji ketampanan nya.
“Barra..” Panggil Arcy seperti gumaman.
Barra melirik sang Mommy lalu berdehem pelan.
“Kamu?..”
“Daddy yang menyuruh Barra pulang, dan ayo kita makan” Jelas Anton seraya beranjak menuntun Barra bak seorang anak kecil.
“Mom?”
“Sudah ayo cepat kita makan, jangan sampai Daddy marah lagi” Ucap cepat Arcy seraya beranjak menyusul langkah kedua pria itu.
.
Sedangkan di sisi lain, lebih tepatnya di sebuah rumah besar yang berada di tengah hutan itu.
“Bi Dazy hikss.. Bibi dimana hikss..!!” Isak histeris Queen saat tiba-tiba lampu rumah itu padam.
Perempuan itu berada di kamar nya, membungkus dirinya di bawah selimut melawan rasa takut nya. Namun sayang Queen takut kegelapan!.
“Bi hikss.. Tolong..!!”
Tubuh Queen menggigil ketakutan, keringat sudah memenuhi kening nya bahkan rasa sakit di kaki nya bukan lah apa-apa.
Ceklek~
Pintu kamar terbuka membuat Queen semakin berteriak histeris.
“Tidak, jangan hikss.. Jangan sakiti Queen!!”
“Astaga non, ini Bibi. Tenang lah” Ujar cepat Bi Dazy seraya mendekati perempuan itu.
Queen menyingkap selimut nya dan terlihat lah wanita paruh baya itu membawa beberapa senter hingga menerangi kamar gelap itu.
“Bibi hikss..” Queen hendak beranjak memeluk wanita itu.
Namun secepat kilat Bi Dazy lah yang memeluk Queen hingga Queen tak jadi bergerak sembarangan.
“Tenang lah nona, di sini ada Bibi” Ujar lembut Bi Dazy mengusap-usap punggung Queen.
“Queen takut hikss, kenapa ini gelap hikss”
“Terjadi konsleting listrik pada gardu depan nona. Maafkan Bibi karena lama”
Queen menggeleng samar dan semakin memeluk wanita itu. Sosok wanita paruh baya yang sangat lembut pada nya dan di sini lah Queen dapat merasakan kembali kasih sayang seorang ibu.
“Jangan tinggalkan Queen, Ma hikss..” Gumam Queen kembali terisak.
“Bibi akan tetap di sini sampai listrik kembali menyala nona. Tenang lah petugas tengah memperbaiki”
“Queen takut hikss.. Ayah mengurung Queen di gudang itu, Ma”
Bi Dazy terdiam, kepala nya menunduk menatap wajah Queen yang terlihat memejamkan matanya.
“Nona?”
“Ayah memukul Queen di gudang gelap itu hikss, sakit hikss..”
“Mama tolong Queen hikss, bawa Queen ini sakit hikss..”
“Nona?!” Panik Bi Dazy berusaha melepaskan pelukan Queen.
Tubuh Queen tiba-tiba saja panas, perempuan itu semakin merancau dan terisak dengan mata terpejam nya.
“Ada apa dengan nona?” Bi Dazy semakin panik lantas ia mengeluarkan handphone nya pada saku seragam pelayan nya dan menghubungi Barra.
Selama beberapa saat panggilan itu berdering, hingga akhirnya Barra menjawab nya.
“Halo, tuan?”
“Ada apa bi?”
“No-nona, tuan--”
“Tidak hikss, sakit. Ini sakit hikss..!!” Teriak histeris Queen melepaskan pelukan nya dan memeluk tubuhnya sendiri seakan tengah melindungi dirinya.
Bi Dazy menaruh asal handphone nya dan langsung menaiki kasur lalu memeluk tubuh gadis kecil yang terlihat sangat rapuh itu.
“Sakit Ma hikss, tolong Queen hikss hikss..”
“Mama di sini, Queen. Tenang lah” Ujar lembut Bi Dazy. “Mama akan membawa Queen, jadi tenang lah” Lanjut nya.
Bi Dazy terus melontakan kata-kata nya yang menyamar menjadi sosok Mama gadis rapuh itu. Hingga perlahan teriakan histeris itu mereda.
“Mama jangan tinggalkan Queen lagi, hikss..” Isak pelan Queen melepaskan perlindungan pada dirinya dan memeluk erat Bi Dazy.
“Seberat apa kehidupan nona sebelum nya?” Batin Bi Dazy.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
Tapi sebenarnya aku bingung disini hubungan Barra sama ortu nya baik-baik aja atau gimana yaa ?😄
2023-03-13
3
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
Sukaaaaaaa banget Ka Riri selalu up huaaa 😭😭😭💜💜💜💜
2023-03-13
0
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
Dan panggilan itu masih terhubung kan? 😳 aku harap Barra mendengar semuanya 😢
2023-03-13
1