3.

“Queen bukan jallang..”

Alis Barra bertaut, kepalanya mendongak menatap ekspresi wajah perempuan yang tadi pagi ia nikahi. Terlihat kedua bibir tipis itu bergetar dan air mata nya terus menetes.

“Ck, jika bukan jallang lalu apa? Bit'ch?”

Queen menggeleng tak mampu mengeluarkan suara nya.

“Jangan bilang kau ingin mengaku bahwa kau seorang perempuan yang masih suci, begitu?”

Queen mengangguk membuat tawa Barra pecah detik itu juga. Namun tawa itu terdengar seperti ejekan.

“Perempuan mana yang tinggal di dalam sebuah rumah bordil dapat dikatakan masih suci? Yang mana coba tunjukkan pada ku haha”

Queen menunduk semakin dalam, tangan nya meremat kuat ujung gaun nya. Gaun yang tadi pagi dia pakai di acara sakral itu.

“Seharusnya kau bersyukur karena aku beli, jadi tidak perlu melayani pria haus itu” Timpal nya semakin menohok hati Queen.

“Queen juga tidak mau seperti ini hikss.. Ta-tapi Ayah yang menjual Queen ke tempat itu hikss” Ujar Queen dengan susah payah menahan isak tangisnya.

Hening. Barra tak lagi mengeluarkan suaranya, seharian ini sebenarnya pria itu sudah menyelidiki lebih dalam tentang kehidupan kelam seorang Queen Agatha.

“Aww.. Perih” Rintih Queen begitu Barra membersihkan goresan luka pada lututnya dengan alkohol.

Setelah selesai dengan kegiatan nya Queen pun turun dari meja dapur di bantu oleh Barra yang sedari tadi terus menatap nya.

“Bersihkan tubuh mu, setelah itu bersiap lah untuk malam ini” Ujar dingin Barra seraya berbalik dan hendak meninggalkan Queen.

Namun langkah pria itu terhenti begitu Queen menahan tangan nya. “Ja-jangan sekarang..” Lirih nya takut.

Barra hanya diam, tidak berbalik menatap nya. Hingga akhirnya Queen kembali mengeluarkan suaranya.

“Qu-queen masih sembilan belas tahun jadi--”

“Usia bukan lah sebuah alasan untuk melahirkan seorang anak, di tambah kau sudah berhalangan setiap bulan nya seperti perempuan lain”

Kaki Queen melemas, jantung nya berdebar begitu kuat kala dengan tegasnya Barra mengucapkan kata-kata itu dengan mata yang mengunci tatapan nya.

“Ta-tapi--”

“Semakin cepat kau melahirkan keturunan untuk ku, maka semakin cepat kau terbebas dan hidup sesuka mu di luaran sana”

Setelah mengucapkan itu, Barra pun langsung berlalu meninggalkan Queen. Rasa lapar di perut nya telah lenyap begitu saja di gantikan dengan rasa takut akibat perkataan Barra.

“Queen harus apa, Ma?” Gumam lirih Queen.

.

.

“Dimana anak sialan itu Madam? Bisa tolong panggilkan dia?” Ujar seorang pria paruh baya yang diambang setengah kesadaran nya.

“Tidak ada” Sahut singkat Madam Gie berniat meninggalkan pria itu.

“Oh ayolah cantik, aku kan membayar mu” Goda nga mencolek dagu Madam Gie.

“Berhenti menyiksa putri mu, Tomi!” Bentak Madam Gie yang tak bisa menahan kesabaran nya lagi.

“Ada apa dengan mu? Aku hanya ingin bertemu putri ku, upss maksud nya putri tiriku hahaha”

“Aku bilang tidak ada, tidak ada!”

Malas meladeni nya pria yang diketahui bernama Tomi Georgi itu, lantas Madam Gie pun langsung pergi membuat pria itu membanting botol alkohol di tangan nya.

“Sialan jangan menguasai putri ku, dia sumber penghasilan ku!” Teriak murka Tomi mencoba menerobos masuk.

“Tahan dia!” Titah tegas Madam Gie.

Kedua pria berpengawakan besar dan tinggi itu pun langsung menahan gerakan Tomi yang hendak menerobos masuk. Lalu dengan kasar nya kedua pria itu melempar tubuh Tomo keluar dari tempat itu.

“Arghh siall! Kembali kan putri ku!!” Erang nya marah.

“Putri mu sudah jadi bagian dari rumah bordil ini Tomi, jadi sadar lah dan berhenti menganggu nya!”

Blamm!

Pintu khusus itu di tutup begitu kasar oleh salah satu pria yang melempar tubuh Tomi itu. Membiarkan pria paruh baya yang sudah mabuk itu terus mengamuk.

.

Sedangkan di sisi lain, dengan langkah berat Queen keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang di baluk oleh handuk kimono.

Dibalik handuk kimono itu terdapat baju dinas yang bisa membangkitkan gairah siapa saja yang melihat nya. Di tambah tubuh putih dan mulus Queen sungguh menggoda.

“Kenapa masih di pakai?”

“Bi-bisa tidak Queen menggunakan baju lain? Ini terlalu tipis dan--”

“Lepas handuk itu, Queen Agatha”

Melihat tatapan mematikan dari Barra pria yang berstatus sebagai suami nya membuat nyali Queen menciut, perlahan dengan penuh keraguan yang terus menyerang dirinya Queen pun mulai melepas ikatan handuk kimono itu.

“Ukhukk.. Ukhukk..” Barra tersedak salivanya sendiri begitu melihat baju dinas yang ia berikan.

Pria itu sungguh tidak menyangka bahwa warna itu sangat cocok dengan tubuh ramping Queen. Rambut yang di cepol asal menambah kesan panas pada perempuan itu.

“Tuan tidak apa-apa?” Panik Queen seraya memberikan segelas air yang ada di nakas samping kasurnya.

Barra menerima dan meneguknya hingga habis tak tersisa. Mata nya tak berkedip menatap tubuh indah yang hanya di balut oleh kain tipis setipis iman pria itu.

“Tuan?” Panggil Queen masih dengan rasa panik nya.

Barra yang tersadar pun lantas mengalihkan pandangan nya dan berdehem beberapa kali, sebelum akhirnya pria itu berbaring dan menepuk kasur di sebelah nya.

Queen hanya terdiam, rasa takutnya kembali muncul dan perempuan itu berniat untuk mengambil handuk kimono nya kembali. Tetapi langkah nya terhenti begitu Barra menarik lengan nya.

“Awww..”

“Shitt!!”

Queen merintih kesakitan begitu kepalanya terbentur dada keras milik Barra, sedangkan Barra? Pria itu mendesis saat Queen jatuh tepat di atas adik nya.

“Tu-tuan..” Queen yang tersadar pun langsung bergeser dan menarik selimut menutupi tubuh nya. “Maaf Queen tidak seng--”

“Berhenti memanggil ku dengan embel-embel Tuan! Aku suami mu dan bersikap lah seperti seorang istri pada umum nya!” Potong kesal Barra.

“Tapi--”

“Apa? Umur?” Potong nya lagi. “Aku tidak peduli dengan umur, lagi pula kau bukan perempuan baik-baik yang aku nikahi dari keluarga terpandang!”

Lagi dan lagi, perkataan Barra menjadi pukulan keras untuk diri Queen. “Ternyata sehina ini seorang perempuan yang keluar dari rumah bordil” Gumam lirih Queen yang dapat di dengar oleh pria di hadapan nya.

Barra yang semakin kesal, lantas menarik kaki Queen hingga perempuan itu berbaring dan langsung mengungkung nya.

“Aku tau kau tidak sehina itu, maka dari itu lahirkan keturunan untuk ku dan kau akan hidup bebas bersama harta ku yang akan aku berikan sebagai imbalan nanti” Bisik Barra tepat di samping telinga Queen.

Selama beberapa saat pria berumur dua puluh

delapan tahun ini itu mengg*lum daun telinga Queen, lalu turun ke leher jenjang itu. Menyusuri dengan bibir tebal dan lidah panas nya.

Gerakan bibir nya terhenti begitu mendengar isak tangis dari sang pemilik tubuh, tentu hal itu membuat Barra menjadi geram lantas pria itu memukul kasur tepat disamping wajah Queen.

Bugh!

Bugh!

“Tidak hikss.. Mama tolong Queen hikss..!!” Jerit Queen ketakutan.

Tangan nya menutup kedua telinga nya, mata Queen terpejam begitu rapat dan tubuh nya bergetar begitu hebat.

“Hei, Queen..!”

...****************...

Terpopuler

Comments

Nuy Nuraeni

Nuy Nuraeni

knpa d'novel umur d atas 18 thn tp sipat n skap'y kaya anak kecil ,,,jd kaya keterbebelakangan mental gtu

2023-11-24

0

Jeon Melly💫

Jeon Melly💫

Queen Punya Trauma Kah?

2023-03-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!