“Saya tegaskan sekali lagi. Saya tidak akan memberikan sepeser pun harta saya pada kalian!” Tegas Barra penuh penekanan.
“Anda tidak bisa keras kepala seperti ini tuan, perusahaan dan aset lain nya butuh seorang penerus. Bukan kah anda tidak ingin menikah? Jadi serahkan saja pada adik anda”
Brak!
Emosi Barra menggebu, di ruang meeting itu kini Barra tengah di pojokkan. Memang gila! Tapi ini lah yang terjadi, dimana para investor mencampuri kehidupan pemilik saham terbesar.
“Semua ini saya dapat dari hasil jeri payah saya sendiri. Jadi kalian tidak berhak mengatur kehidupan saya!”
“Lalu bagaimana dengan penerus? Kami membutuhkan seorang penerus kak..” Ujar seorang pria yang memiliki wajah hampir mirip seperti Barra.
Barri Cargio Adam's pria yang berstatus sebagai adik Barra itu terus menyunggingkan seringai nya. Merasa beruntung karena dirinya sudah menikah dan memiliki seorang putra.
“Penerus?” Ulang Barra dengan nada sinis nya. “Baiklah kalian akan segera melihat penerus ku!” Sentak nya lantas keluar dari ruangan itu.
Ruangan pun mulai di penuhi dengan bisik-bisik para pria yang haus akan kekayaan itu. Tak ada beda nya dengan Barri yang terus menatap pintu ruang meeting itu penuh arti.
.
“Arrghh brengsek!!”
Prang!
Barang-barang di atas meja kerja yang biasanya tersusun rapih, kini berserakan di lantai. Lagi-lagi Barra di desak oleh keadaan.
Terlalu sulit melakukan kecurangan yang selalu di ketahui oleh Barra, para pria itu mendesaknya dengan seorang penerus yang jelas-jelas mereka tahu bawa Barra tak pernah berhubungan dengan seorang perempuan.
“Tuan..” Ric selaku asisten Barra kini mulai mendekati sang bos yang perlahan mulai tenang.
“Ada apa!”
“Pihak dari swiss menginginkan sampel contoh barang yang akan di produksi massal”
Barra menarik dasi yang mencekik lehernya serata membenarkan posisi duduk nya. “Penuhi keinginan mereka, dan cek semua nya sebelum sempel itu di kirim”
Ric mengangguk mengerti, setelah nya pria itu memberikan secangkir kopi yang sempat ia bawa lalu memberikan nya kepada Barra.
“Bagaimana rencana anda selanjutnya, tuan?” Tanya Ric memastikan.
“Mau atau pun tidak, Queen harus segera mengandung anak ku”
“Tapi nona..” Ric tidak melanjutkan perkataan nya. Jelas ia tahu kondisi Queen karena Ric lah yang mengorek informasi perempuan itu.
“Ah, siall!” Desah frustasi Barra.
.
.
“Berapa pun akan saya bayar, asalkan anda dapat merebut kembali saham yang telah di ambil oleh Mr.Porsche”
Pria dengan kacamata yang duduk di kursi cafe itu, mengetuk-ngetuk jari nya pada meja. Mata nya terfokus pada layar ipad di sebelah nya.
“Temukan gadis ku sebagai bayaran”
Mata kedua nya saling beradu, Kean pasrah. Ia memang ahli merebut saham hanya dengan hanya men-scan wajah si pemilik saham, tetapi tidak untuk menemukan seseorang.
“Hanya itu?” Tanya memastikan pria di sebrang Kean.
Kean mengangguk.
“Baiklah deal?” Kedua nya berjabat tangan sebagai kesepakatan.
“Seperti apa wajah gadis anda, Mr.Kean?” Tanya pria itu.
Ting!.
Sebuah pesan masuk di handphone pria tersebut, dengan kode wajah nya Kean menyuruh pria itu membuka pesan tersebut.
Dan terpampang lah foto seorang gadis cantik nan begitu manis tengah tersenyum hingga menampakkan gigi rapih nya.
“Queen Agatha” Gumam pria itu menyebut nama gadis di foto tersebut.
“Temukan dia dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang sedikit pun” Ujar Kean sebelum akhirnya bangun dan pergi meninggalkan pria itu.
.
.
.
“Queen!!” Barra berteriak mencari sosok perempuan yang telah mengisi waktunya selama beberapa hari ini.
Perempuan yang ia beli dari sebuah rumah bordir untuk melahirkan penerus nya. Dan perempuan yang jelas telah Barra ketahui asal-usul nya.
“Queen!!” Panggil Barra lagi karena tak kunjung mendapat sahutan.
“Tuan” Bi Dazy menunduk hormat dan mengambil alih tas kerja majikan nya.
“Dimana Queen?”
“Nona berada di taman belakang, tuan”
Mata Barra lantas tertuju pada pintu yang terarah ke taman tersebut. “Sudah malam, sedang apa dia di sana?”
“Nona hanya duduk tuan, saya sudah mencoba membujuk nya untuk masuk tetapi nona menolak”
Barra mengangguk lantas kembali menatap Bi Dazy. “Tolong ambilkan mantel, Bi”
“Baik tuan” Bi Dazy berlalu, dengan langkah cepat ia mengambilkan keinginan sang majikan. Hingga beberapa saat kemudian ia kembali membawa mantel hitam di tangan nya.
“Ini tuan..”
“Terimakasih Bi” Ujar Barra begitu Bi Dazy memberikan mantel tersebut.
“Sama-sama”
“Beristirahat lah Bi” Titah Barra yang langsung di turuti oleh Bi Dazy. Melihat kepergian Bi Dazy lantas Barra melangkahkan kaki nya menuju taman belakang.
“Kenapa gak mau masuk?”
Queen tersentak begitu mendengar suara Barra, baru saja perempuan itu hendak berbalik tetapi tubuhnya sudah di peluk oleh Barra seraya membalutnya dengan mantel.
“Ka-kak sudah pulang?”
“Jika belum, lalu siapa yang memeluk mu?”
Queen terkekeh canggung, tubuh nya hanya diam tidak bergerak sedikit pun terlebih lagi saat Barra menyandarkan dagunya pada bahu nya.
“Kenapa gak mau masuk?” Tanya Barra mengulang.
“Queen hanya ingin melihat bintang”
“Kan bisa di balkon kamar, kenapa harus di sini?”
“Emm.. Ti-tidak boleh?”
Barra menghela napas pelan, baru saja ia mendengar perempuan kecil ini berbicara tidak gugup padanya. Kenapa sekarang harus kembali gugup?
“Boleh, tentu boleh. Hanya saja udaranya sangat dingin”
“Queen gak kedinginan kok”
“Ck, terserah apa kata mu saja. Gadis nakal!”
Tak ada lagi pembicaraan di antara kedua nya. Queen kembali larut pada lamunan nya sedangkan Barra? Pria itu tengah melepas penak di bahu Queen.
Sampai akhirnya kini Barra mulai melepaskan pelukan nya dan membalik tubuh Queen agar menatap nya.
“Sudah makan?” Tanya Barra yang langsung mendapat gelengan dari Queen. “Belum? Kenapa belum?”
“Queen menunggu kakak, Queen ingin makan bersama kak Barra”
Seulas senyum tipis menghiasi wajah tegas yang seharian ini tak pernah menampilkan senyuman nya. Barra mengusap pucuk kepala Queen lantas menarik kepala itu untuk di kecup kening nya.
“Ayo masuk dan makan” Ajak Barra beralih merangkul pinggang Queen dan menuntun nya berjalan.
“Bi Dazy kemana?” Tanya Queen begitu tak menemui wanita paruh baya itu.
“Sudah kembali ke rumah belakang”
Queen mengangguk-angguk, menatap sekeliling rumah besar yang terasa hening itu. Hingga akhirnya deheman Barra mengalihkan fokus nya.
“Ekhemm..” Queen menatap Barra dengan wajah bertanya-tanya.
“Ck, ambilkan aku makanan” Decak kesal Barra.
“Ah iya, ma-maaf kak..” Queen langsung bangun dan mulai mengambilkan makanan yang tertata pada meja makan pada piring Barra.
“Jangan makanan itu, aku tidak suka” Ujar Barra begitu melihat Queen hendak mengambil Udang saus tiram.
“Tidak suka? Lalu kenapa Bi Dazy memasak nya?” Tanya bingung Queen seraya menyerahkan piring berisi makanan itu.
Tuk!
Bukan nya mengucapkan terimakasih, tetapi Barra mengetuk kening Queen membuat perempuan itu mengaduh kesakitan.
“Itu makanan kesukaan mu, maka nya Bi Dazy memasak nya!”
Queen terdiam, perempuan itu tertegun menatap Udang saus tiram tersebut. “Bi Dazy tau dari mana?” Gumam bertanya Queen.
“Cepat makan, dan habiskan udang itu!”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
Menurutku cs yang baru ini tekstur nya agak lembut dari yang sebelumnya ( si Theo😌)
2023-03-08
1
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
akhirnya yang paling ditunggu up juga 😌 makasih thorrrr lov u 🥰❤️❤️❤️
2023-03-08
2