“Hai Bar..” Sapa seorang wanita yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Barra.
Alhasil Barra menghentikan langkah nya dengan tatapan sangat dingin. Jangan lupakan sosok Ric sang asisten yang berada di samping nya.
“Aku merindukan mu, Bar” Gumam wanita itu, lantas memeluk Barra tanpa rasa malu nya.
“Menjijikan” Tekan Barra melepaskan paksa tubuh wanita itu dari tubuh nya.
“Aww..” Rintih kesakitan wanita itu saat Barra mencengkram bahu nya. “Sakit Bar”
“Jangan menyentuh ku sembarangan, nona Bianca!” Ucap Barra penuh penekanan.
Setelah mengucapkan hal itu, Barra langsung menghempaskan tubuh Bianca dan berlalu memasuki ruangan nya. Dan ya beruntung saja wanita itu mengganggu Barra di lorong sepi ruangan nya.
“Barra!” Pekik Bianca menyusul langkah Barra.
“Maaf nona, tuan sedang sibuk” Cegah Eic menatap dingin Bianca saat hendak memasuki ruangan Barra.
“Aku tidak peduli!” Sahut Bianca penuh penekanan.
Setelahnya wanita itu langsung menerobos masuk dan memasang wajah memelas nya di hadapan Barra.
“Nona!” Sentak tertahan Ric. “Tuan Barra sedang sibuk, mohon untuk tidak menganggu!” Lanjut nya hendak menarik Bianca.
Namun terlebih dahulu Bianca berlari ke arah Barra yang mulai berkutat dengan laptop nya, dan dengan tidak tahu malu nya lagi wanita itu langsung duduk di pangkuan Barra.
“Barra, dia menganggu ku” Rengek manja Bianca menunjuk Ric.
“Bangun Bianca” Tekan geram Barra memejamkan matanya menahan emosi.
Bianca menggeleng manja dan mengalungkan tangan nya pada leher Barra. “Tidak mau, aku merindukan mu. Apa kamu tidak merindukan ku?”
“Ric..!” Panggil Barra pada sang asisten penuh penekanan.
Dengan gerakan cepat Ric mendekat ke arah Barra dan langsung menarik lengan Bianca pada leher sang boss.
“Jangan sampai saya berbuat kasar, nona!” Ancam Ric begitu menarik tubuh Bianca hingga berdiri tegak.
Plak!
Bianca yang tidak terima pun lantas menampar pipi Ric cukup kuat hingga wajah pria itu tertoleh ke samping.
“Kau jangan kurang ajar pada ku dan ingat kau hanya seorang budak!” Hardik emosi Bianca.
Barra bangkit dari posisi nya dan menarik bahu wanita itu hingga menghadapnya, lalu sedetik kemudian tamparan cukup keras Barra layangkan pada pipi Bianca.
Plak!.
“Jangan menghina orang ku, sialan! Bahkan kau jauh lebih hina!” Teriak emosi Barra.
Napas Barra memburu menatap begitu tajam Bianca yang saat ini tengah memegang pipi nya. Perasaan pria itu sedang kacau dan bisa-bisa nya sepagi ini wanita itu kembali datang lalu menganggu nya.
“Kenapa kamu jahat?” Tanya Bianca dengan mata berkaca-kaca yang tertuju pada Barra.
“Aku ke sini hanya ingin bertemu dengan mu hikss, aku merindukan mu hikss” Bianca mulai terisak dan tangan nya masih terus memegang pipi nya sendiri.
“Nona” Panggil Ric membuat Bianca langsung menatap nya penuh aura permusuhan.
“Ini semua karena kau, sialan!” Bentak Bianca sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan Barra.
Melihat kepergian wanita itu Barra menghela kasar napas nya lalu kembali duduk seraya memijat batang hidung nya.
“Tuan, maafkan saya”
“Ini salah dia, bukan salah mu. Dan kembali lah bekerja” Sahut dingin Barra.
Tanpa mengucapkan apapun lagi Ric pun menunduk hormat pada sang Boss sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.
“Queen..” Gumam Barra frustasi.
.
Hampir seharian ini Barra mencoba memfokuskan dirinya pada pekerjaan yang selau menunggu nya.
Namun sayang, pikiran pria itu terus melayang kemana-mana dan baru kali ini Barra seperti ini. Tentu nya ini semua karena Queen.
Tiga hari ke depan gadis-nya itu akan pergi meninggalkan dirinya sendiri di sini. Kenapa kehidupan nya tidak pernah berjalan lancar? Kenapa kebahagiaan tidak berpihak pada Barra lagi dan lagi?
Baru saja Barra merasakan manis nya hidup bersama gadis yang menjadi separuh napas nya itu, gadis yang menyemangati dirinya di saat ia berniat untuk mengakhiri hidup nya.
Tetapi kini, kehidupan gadis nya pun tak kalah kacau dan menyedihkan. Queen akan pergi untuk pengobatan tanpa sepengetahuan gadis itu, dan menempuh pendidikan sebagai topeng.
“Aku ingin menemani mu sayang, aku ingin bersama mu. Tapi keadaan memaksa ku agar tetap berada di sini hikss..” Isak Barra.
Pria itu bersandar pada kursi kebesaran nya dengan sebelah tangan yang menutupi wajah.
Sebut saja Barra pria cengeng, karena sejak semalam pria itu terus menangis dan beruntung nya Queen tidak tahu.
“Dua atau tiga tahun, apa kah aku akan kuat untuk tidak menghampiri mu ke sana?” Tanya Barra pada dirinya sendiri.
Larut dalam pikiran dan kesedihan nya, Barra sampai tidak sadar bahwa handphone nya sedari tadi berdering.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
“Tuan, ada yang menelpon. Apa anda baik-baik saja?" Ujar Ric setengah berteriak dari luar sana.
Barra tersadar, lantas melihat handphone nya. “Iya, Ric!” Sahur Barra menghentikan ketukan Ric pada pintu ruangan nya.
Barra menyeka kasar air matanya, lantas menggeser ikon hijau pada layar handphone milik nya.
“Hal--”
“Apa yang kamu lakukan pada Bianca, Barra!”
Barra menjauhkan handphone di telinga nya dan menatap nama si penelpon tersebut, seketika ia menatap datar layar handphone milik nya.
“Barra, jawab Mommy!”
“Aku tidak melakukan apa-apa”
Arcy, dia lah yang menelpon Barra berkali-kali. Tentu nya saat ini suara wanita itu terdengar begitu marah.
“Tidak melakukan apa-apa kata mu?”
“Lalu siapa yang akan bertanggung jawab karena pipi Bianca membiru akibat tamparan mu!”
“Aku sibuk” Ucap dingin Barra berniat mematikan panggilan nya.
“Malam ini datang ke rumah Bianca, Mommy tunggu di sana dan meminta maaf lah pada nya!”
“Malas”
Setelah mengucapkan satu kata yang terdengar begitu menjengkelkan itu, Barra pun langsung mengakhiri panggilan tersebut dan menaruh asal handphone nya di atas meja lebar nya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🦋ꪖꪗꪖ𝕫 •*ᥫ᭡
hah si*l aku menangis 🥹
2023-03-16
4