Sejak melihat chat itu, Arjun menjadi lebih menjaga jarak dengan istrinya. Ia kesal mengetahui istrinya memiliki hubungan dengan lelaki lain di belakangnya. Ia sebenarnya ingin menanyakan langsung kepada Arima, namun takut istrinya akan kembali bunuh diri.
Rima juga merasa perubahan pada suaminya yang tak lagi sehangat biasanya. Arjun lebih sering tidur awal dengan alasan lelah bekerja. Jarang ada percakapan di tempat tidur seperti sebelumnya. Bahkan Arjun tidur memunggungi dirinya.
"Mas, kamu belum tidur, kan?" tanya Rima.
"Hm, belum ...." Arjun yang awalnya ingin memejamkan mata mengurungkan niatnya.
"Apa sedang ada masalah di kantor?" tanya Rima lagi.
"Tidak ada."
"Oh ... Aku kira kamu akhir-akhir ini sangat sibuk dan lebih pendiam karena ada masalah," ujar Rima.
Arjun langsung berbalik badan menatap istrinya. Ia merasa situasinya terbalik. Seharusnya ia yang bertanya kenapa kepada wanita itu, namun malah ia balik dicurigai.
Sebenarnya ia sangat ingin marah. Tapi, melihat kondisi perut Rima yang kini sudah semakin membesar, ia jadi tidak tega.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Arjun.
"Tanya apa?"
"Soal uang 300 juta yang kamu pinjamkan pada Yunita ...."
"Tiga ratus juta?" beberapa saat Rima terlihat lupa dengan hal itu. "Ah, iya. Yunita meminjam 300 juta. Tapi, katanya dia belum bisa mengembalikannya," sambung Rima.
"Apa benar Yunita meminjam untuk itu?" Arjun hanya ingin memancing kejujuran Rima. Namun, sang istri seakan tetap ingin menutupinya.
"Benar, Mas. Ibunya memang terkena sakit kanker. Apa kamu meragukanku?" Rima mulai mencurigai suaminya.
"Tidak. Lalu, bagaimana kondisi ibu Yunita sekarang?"
"Ah, itu ...." Rima terlihat bingung untuk mengatakannya. "Ibunya sudah berhasil terhindar dari masa kritis. Sekarang masih dalam masa penyembuhan agar memastikan seluruh sel kankernya hilang."
Arjun tersenyum kecut mendengar jawaban istrinya. "Baiklah kalau begitu, kamu cepat tidur ini sudah malam," ucap Arjun sembari mengecup dahi istrinya.
"Mas ...."
Rima memanggil sang suami dengan nada manjanya. Tatapan matanya seolah mengajak Arjun agar melakukan sesuatu untuknya.
"Kita sudah lama sekali tidak melakukan itu ... Apa kamu tidak berniat melakukannya malam ini?" tanya Rima dengan malu-malu. Wajahnya sampai memerah karena ini pertama kalinya ia yang berinisiatif mengajak sang suami bermesraan. Biasanya Arjun yang selalu meminta jatah kepadanya.
Arjun sama sekali tak merasa tergoda. Akibat dari pesan itu, ia bahkan malas untuk berdekatan dengan sang istri. Memang Rima tak terlihat seperti istri yang hendak mencampakan suaminya. Namun, ia tetap penasaran dengan isi pesan itu dan uang 300 juta.
"Kamu kan lagi hamil besar, aku takut nanti kamu kelelahan. Kapan-kapan saja ya, setelah bayi kita lahir." Arjun berusaha mencari alasan yang masuk akal untuk menghindari ajakan Rima.
"Itu anggapan yang salah, Mas ...." Rima mendekatkan tubuhnya menempel pada sang suami. "Kata dokter, malah lebih bagus kalau kita sering melakukannya. Katanya bisa memperlancar proses persalinan. Mau kan membantuku?" rayunya.
Usia kandungan Rima memang sudah hampir memasuki kehamilan 9 bulan. Mereka tinggal menghitung hari menunggu kelahiran anak pertama mereka.
"Mungkin lain waktu, ya. Aku juga kelelahan bekerja seharian. Kita tidur saja."
Arjun kembali mencium istrinya dan segera memejamkan mata. Rima tampak kecewa dengan penolakan suaminya.
***
Arjun berjalan melewati koridor rumah sakit menuju ke bagian informasi. Berbekal potongan kertas yang pernah ia temukan di kamar lamanya, ia berniat mencari tahu sendiri apa yang tengah disembunyikan oleh sang istri.
"Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pegawai di bagian informasi menyapanya dengan ramah.
"Ada yang ingin saya tanyakan. Bisakah saya meminta salinan rekam medis istri saya sendiri?" tanya Arjun.
"Ah, maaf, Pak. Sepertinya saya tidak bisa membantu," kata petugas tersebut.
"Tapi saya suaminya."
"Maaf, Pak. Kami sangat menjaga privasi pasien. Kalau memang memerlukannya, silakan datang kembali bersama istri Anda." petugas tersebut menangkupkan kedua tangannya.
Arjun menghela napas. Ia hanya ingin tahu berapa kali Rima datang ke rumah sakit itu tanpa sepengetahuannya. "Baiklah kalau begitu, bisa pertemukan saya dengan Dokter Richard di bagian obgyn?" tanyanya.
Arjun hanya ingin memastikan apa yang pernah istrinya bahas bersama dokter tersebut dan untuk apa uang 300 juta harus dibayarkan ke salah satu pihak rumah sakit tersebut.
Petugas yang ada di bagian informasi terlihat berbicara dengan rekannya yang lain. Ia juga sibuk memperhatikan komputer di mejanya.
"Maaf, Pak. Dokter Richard yang Anda maksud sudah pindah enam bulan yang lalu ke luar kota."
Lagi-lagi niat Arjun terkendala oleh keadaan. Bahkan dokter yang bisa dijadikan saksi kunci juga tidak ada di sana.
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
muhammad djaidi
arjun udah mulai mencari tahu kebenaranny
2023-04-11
0
Uneh Wee
kalau kamu ga jujur rima pasti akan hancur kalau udah jujut hancur pun akan menjadi lega ..karna ke jujuran no satu ..toh arjun akn meningggalkn mu jujur atau tidak
2023-04-07
0
Lie Hia
Arjun sdh mulai menjadi detektif...ayooo Rima ..jujur lah..
dari pada nnti ketauan oleh Arjun...
semua masalah pasti ada solusinya..percayalah
2023-03-14
3