Dengan langkah tertatih Rima berjalan sembari memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai. Ia mengenakan pakaian itu kembali untuk menutupi tubuhnya yang masih tel anjang.
Penampilannya sangat berantakan. Sandi benar-benar lelaki kurang ajar yang tega meninggalkan dirinya dalam kondisi seperti itu. Bahkan, Rima yang tengah hamil tua tak menyurutkan perlakuan kasar lelaki itu.
Rima nenarik selimut yang menutupi kasur di kamar calon anaknya. Ia membawanya masuk ke dalam kamar mandi lalu mengucek bagian yang terkena sisa-sisa ****** ***** lelaki itu. Ia berharap tidak akan ada yang tahu kebejatan yang dilakukan terhadapnya. Ia mencucinya sambil menitihkan air mata meratapi betapa pedih kehidupannya akibat ulah lelaki itu.
Usai menghilangkan jejak-jejak percintaan pada kain sprei, kini Rima yang mengguyur dirinya sendiri di bawah air shower mengenakan pakaiannya. Air mata yang keluar bercampur dengan air shower.
Perlahan Rima meringkuk di bawahnya, membiarkan air shower itu membasahi tubuh dan pakaiannya.
"Kamu pikir siapa yang membuat mertua dan suamimu sibuk di kantor? Papa yang sengaja melakukannya agar bisa punya waktu berdua denganmu."
"Seharusnya kamu bersikap baik pada Papa, Rima. Papa yang telah membantumu hamil, jangan lupakan kenyataan itu."
"Oh, Rima ... Kamu enak sekali."
Perkataan yang terlontar dari mulut kotor Sandi terus membayang di dalam pikirannya. Tangisan Rima bertambah kencang. Ia merasa tak pantas lagi untuk mendampingi Arjun. Seluruh tubuhnya terasa kotor dan ia merasa tak berharga lagi.
***
"Mama tidak menyangka akan ada masalah padahal hari ini Mama mau berangkat ke luar negeri," keluh Suni.
Ia baru saja pulang dari kantor bersama putranya setelah menangani masalah mendadak di kantor.
"Sudahlah, Ma ... Yang penting masalah juga sudah terselesaikan," ujar Arjun.
"Iya, tapi Mama masih penasaran dengan orang yang membuat masalah. Ada-ada saja," gerutu Suni.
"Nanti akan aku selidiki, Ma. Kalau memang ada salah satu karyawan yang tidak bisa bekerja dengan baik maka akan aku pecat," kata Arjun.
"Yah, terserah kamu, Jun. Pokoknya Mama mempercayakan perusahaan kepadamu."
"Sayang, kamu sudah pulang?" sapa Sandi yang baru keluar dari kamarnya. Ia baru saja selesai mandi terlihat dari rambutnya yang basah.
"Ya, Sayang. Akhirnya masalahku selesai," jawab Suni. "Kemana Rima? Kok tumben suaminya pulang dia tidak kelihatan," gumannya.
Sandi sedikit salah tingkah mendengar pertanyaan itu. "Aku tidak tahu. Mungkin dia ada di kamarnya," katanya. "Oh, iya, Sayang. Malam ini kita akan berangkat. Ayo packing ulang siapa tahu ada barang yang masih perlu dibawa," ajak Sandi.
Suni tersenyum. "Jun, nanti malam ikut antar kami ke bandara, kan?" tanyanya.
"Iya, Ma. Aku mau masuk kamar dulu," pamit Arjun.
Ia melangkahkan kaki menuju kamarnya sendiri. Saat ia membuka pintu, kondisi di dalam terlihat gelap. Tirai-tirai tertutup, menghalangi cahaya luar yang masuk. Suasana terlihat hening. Bahkan langkah kaki Arjun bisa terdengar jelas di telinga.
Arjun mendekat ke arah ranjang. Ia menyalakan lampu yang terletak di meja sisi rannang. Dilihatnya sang istri tengah berbaring dengan selimut yang menutupi tubuh.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Arjun.
Memang tidak biasanya Rima bertingkah seperti itu. Rima selalu menyambut kepulangannya dengan bahagia. Bahkan pesan yang ia kirimkan sebelum pulang sepertinya tidak dibaca olehnya.
"Sayang ...." sekali lagi Arjun menyapa istrinya yang tak kunjung memberi respon. Ia ulurkan tangannya untuk mengecek suhu dahi istrinya. Memang terasa hangat.
Arjun meloncat naik ke atas ranjang. Ia memandangi wajah istrinya yang terbaring dengan mata terpejam.
"Sayang, bangun! Tidak baik kalau tidur sore hari, nanti kamu pusing."
Arjun mengelus lembut kepala Rima. Rambut istrinya terasa lembab seperti orang yang langsung tidur setelah keramas. Bahkan bantal yang digunakan terlihat basah.
Rima mulai membuka matanya. Tubuh Rima terasa lemas dan raut wajahnya terlihat sayu. "Mas, kamu sudah pulang?" tanya Rima dengan nada bicara yang lemas juga.
Arjun tersenyum. "Kamu kenapa? Badanmu agak hangat, apa kamu sedang sakit?" tanyanya.
Rima mengangguk. "Aku tidak enak badan," ucapnya.
"Kalau tidak enak badan, kenapa kamu mandi segala? Malah pakai keramas segala. Biasanya kamu tidak seperti ini." Arjun terlihat khawatir dengan kondisi istrinya apalagi Rima sedang hamil. "Kita periksa ke rumah sakit, ya!" usulnya.
"Tidak mau. Aku hanya butuh istirahat saja." Rima menolak ajakan Arjun.
"Kamu tidak boleh seperti itu. Kalau kamu sakit, bagaimana dengan bayi kita? Kalian harus tetap sehat," ujar Arjun.
Rima rasanya ingin menangis sepuasnya di hadapan Arjun. Ia merasa tidak kuat dengan apa yang menimpanya. Namun, ia takut kehilangan Arjun jika ia berkata jujur.
"Mas ...."
Klek!
Ucapan Rima terhenti saat terdengar suara pintu kamar terbuka. Ia lihat ibu mertuanya masuk. Menyusul di belakangnya Sandi ikut masuk.
Melihat lelaki itu datang, Rima kembali memalingkan wajahnya.
"Jun, Mama dan Papa mau berangkat sekarang saja. Ayo, katanya kamu mau ikut mengantar kami," ajak Suni.
Wanita paruh baya itu masuk ke dalam kamar putranya dan mendekat ke arah ranjang. Ia mengernyitkan dahi saat melihat Rima terbaring di ranjang.
"Loh, Rima kenapa?" tanya Suni.
"Rima sedang kurang enak badan, Ma. Sepertinya kami tidak bisa ikut mengantar kalian," ucap Arjun.
"Aduh, padahal Mama dan Papa mau berangkat kamu malah sakit, Rima."
Suni mendekati Rima. Ia duduk di pinggiran ranjang dan mengulurkan tangannya memegang dahi menantunya.
"Aku baik-baik saja, Ma. Mungkin hanya sedikit kelelahan. Kalau sudah istirahat juga baikan," kilah Rima.
Suni menatap Arjun. Bagaimanapun juga, ia khawatir dengan kondisi menantunya.
"Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Biar aku yang akan merawat Rima. Mama pergi saja," ucap Arjun.
"Baiklah, kami pergi dulu, Rima. Jaga kesehatanmu. Kalau ada waktu, Mama akan pulang menjenguk kalian," ucap Suni.
Sandi ikut mendekat. Ia memegang lengan Rima. "Papa berangkat ya, Rima. Baik-baik di sini," ucapnya.
Tubuh Rima menegang saat Sandi berani memegang tubuhnya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ia sangat dendam kepada lelaki itu.
Setelah orang tua mereka pergi, Arjun ikut berbaring dan memeluk Rima. Ia mencium istrinya yang terlihat kehilangan semangan.
"Cepat sembuh, ya! Kalau kamu sembuh, nanti aku ajak jalan-jalan. Kamu pasti bosan di rumah terus, kan?" tanya Arjun.
Rima sedang tak berselera untuk melakukan apapun. Ia hanya ingin sendirian di kamar sembari menenangkan diri.
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Uneh Wee
lamma lama rima stres
2023-04-07
0
Eka Delima
Lanjutkan
2023-03-11
3