Bab 13: Kepergian Mertua

Dengan langkah tertatih Rima berjalan sembari memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai. Ia mengenakan pakaian itu kembali untuk menutupi tubuhnya yang masih tel anjang.

Penampilannya sangat berantakan. Sandi benar-benar lelaki kurang ajar yang tega meninggalkan dirinya dalam kondisi seperti itu. Bahkan, Rima yang tengah hamil tua tak menyurutkan perlakuan kasar lelaki itu.

Rima nenarik selimut yang menutupi kasur di kamar calon anaknya. Ia membawanya masuk ke dalam kamar mandi lalu mengucek bagian yang terkena sisa-sisa ****** ***** lelaki itu. Ia berharap tidak akan ada yang tahu kebejatan yang dilakukan terhadapnya. Ia mencucinya sambil menitihkan air mata meratapi betapa pedih kehidupannya akibat ulah lelaki itu.

Usai menghilangkan jejak-jejak percintaan pada kain sprei, kini Rima yang mengguyur dirinya sendiri di bawah air shower mengenakan pakaiannya. Air mata yang keluar bercampur dengan air shower.

Perlahan Rima meringkuk di bawahnya, membiarkan air shower itu membasahi tubuh dan pakaiannya.

"Kamu pikir siapa yang membuat mertua dan suamimu sibuk di kantor? Papa yang sengaja melakukannya agar bisa punya waktu berdua denganmu."

"Seharusnya kamu bersikap baik pada Papa, Rima. Papa yang telah membantumu hamil, jangan lupakan kenyataan itu."

"Oh, Rima ... Kamu enak sekali."

Perkataan yang terlontar dari mulut kotor Sandi terus membayang di dalam pikirannya. Tangisan Rima bertambah kencang. Ia merasa tak pantas lagi untuk mendampingi Arjun. Seluruh tubuhnya terasa kotor dan ia merasa tak berharga lagi.

***

"Mama tidak menyangka akan ada masalah padahal hari ini Mama mau berangkat ke luar negeri," keluh Suni.

Ia baru saja pulang dari kantor bersama putranya setelah menangani masalah mendadak di kantor.

"Sudahlah, Ma ... Yang penting masalah juga sudah terselesaikan," ujar Arjun.

"Iya, tapi Mama masih penasaran dengan orang yang membuat masalah. Ada-ada saja," gerutu Suni.

"Nanti akan aku selidiki, Ma. Kalau memang ada salah satu karyawan yang tidak bisa bekerja dengan baik maka akan aku pecat," kata Arjun.

"Yah, terserah kamu, Jun. Pokoknya Mama mempercayakan perusahaan kepadamu."

"Sayang, kamu sudah pulang?" sapa Sandi yang baru keluar dari kamarnya. Ia baru saja selesai mandi terlihat dari rambutnya yang basah.

"Ya, Sayang. Akhirnya masalahku selesai," jawab Suni. "Kemana Rima? Kok tumben suaminya pulang dia tidak kelihatan," gumannya.

Sandi sedikit salah tingkah mendengar pertanyaan itu. "Aku tidak tahu. Mungkin dia ada di kamarnya," katanya. "Oh, iya, Sayang. Malam ini kita akan berangkat. Ayo packing ulang siapa tahu ada barang yang masih perlu dibawa," ajak Sandi.

Suni tersenyum. "Jun, nanti malam ikut antar kami ke bandara, kan?" tanyanya.

"Iya, Ma. Aku mau masuk kamar dulu," pamit Arjun.

Ia melangkahkan kaki menuju kamarnya sendiri. Saat ia membuka pintu, kondisi di dalam terlihat gelap. Tirai-tirai tertutup, menghalangi cahaya luar yang masuk. Suasana terlihat hening. Bahkan langkah kaki Arjun bisa terdengar jelas di telinga.

Arjun mendekat ke arah ranjang. Ia menyalakan lampu yang terletak di meja sisi rannang. Dilihatnya sang istri tengah berbaring dengan selimut yang menutupi tubuh.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Arjun.

Memang tidak biasanya Rima bertingkah seperti itu. Rima selalu menyambut kepulangannya dengan bahagia. Bahkan pesan yang ia kirimkan sebelum pulang sepertinya tidak dibaca olehnya.

"Sayang ...." sekali lagi Arjun menyapa istrinya yang tak kunjung memberi respon. Ia ulurkan tangannya untuk mengecek suhu dahi istrinya. Memang terasa hangat.

Arjun meloncat naik ke atas ranjang. Ia memandangi wajah istrinya yang terbaring dengan mata terpejam.

"Sayang, bangun! Tidak baik kalau tidur sore hari, nanti kamu pusing."

Arjun mengelus lembut kepala Rima. Rambut istrinya terasa lembab seperti orang yang langsung tidur setelah keramas. Bahkan bantal yang digunakan terlihat basah.

Rima mulai membuka matanya. Tubuh Rima terasa lemas dan raut wajahnya terlihat sayu. "Mas, kamu sudah pulang?" tanya Rima dengan nada bicara yang lemas juga.

Arjun tersenyum. "Kamu kenapa? Badanmu agak hangat, apa kamu sedang sakit?" tanyanya.

Rima mengangguk. "Aku tidak enak badan," ucapnya.

"Kalau tidak enak badan, kenapa kamu mandi segala? Malah pakai keramas segala. Biasanya kamu tidak seperti ini." Arjun terlihat khawatir dengan kondisi istrinya apalagi Rima sedang hamil. "Kita periksa ke rumah sakit, ya!" usulnya.

"Tidak mau. Aku hanya butuh istirahat saja." Rima menolak ajakan Arjun.

"Kamu tidak boleh seperti itu. Kalau kamu sakit, bagaimana dengan bayi kita? Kalian harus tetap sehat," ujar Arjun.

Rima rasanya ingin menangis sepuasnya di hadapan Arjun. Ia merasa tidak kuat dengan apa yang menimpanya. Namun, ia takut kehilangan Arjun jika ia berkata jujur.

"Mas ...."

Klek!

Ucapan Rima terhenti saat terdengar suara pintu kamar terbuka. Ia lihat ibu mertuanya masuk. Menyusul di belakangnya Sandi ikut masuk.

Melihat lelaki itu datang, Rima kembali memalingkan wajahnya.

"Jun, Mama dan Papa mau berangkat sekarang saja. Ayo, katanya kamu mau ikut mengantar kami," ajak Suni.

Wanita paruh baya itu masuk ke dalam kamar putranya dan mendekat ke arah ranjang. Ia mengernyitkan dahi saat melihat Rima terbaring di ranjang.

"Loh, Rima kenapa?" tanya Suni.

"Rima sedang kurang enak badan, Ma. Sepertinya kami tidak bisa ikut mengantar kalian," ucap Arjun.

"Aduh, padahal Mama dan Papa mau berangkat kamu malah sakit, Rima."

Suni mendekati Rima. Ia duduk di pinggiran ranjang dan mengulurkan tangannya memegang dahi menantunya.

"Aku baik-baik saja, Ma. Mungkin hanya sedikit kelelahan. Kalau sudah istirahat juga baikan," kilah Rima.

Suni menatap Arjun. Bagaimanapun juga, ia khawatir dengan kondisi menantunya.

"Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Biar aku yang akan merawat Rima. Mama pergi saja," ucap Arjun.

"Baiklah, kami pergi dulu, Rima. Jaga kesehatanmu. Kalau ada waktu, Mama akan pulang menjenguk kalian," ucap Suni.

Sandi ikut mendekat. Ia memegang lengan Rima. "Papa berangkat ya, Rima. Baik-baik di sini," ucapnya.

Tubuh Rima menegang saat Sandi berani memegang tubuhnya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ia sangat dendam kepada lelaki itu.

Setelah orang tua mereka pergi, Arjun ikut berbaring dan memeluk Rima. Ia mencium istrinya yang terlihat kehilangan semangan.

"Cepat sembuh, ya! Kalau kamu sembuh, nanti aku ajak jalan-jalan. Kamu pasti bosan di rumah terus, kan?" tanya Arjun.

Rima sedang tak berselera untuk melakukan apapun. Ia hanya ingin sendirian di kamar sembari menenangkan diri.

🤎

🤎

🤎

Terpopuler

Comments

Uneh Wee

Uneh Wee

lamma lama rima stres

2023-04-07

0

Eka Delima

Eka Delima

Lanjutkan

2023-03-11

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2 Bab 2: Benih yang Tumbuh
3 Bab 3: Baby Shower
4 Bab 4: Mertua Bejat
5 Bab 5: Kamar Baru
6 Bab 6: Bibit Kecurigaan
7 Bab 7: Sinyal Kebohongan
8 Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9 Bab 9: Beda Nasib
10 Bab 10: Iri Hati
11 Bab 11: Permintaan Perpisahan
12 Bab 12: Jangan Lupakan
13 Bab 13: Kepergian Mertua
14 Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15 Bab 15: Kepanikan Arjun
16 Bab 16: Bertemu Yunita
17 Bab 17: Hutang Fiktif
18 Bab 18: Pesan Mesra
19 Bab 19: Frustasi
20 Bab 20: Amarah
21 Bab 21: Yunita di Klab Malam
22 Bab 22: Akibat Mabuk
23 Bab 23: Melahirkan
24 Bab 24: Baby Renjun
25 Bab 25: Perasaan Arjun
26 Bab 26: Meyakinkan Hati
27 Bab 27: Memilih Pengasuh
28 Bab 28: Kesepakatan
29 Bab 29: Baby Sitter
30 Bab 30: Kepulangan Mertua
31 Bab 31: Perjalanan Pulang
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: Pandangan Yunita
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Extra Part
87 Papaku Seorang CEO
88 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2
Bab 2: Benih yang Tumbuh
3
Bab 3: Baby Shower
4
Bab 4: Mertua Bejat
5
Bab 5: Kamar Baru
6
Bab 6: Bibit Kecurigaan
7
Bab 7: Sinyal Kebohongan
8
Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9
Bab 9: Beda Nasib
10
Bab 10: Iri Hati
11
Bab 11: Permintaan Perpisahan
12
Bab 12: Jangan Lupakan
13
Bab 13: Kepergian Mertua
14
Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15
Bab 15: Kepanikan Arjun
16
Bab 16: Bertemu Yunita
17
Bab 17: Hutang Fiktif
18
Bab 18: Pesan Mesra
19
Bab 19: Frustasi
20
Bab 20: Amarah
21
Bab 21: Yunita di Klab Malam
22
Bab 22: Akibat Mabuk
23
Bab 23: Melahirkan
24
Bab 24: Baby Renjun
25
Bab 25: Perasaan Arjun
26
Bab 26: Meyakinkan Hati
27
Bab 27: Memilih Pengasuh
28
Bab 28: Kesepakatan
29
Bab 29: Baby Sitter
30
Bab 30: Kepulangan Mertua
31
Bab 31: Perjalanan Pulang
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: Pandangan Yunita
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Extra Part
87
Papaku Seorang CEO
88
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!