"Silakan Masuk,"
Seorang perawat mempersilakan Rima dan Arjun masuk ke ruangan dokter kandungan. Meskipun Rima awalnya menolak untuk datang, Arjun tetap memaksa istrinya agar datang memeriksakan diri. Ia khawatir ada masalah dengan kehamilan Rima. Mengingat akhir-akhir ini Rima sering terlihat murung dan tidak bersemangat.
"Ibu, naik ke ranjang, ya, biar saya periksa," pinta sang dokter dengan nada yang ramah.
Rima menurut saja. Ia berbaring di atas ranjang pemeriksaan membiarkan sang dokter menyingkapkan blouse yang dikenakannya.
Dokter menuangkan cairan gel berwarna bening ke atas permukaan perut Rima yang terasa dingin. Lalu, sebuah alat yang berbentuk lonjong seperti ulekan digerakkan di atas perutnya.
Layar monitor yang ada di ruangan tersebut menampilkan gambar bayi yang ada di dalam perut Rima.
"Bapak dan Ibu bisa melihat calon putranya sudah berkembang secara sempurna. Kondisinya juga sangat sehat, mudah-mudahan sampai lahiran nanti tepat sehat tanpa kendala, ya!"
Arjun memandangi takjub gerakan bayi yang ditampilkan pada layar monitor tersebut. Meskipun belum lahir, ia sudah mencintai anak itu.
"Ibu jangan lupa untuk rajin minum vitamin dan kapsul penambah darahnya supaya ibu dan bayinya sehat, ya!"
Perawat membantu dokter membersihkan sisa gel yang menempel di perut Rima. Setelah semuanya bersih, Rima diperkenankan turun dari ranjang.
Arjun menggandeng mesra tangan istrinya ketika berjalan keluar dari ruangan dokter. "Sayang, kamu jangan cemberut terus begini, sebenarnya kamu mau apa?" tanyanya bingung.
Rima merasa tak menginginkan apapun. Kalau bisa meminta, mungkin ia ingin mati. Akibat perlakuan lelaki itu beberapa hari yang lalu, ia jadi tak sudi untuk melahirkan anak yang ada di dalam kandungannya.
Pulang dari rumah sakit Arjun membawa Rima masuk ke kamar dan menyuruhnya beristirahat. Ia benar-benar bingung melihat istrinya yang kini cenderung pendiam.
"Sayang, aku ingin sekali mendengarkan kemauanmu. Aku berjanji akan berusaha mewujudkan keinginanmu asalkan kamu jangan seperti ini," bujuk Arjun.
Bagi Rima semua sudah terlambat. Ia sudah pernah meminta pindah dari rumah mertuanya namun Arjun sama sekali tidak mau mendengarkannya. Ia menjadi tidak yakin kalau Arjun benar-benar bisa menjadi tempatnya bersandar.
Arjun tipe lelaki yang sayang dan patuh pada ibunya. Bukan berarti hal itu buruk, namun sangat membuatnya kesulitan untuk menentukan masa depan keluarga kecil mereka tanpa campur tangan pihak lain.
Ia akui pernah melakukan kekhilafan sekali. Kini, ia terjebak dalam kesalahan yang dibuatnya sendiri.
"Mas, aku mau mandi, ya!" ucap Rima.
Arjun tersenyum. Setidaknya sang istri sudah mau berbicara ia sudah merasa senang. "Apa perlu aku bantu mandikan?" goda Arjun.
Rima menggeleng. "Aku mau mandi sendiri saja," katanya dengan ekspresi wajah datar.
"Baiklah, setelah kamu mandi, mari kita jalan-jalan!" Arjun mengecup kening Rima sebelum wanita itu pergi ke arah kamar mandi.
***
Rima menanggalkan seluruh pakaiannya. Ia berdiri di depan cermin memandangi tubuhnya yang telah cukup banyak berubah. Dadanya lebih besar dari sebelumnya, begitu pula dengan perutnya. Meski demikian, ia masih terlihat cantik.
Di area lengannya terdapat beberapa luka sayatan yang masih tampak baru. Ia yang sengaja menyakiti dirinya sendiri setiap kali merasa kotor jika mengingat kesalahannya.
Menurut Rima, dirinya memang pantas menerima hukuman karena telah mengkhianati suaminya sendiri.
Rima masuk ke dalam bathtube yang telah penuh terisi air. Ia berendam di sana sembari menangis. Bayangan lelaki itu terus saja menghantuinya meskipun orangnya sudah pergi ke luar negeri. Hari-hari Rima dipenuhi dengan mimpi buruk. Seakan harapan Sandi agar dirinya tak pernah melupakannya sudah terwujud.
"Mas, aku minta maaf, ya ... Aku istri yang tidak berguna. Aku hanya ingin kita bahagia," ucap Rima.
Matanya menatap pisau cutter yang ia letakkan di sisi bak mandi. Ia sudah biasa menggunakannya untuk menyayat dirinya sendiri beberapa kali. Ia kembali mengambil benda itu dengan tangannya.
Srek!
Rima mendorong pisau itu keluar dari tempatnya. Ia arahkan pisau itu tepat pada pergelangan tantannya. Dengan berlinang air mata, ia menyayat dirinya sendiri.
"Aku mau mati saja, Mas," ucapnya.
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
muhammad djaidi
jgn gila km rima
2023-04-11
0
Mommy QieS
Rima😭😭
2023-04-03
0
Sri Wahyuni
ya udah klau mau mati rim mati az ..pdhl ada solusi yg lbih mulia adopsi anak dripd brzinah
2023-03-12
1