"Sayang, kamu lihat dokumen perusahaanku tahun lalu?" tanya Arjunia terlihat sibuk mengacak-acak semua berkas yang ada di ruang kerjanya.
"Memang kamu taruh dimana?" tanya Rima.
"Aku lupa, Sayang. Makanya aku tanya kamu."
Rima yang baru saja mengambil susu dari dapur urung meminum susunya. Ia meletakkan susu buatannya di atas meja lalu membantu sang suami mencari barang yang dicari.
Ada banyak tumbukan berkas dan dokumen baik di atas meja kerja maupun rak-rak yang tersusun rapi.
Satu per satu berkas ia periksa untuk mencari dokumen yang mungkin terselip. Namun, ia tak bisa menemukannya.
"Mas, apa mungkin ada di lantai atas? Di kamar lama kita maksudnya," ujar Rima.
"Ah, kamu benar juga!"
Arjun bergegas menuju ke kamar lamanya di lantai atas sementara Rima masih mencari-cari di ruang kerja Arjun.
Di kamar lama barang-barang sebagian memang belum dirapikan. Arjun mencari di deretan dokumen yang tertata di sana.
Bruk!
Tanpa sengaja Arjun menjatuhkan dokumen yang dicarinya ke kolong lemari. Ia sampai harus tiarap untuk mengambil buku tersebut. Saat buku itu ditarik, ia menemukan sampah potongan kertas.
Awalnya ia ingi. Mengabaikan, namun melihat ada tulisan familiar yang dikenalnya, ia memungut potongan kertas itu.
"Hasil pemeriksaan Rumah Sakit Cinta Bunda? Perjanjian Kerahasiaan Hasil Pemeriksaan? 300 Juta rupiah?"
Arjun terkejut membaca tulisan dari sisa-sisa potongan kertas yang tercecer di kolong meja. Ia menghubungkan sedikit informasi itu dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya.
Flashback on
7 bulan yang lalu ....
"Mas ...."
Rima memeluk Arjun dengan tingkah manjanya menyambut sang suami yang baru pulang dari kantor.
Arjun juga merasa senang. Ia pulang melihat kondisi istrinya yang terlihat cantik dan telah mengenakan pakaian tidurnya. Tubuh Rima juga wangi aroma sabun yang sudah biasa dipakai.
"Kamu pulang cepat ya, hari ini?" tanya Arjun. Ia sendiri baru pulang karena lembur di kantor.
"Iya, aku di kantor hanya setengah hari untuk mengambil hasil pemeriksaan. Mau lihat nggak?" tanya Rima dengan wajah yang terlihat antusias.
"Kenapa kamu ambil sendirian? Kalau kamu bilang, aku bisa mengantarmu ke rumah sakit," ujar Arjun.
"Hm, tidak apa-apa. Aku tahu kamu sibuk, Mas. Lagian juga boleh salah satu mengambil hasilnya."
Rima menarik tangan Arjun membimbingnya agar duduk di tepi ranjang. Ia ambil sebuah amplop berwarna coklat dan diserahkan kepada suaminya.
Arjun membuka isi ampop itu. Rima memeluk lengan kanannya dan menyandarkan kepala di bahunya sembari ikut melihat dia membaca isi hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit Cinta Bunda. Rumah sakit itu tempat keduanya mengecek kesehatan organ reproduksi mereka.
Wajah Arjun terlihat berseri membaca hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa organ reproduksinya sehat tak bermasalah. Begitu pula dengan organ reproduksi istrinya yang dinyatakan baik-baik saja.
"Ini sungguhan kan, Sayang?" tanya Arjun memastikan.
"Benar dong, Mas ... Itu sudah jelas sekali hasil pemeriksaanya. Kita berdua tidak ada masalah!" Rima mengeratkan pelukan di lengan Arjun.
Saking bersemangatnya, Arjun memeluk balik istrinya. Ia bahkan sampai mengajak istrinya berguling di atas ranjang. Kebahagiaan yang dirasakan tak terkira karena ternyata mereka baik-baik saja. Ia menciumi istrinya dengan gemas.
"Tapi, kenapa kamu belum juga hamil, ya? Padahal kita rutin melakukan hubungan badan," kata Arjun.
Rima tersenyum kecut. "Mungkin memang belum waktunya saja, Mas. Kalau kita terus berusaha dan berdoa, aku pasti akan hamil."
"Iya, kamu benar juga. Apa kita langsung mendaftar untuk program inseminasi atau bayi tabung sekalian supaya kamu cepat hamil?" usul Arjun.
Rima langsung terdiam. Arjun akan tahu kalau mereka melakukan pemeriksaan ulang. "Ah, aku rasa itu belum perlu, Mas. Kita coba cara alami saja dulu, ya! Yang penting kita berdua sehat," ucapnya.
"Oke. Bagaimana kalau kita coba cara alami langsung malam ini?" goda Arjun.
"Boleh, tapi Mas Arjun mandi dulu," pinta Rima.
Semangat Arjun bangkit membara. Ia mencium bibir Rima sekilas. "Tunggu aku, ya!" ucapnya sebelum pergi masuk ke dalam kamar mandi.
Perasaan Arjun sangat bahagia. Bahkan rasa lelahnya bekerja sudah tak terasa. Ia bersemangat untuk bercinta dengan istrinya. Kali ini ia bertekad akan melakukan yang terbaik agar Rima bisa cepat hamil.
Arjun melapaskan seluruh pakaian kotor dan memasukkan ke dalam keranjang khusus. "Ah, lupa bawa bathrobe," gumam Arjun saat hendak masuk ke tempat mandi.
Ia berjalan kembali ke arah lemari yang ada di ruang wardrobe untuk mengambil handuk mandi. Samar-samar ia mendengar suara isak tangis dari arah kamar lewat pintu yang tak tertutup sempurna.
Dilihatnya Rima tampak tengah menangis di atas ranjang. Ia merasa heran. "Kenapa dia menangis?" gumamnya.
Arjun bergegas mengenakan bathrobe untuk menutupi tubuh polosnya.
"Sayang, kamu kenapa?" Arjun yang panik langsung berlari menghampiri istrinya.
Rima tampak terkejut melihat suaminya yang telah keluar dari kamar mandi.
"Mas, kok kamu cepat mandinya?" tanya Rima sembari mengusap air matanya. Ia kira Arjun akan perlu cukup lama untuk berada di kamar mandi.
"Aku belum mandi. Mendengar kamu menangis aku jadi khawatir. Kenapa?" tanyanya.
"Aku tidak apa-apa kok, Mas," kilah Rima.
"Kalau tidak ada apa-apa lalu kenapa menangis? Cepat katakan, jangan membuat aku bingung," desak Arjun.
"Em, itu, Mas ...." Rima terlihat kesulitan bicara. "Tadi aku dapat telepon dari Yunita. Mas Arjun kenal, kan?" tanya Rima.
Arjun mengerutkan dahi. "Yunita teman kuliahmu?" tanyanya memastikan.
Rima mengangguk. "Dia bilang ibunya sedang sakit kanker dan butuh biaya segera untuk operasi. Kamu tahu kan, kalau kita sangat dekat dulu. Ibunya sangat baik padaku dan sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri," katanya dengan wajah sendu.
"Oh, aku malah baru tahu. Kasihan sekali Yunita. Apalagi ayahnya kan tukang judi." Arjun turut terharu dengan cerita Rima.
"Dia mau pinjam uang 300 juta, Mas. Itu bukan jumlah yang kecil. Apa Mas Arjun mau mengijinkanku membantunya?" pinta Rima.
Arjun tersenyum dan menepuk lembut kepala Rima. "Aku bukan orang yang pelit kalau memang ada orang yang benar-benar butuh, apalagi dia sahabatmu. Nanti aku transfer 300 juta dan kamu boleh pinjamkan uang kepadanya."
"Benar boleh, Mas?" tanya Rima memastikan.
"Tentu saja. Apa sih yang tidak untuk istriku tercinta?"
"Ah, terima kasih ...." Rima memeluk Arjun dengan erat.
"Sudah, ah! Aku mau mandi dulu. Sejak tadi kamu peluk-peluk terus aku jadi ingin menerkammu, Sayang."
Rima tersipu malu dengan ucapan suaminya. "Ya sudah, mandi dulu sana, aku tunggu di sini."
Rima mengerlingkan sebelah matanya nakal. Arjun berlari kembali ke kamar mandi untuk melakukan mandinya yang tertunda.
Flashback off
"Kok sama nominalnya, ya? 300 juta? Perasaan dulu biaya pemeriksaannya tidak sampai semahal ini?"
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
muhammad djaidi
rima jujur j sh
2023-04-08
0
Lie Hia
wah lama2 terkuak nih semuanya, emang nya bgmn pun hrs jujur...pasti akan ketauan kelak
2023-03-07
2
Bocah Gaming
kasihan rima jd serba salah
2023-03-07
2