Bab 7: Sinyal Kebohongan

"Mas, sudah ketemu apa belum?"

Arjun mendengar suara istrinya. Ia bergegas mengambil berkas miliknya dan memasukkan potongan kertas itu ke dalam map miliknya.

Ia keluar dari kamar dan sang istri sudah berdiri di depan pintu sembari memegangi perutnya. Napas Rima terlihat sedikit tersengal-sengal.

"Sayang, kok kamu naik ke atas? Sudah aku bilang kan, jangan naik ke atas!" Arjun agak kesal dengan sikap ngeyel istrinya.

"Habis Mas Arjun lama nggak turun-turun. Aku juga tidak menemukannya di bawah jadi aku susul saja ke atas," kata Rima dengan nada bicara yang dibuat imut.

Arjun menghela napas dalam-dalam. "Ayo kita turun! Lain kali tidak usah memaksakan diri naik turun tangga lagi. Ingat, kamu sekarang sudah membawa calon bayi di dalam perutmu!" gerutunya.

"Iya, iya ...."

Arjun menuntun Rima menuruni tangga dengan hati-hati sampai tiba di lantai bawah.

"Jadi, ketemu nggak berkasnya?" tanya Rima.

"Nih, sudah aku temukan di kamar atas." Arjun mengangkat dokumen yang baru saja ditemukannya.

Rima tersenyum lega. "Jadi, Mas Arjun mau balik ke kantor lagi?" tanyanya.

"Iya, Sayang. Sebentar lagi ada rapat dan aku butuh berkas-berkas ini."

Rima memanyunkan bibir. Ia tidak ingin ditinggal sendirian di rumah sebesar itu.

"Nanti juga pulang, aku tidak lembur. Jangan manyun begitu, ah! Kamu jadi jelek!" ledek Arjun.

"Kalau pulang belikan aku mangga muda ya, Mas. Kayaknya aku lagi pengin yang asem-asem," rengek Rima.

Arjun mengerutkan dahi. "Ini kan belum musim mangga, Sayang ...."

"Ya, gimana caranya supaya Mas dapat mangga soalnya aku lagi ngidam pengin itu." Rima kembali merajuk.

"Iya, iya ... Nanti aku belikan." Arjun mengalah. Ia rasa Rima tak akan membolehkannya pergi kerja sebelum menyanggupi kemauannya.

"Yang masih mengkal, jangan yang matang!" Rima memberikan kriteria pesanan yang membuat Arjun semakin pusing.

"Iya, iya ... Nanti aku bawakan. Kamu tidur siang sana! Aku berangkat dulu!"

Arjun mencium kening istrinya. Ia lantas melangkah cepat ke arah luar menemui sopir pribadinya yang masih setia menunggu di depan.

"Kembali ke kantor ya, Pak!" perintah Arjun.

"Baik, Pak."

Arjun menyandarkan punggungnya pada kursi jok mobil belakang. Apa yang ditemukannya di kamar lama masih mengganggu pikirannya. Ia kembali memperhatikan sobekan kertas yang dibawanya itu.

Flashback on

"Pak, saya sering mendengar Ibu Rima menangis di kamarnya waktu bersih-bersih. Apa Bapak dan Ibu Rima sedang bertengkar?" tanya Bi Surti.

"Tidak, Bi. Kami tidak pernah bertengkar. Memangnya dia kenapa selama aku tinggal ke kantor?" tanya Arjun balik.

"Ibu Rima tidak kenapa-napa, Pak. Ibu Rima seperti biasa paling hanya jalan-jalan di sekeliling rumah. Tapi, kalau masuk kamar, biasanya langsung menangis."

Arjun merasa heran dengan cerita salah seorang pelayan di rumahnya. "Apa istriku bertengkar lagi dengan Mama?" tebaknya.

"Tidak, Pak. Nyonya itu sekarang jadi baik hati dan perhatian kepada Ibu Rima. Jauh sekali perlakuannya semenjak Ibu Rima hamil."

Bi Surti merupakan pelayan rumah yang sudah ikut di keluarga itu sejak Arjun muda. Bisa dikatakan ucapan Bi Surti dapat ia percaya karena orangnya jujur dan tidak memihak.

"Mungkin karena dia sedang hamil makanya perasaannya jadi sensitif," ujar Arjun.

"Bisa jadi seperti itu, Pak. Tapi, tidak wajar rasanya kalau Ibu Rima selalu menangis setiap hari. Mungkin Bapak bisa menghiburnya supaya tidak sedih terus selama hamil. Katanya kalau ibu hamil yang stres, janin di dalamnya juga ikut stres, Pak."

Flashback off

"Apa istriku sedang berbohong, ya?" gumam Arjun lirih.

Ada banyak keanehan yang ia rasakan selama kehamilan Rima. Bertahun-tahun Rima sulit untuk hamil, namun setelah pemeriksaan itu istrinya langsung hamil. Selama hamil Rima juga sering menangis. Yang paling kentara, Rima selalu merengek minta pindah dari rumah orang tuanya. Padahal ibunya sekarang sangat menyayangi Rima.

***

Malam ini Rima makan malam bersama anggota keluarga yang lain. Meskipun keseharian mereka merupakan orang-orang yang sibuk dengan bisnis, namun tetap meluangkan waktu untuk bisa makan malam bersama.

"Ada tawaran kerjasama di Amerika Serikat dalam waktu dekat ini, Jun. Bagaimana, apa kamu mau pergi ke sana untuk mengurusinya?" tanya Suni di sela-sela aktivitas makan malam mereka.

Selera makan Rima hilang mendengar ucapan ibu mertuanya. Ia tidak ingin tinggal berjauhan dari suaminya. Jangankan ke luar negeri, ditinggal ke kantor saja ia merasa kesepian.

"Mama saja yang berangkat, ya! Aku mau menemani Rima, dia kan sudah hamil besar," kata Arjun.

"Apa yang kamu khawatirkan, Jun? Rima di sini juga bersama kami, dia tidak sendirian. Ada juga banyak pelayan yang akan membantunya," ujar Sandi.

Lelaki itu melirik ke arah Rima, membuat Rima merasa tidak nyaman.

Lelaki itu benar-benar memiliki sejuta akal bulus. Ia pernah tergoda satu kali dan sangat fatal, bahkan penyesalannya tak mampu menghapus kesalahan yang pernah dibuatnya bersama lelaki itu.

Kalau Arjun tidak ada, sudah bisa dipastikan Sandi akan seenaknya sendiri terhadapnya. Selama ini ia berusaha menjaga diri agar hubungan terlarang itu tak kembali terulang.

"Apa yang Papamu katakan itu benar, Jun. Kami akan menjaga Rima selama kamu di sana. Masa kamu tidak percaya kepada kami?" Rima mengiyakan pendapat suaminya.

Rima hanya bisa menjadi penonton. Wanita sebatang kara seperti dirinya sudah cukup beruntung dijadikan istri oleh anak tunggal kaya raya seperti Arjun. Suaminya tipe anak yang penurut terhadap orang tua, tak terlalu bebas mengambil keputusan sendiri.

Saat awal menikah, ibu Arjun tak mempermasalahkan asal-usulnya. Karena Arjun mencintainya, maka Suni memberikan restu. Hanya satu hal yang membuat wanita itu kurang menyukai Rima, yaitu masalah kehamilan.

Suni hanya memiliki Arjun sebagai anak tunggal. Ia berharap Arjun bisa memiliki banyak anak agar rumahnya tak sepi. Namun, 4 tahun menikah Rima tak kunjung hamil. Bahkan Suni sempat berniat mencarikan wanita lain agar bisa melahirkan anak putranya.

Entah apa yang akan Suni lakukan jika tahu putranya mandul. Apalagi tahu jika benih yang Rima kandung merupakan darah daging suami kedua Suni. Wanita itu pasti tak akan segan untuk langsung mengusir Rima dari rumah besar itu.

"Bukan masalah percaya atau tidak percaya, Ma. Dua bulan lagi Rima akan melahirkan, aku mau fokus berada di sampingnya. Lagi pula kerjasama kali ini untuk jangka waktu dua tahun, itu bukan waktu yang singkat, Ma. Aku tidak mau berpisah dengan istriku dan calon anakku," kata Arjun.

"Mama juga tidak mau berpisah dengan calon cucu Mama," kata Suni tidak mau kalah.

"Kalau begitu, batalkan saja kerja samanya, Ma. Kita kan sama-sama tidak ada yang mau mengalah." kali ini Arjun juga berani membantah ibunya.

🤎

🤎

🤎

Terpopuler

Comments

muhammad djaidi

muhammad djaidi

km harus fokus sm rima arjun

2023-04-09

0

Lie Hia

Lie Hia

betul sekali si Arjun...hrs konsen dgn kelahiran bayi...semoga batal kerjasamanya...kasian Rima jd nya

2023-03-07

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2 Bab 2: Benih yang Tumbuh
3 Bab 3: Baby Shower
4 Bab 4: Mertua Bejat
5 Bab 5: Kamar Baru
6 Bab 6: Bibit Kecurigaan
7 Bab 7: Sinyal Kebohongan
8 Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9 Bab 9: Beda Nasib
10 Bab 10: Iri Hati
11 Bab 11: Permintaan Perpisahan
12 Bab 12: Jangan Lupakan
13 Bab 13: Kepergian Mertua
14 Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15 Bab 15: Kepanikan Arjun
16 Bab 16: Bertemu Yunita
17 Bab 17: Hutang Fiktif
18 Bab 18: Pesan Mesra
19 Bab 19: Frustasi
20 Bab 20: Amarah
21 Bab 21: Yunita di Klab Malam
22 Bab 22: Akibat Mabuk
23 Bab 23: Melahirkan
24 Bab 24: Baby Renjun
25 Bab 25: Perasaan Arjun
26 Bab 26: Meyakinkan Hati
27 Bab 27: Memilih Pengasuh
28 Bab 28: Kesepakatan
29 Bab 29: Baby Sitter
30 Bab 30: Kepulangan Mertua
31 Bab 31: Perjalanan Pulang
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: Pandangan Yunita
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Extra Part
87 Papaku Seorang CEO
88 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2
Bab 2: Benih yang Tumbuh
3
Bab 3: Baby Shower
4
Bab 4: Mertua Bejat
5
Bab 5: Kamar Baru
6
Bab 6: Bibit Kecurigaan
7
Bab 7: Sinyal Kebohongan
8
Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9
Bab 9: Beda Nasib
10
Bab 10: Iri Hati
11
Bab 11: Permintaan Perpisahan
12
Bab 12: Jangan Lupakan
13
Bab 13: Kepergian Mertua
14
Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15
Bab 15: Kepanikan Arjun
16
Bab 16: Bertemu Yunita
17
Bab 17: Hutang Fiktif
18
Bab 18: Pesan Mesra
19
Bab 19: Frustasi
20
Bab 20: Amarah
21
Bab 21: Yunita di Klab Malam
22
Bab 22: Akibat Mabuk
23
Bab 23: Melahirkan
24
Bab 24: Baby Renjun
25
Bab 25: Perasaan Arjun
26
Bab 26: Meyakinkan Hati
27
Bab 27: Memilih Pengasuh
28
Bab 28: Kesepakatan
29
Bab 29: Baby Sitter
30
Bab 30: Kepulangan Mertua
31
Bab 31: Perjalanan Pulang
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: Pandangan Yunita
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Extra Part
87
Papaku Seorang CEO
88
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!