Bab 11: Permintaan Perpisahan

Hari ini Rima terlihat bahagia. Ia diajak ibu mertuanya berbelanja banyak barang untuk keperluan kelahiran putranya. Selain membeli perlengkapan bayi, ia juga diijinkan membeli barang yang diinginkannya.

"Ma, apa ini tidak terlalu kebanyakan? Anakku saja belum lahir," ujar Rima.

Mereka sudah dua jam menghabiskan waktu di mall. Bahkan barang yang dibeli entah berapa banyak jumlahnya. Ada lima asisten yang ikut. Tangan mereka sudah penuh dengan paper bag belanjaan Rima dan Suni.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku khawatir nanti pas dia lahir tak sempat pulang. Pokoknya semua kebutuhan cucuku nanti harus sudah penuh."

Suni mengelus perut Rima yang sudah tampak membulat seperti bola. Ia tidak sabar melihat kelahiran cucu pertamanya.

"Nanti malam Mama dan Papa mau berangkat ke Amerika Serikat. Kamu jaga kesehatan baik-baik selama Mama pergi," pinta Suni.

Rima mengulaskan senyum. "Iya, Ma," jawabnya.

Sebenarnya ia sangat bahagia mendengar ayah mertuanya akan segera pergi jauh darinya.

"Ayo kita pulang sekarang!" ajak Suni.

Rima mengangguk.

Keduanya kembali berjalan diikuti oleh para asisten. Sopir telah menunggu di parkiran. Mereka membawa tiga mobil hanya untuk berbelanja.

Sesampainya di rumah, barang-barang itu dibawa ke dalam kamar khusus yang akan digunakan sebagai kamar tidur bayi. Para asisten menyusun barang yang baru dibeli sesuai arahan dari Suni. Rima hanya perlu duduk bersantai sembari melihat sementara ibu mertuanya yang telah mengatur semuanya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Rima setelah semua barang tertata dengan rapi.

"Bagus, Ma," jawab Rima singkat. Padahal barang-barang yang sebelumnya telah dibeli juga sudah cukup, namun ibu mertuanya seakan belum puas dengan isi kamar itu.

"Nyonya, ada telepon untuk Anda," kata salah seorang asisten Suni sembari memberikan ponselnya kepada sang atasan.

"Halo?"

Suni tampak berbicara dengan seseorang lewat telepon. Raut wajahnya terlihat tegang dan nada bicaranya sedikit tegas. Sesekali ia terlihat menghela napas.

"Rima, Mama mau kembali ke kantor dulu. Sepertinya memang para karyawan tidak becus kalau aku tinggalkan," ucap Suni.

"Apa ada masalah serius di kantor, Ma?" tanya Rima penasaran. Ia jadi ikut khawatir.

"Hahaha ... Bukan masalah serius, kamu tenang saja. Tapi, mungkin Arjun akan pulang sore untuk menangani sedikit urusan di perusahaan Mama. Sepertinya selama Mama pergi, Mama butuh bantuan Arjun," kata Suni.

"Oh, begitu ya, Ma. Kalau seperti itu tidak apa-apa," ucap Rima.

Sebelum pergi ke kantor, Suni sempat mengelus perut Rima. Ia memang sudah terlihat seperti nenek yang penyayang pada cucunya.

Selepas Suni pergi bersama para asisten, Rima bangkit dari tempat duduknya. Ia mengelilingi kamar anaknya sembari memainkan beberapa boneka yang baru dibeli dari mall.

Perasaan hamil yang ia rasakan begitu menyenangkan. Ia juga tak sabar menantikan kelahiran buah hatinya. Hanya saja, ketika teringat bahwa bayi yang akan dilahirkannya bukanlah anak kandung sang suami, ia merasa sedih.

Klek!

Rima terkejut dengan suara pintu yang seperti terkunci. Ia menoleh ke arah pintu. Sandi telah berdiri dengan tegap di sana. Seketika napas Rima seakan tercekat.

"Papa ... Papa tidak di kantor?" tanya Rima dengan nada suara sedikit bergetar.

Sandi tak menjawab. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Rima dengan raut wajah yang datar.

Rima mulai merasa ketakutan. Ia berjalan mundur, mengepalkan tangannya.

"Pa, tadi Mama kembali lagi ke kantor. Katanya ada urusan. Apa Papa tidak ikut membantu?" Rima memberanikan diri bertanya untuk mengalihkan perhatian.

Sayangnya, Sandi tak terpengaruh. Lelaki itu seolah hanya tertarik kepadanya. Ia seperti singa yang hendak menangkap mangsa.

Rima terus melangkah mundur. Ia berharap segera menuju pintu hubung ke arah kamarnya.

Saat ada kesempatan, akhirnya Rima sedikit berlari dan meraih gagang pintu penghubung ke kamarnya.

Klek! Klek!

Rima mencoba membuka pintu penghubung itu beberapa kali, namun tak bisa terbuka. Ia akhirnya tersadar bahwa pintu tersebut terkunci dari arah kamarnya sendiri.

Rima merasa terpojok. Ia tahu sudah ada Sandi yang tengah berdiri di belakangnya.

🤎

🤎

🤎

Terpopuler

Comments

muhammad djaidi

muhammad djaidi

suni knp mest blk kantor sh

2023-04-10

0

emak ⏤͟͟͞R

emak ⏤͟͟͞R

typo, harusnya suni

2023-03-11

0

Eka Delima

Eka Delima

Lanjut

2023-03-10

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2 Bab 2: Benih yang Tumbuh
3 Bab 3: Baby Shower
4 Bab 4: Mertua Bejat
5 Bab 5: Kamar Baru
6 Bab 6: Bibit Kecurigaan
7 Bab 7: Sinyal Kebohongan
8 Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9 Bab 9: Beda Nasib
10 Bab 10: Iri Hati
11 Bab 11: Permintaan Perpisahan
12 Bab 12: Jangan Lupakan
13 Bab 13: Kepergian Mertua
14 Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15 Bab 15: Kepanikan Arjun
16 Bab 16: Bertemu Yunita
17 Bab 17: Hutang Fiktif
18 Bab 18: Pesan Mesra
19 Bab 19: Frustasi
20 Bab 20: Amarah
21 Bab 21: Yunita di Klab Malam
22 Bab 22: Akibat Mabuk
23 Bab 23: Melahirkan
24 Bab 24: Baby Renjun
25 Bab 25: Perasaan Arjun
26 Bab 26: Meyakinkan Hati
27 Bab 27: Memilih Pengasuh
28 Bab 28: Kesepakatan
29 Bab 29: Baby Sitter
30 Bab 30: Kepulangan Mertua
31 Bab 31: Perjalanan Pulang
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: Pandangan Yunita
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Extra Part
87 Papaku Seorang CEO
88 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2
Bab 2: Benih yang Tumbuh
3
Bab 3: Baby Shower
4
Bab 4: Mertua Bejat
5
Bab 5: Kamar Baru
6
Bab 6: Bibit Kecurigaan
7
Bab 7: Sinyal Kebohongan
8
Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9
Bab 9: Beda Nasib
10
Bab 10: Iri Hati
11
Bab 11: Permintaan Perpisahan
12
Bab 12: Jangan Lupakan
13
Bab 13: Kepergian Mertua
14
Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15
Bab 15: Kepanikan Arjun
16
Bab 16: Bertemu Yunita
17
Bab 17: Hutang Fiktif
18
Bab 18: Pesan Mesra
19
Bab 19: Frustasi
20
Bab 20: Amarah
21
Bab 21: Yunita di Klab Malam
22
Bab 22: Akibat Mabuk
23
Bab 23: Melahirkan
24
Bab 24: Baby Renjun
25
Bab 25: Perasaan Arjun
26
Bab 26: Meyakinkan Hati
27
Bab 27: Memilih Pengasuh
28
Bab 28: Kesepakatan
29
Bab 29: Baby Sitter
30
Bab 30: Kepulangan Mertua
31
Bab 31: Perjalanan Pulang
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: Pandangan Yunita
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Extra Part
87
Papaku Seorang CEO
88
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!