Hari ini Rima terlihat bahagia. Ia diajak ibu mertuanya berbelanja banyak barang untuk keperluan kelahiran putranya. Selain membeli perlengkapan bayi, ia juga diijinkan membeli barang yang diinginkannya.
"Ma, apa ini tidak terlalu kebanyakan? Anakku saja belum lahir," ujar Rima.
Mereka sudah dua jam menghabiskan waktu di mall. Bahkan barang yang dibeli entah berapa banyak jumlahnya. Ada lima asisten yang ikut. Tangan mereka sudah penuh dengan paper bag belanjaan Rima dan Suni.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku khawatir nanti pas dia lahir tak sempat pulang. Pokoknya semua kebutuhan cucuku nanti harus sudah penuh."
Suni mengelus perut Rima yang sudah tampak membulat seperti bola. Ia tidak sabar melihat kelahiran cucu pertamanya.
"Nanti malam Mama dan Papa mau berangkat ke Amerika Serikat. Kamu jaga kesehatan baik-baik selama Mama pergi," pinta Suni.
Rima mengulaskan senyum. "Iya, Ma," jawabnya.
Sebenarnya ia sangat bahagia mendengar ayah mertuanya akan segera pergi jauh darinya.
"Ayo kita pulang sekarang!" ajak Suni.
Rima mengangguk.
Keduanya kembali berjalan diikuti oleh para asisten. Sopir telah menunggu di parkiran. Mereka membawa tiga mobil hanya untuk berbelanja.
Sesampainya di rumah, barang-barang itu dibawa ke dalam kamar khusus yang akan digunakan sebagai kamar tidur bayi. Para asisten menyusun barang yang baru dibeli sesuai arahan dari Suni. Rima hanya perlu duduk bersantai sembari melihat sementara ibu mertuanya yang telah mengatur semuanya.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Rima setelah semua barang tertata dengan rapi.
"Bagus, Ma," jawab Rima singkat. Padahal barang-barang yang sebelumnya telah dibeli juga sudah cukup, namun ibu mertuanya seakan belum puas dengan isi kamar itu.
"Nyonya, ada telepon untuk Anda," kata salah seorang asisten Suni sembari memberikan ponselnya kepada sang atasan.
"Halo?"
Suni tampak berbicara dengan seseorang lewat telepon. Raut wajahnya terlihat tegang dan nada bicaranya sedikit tegas. Sesekali ia terlihat menghela napas.
"Rima, Mama mau kembali ke kantor dulu. Sepertinya memang para karyawan tidak becus kalau aku tinggalkan," ucap Suni.
"Apa ada masalah serius di kantor, Ma?" tanya Rima penasaran. Ia jadi ikut khawatir.
"Hahaha ... Bukan masalah serius, kamu tenang saja. Tapi, mungkin Arjun akan pulang sore untuk menangani sedikit urusan di perusahaan Mama. Sepertinya selama Mama pergi, Mama butuh bantuan Arjun," kata Suni.
"Oh, begitu ya, Ma. Kalau seperti itu tidak apa-apa," ucap Rima.
Sebelum pergi ke kantor, Suni sempat mengelus perut Rima. Ia memang sudah terlihat seperti nenek yang penyayang pada cucunya.
Selepas Suni pergi bersama para asisten, Rima bangkit dari tempat duduknya. Ia mengelilingi kamar anaknya sembari memainkan beberapa boneka yang baru dibeli dari mall.
Perasaan hamil yang ia rasakan begitu menyenangkan. Ia juga tak sabar menantikan kelahiran buah hatinya. Hanya saja, ketika teringat bahwa bayi yang akan dilahirkannya bukanlah anak kandung sang suami, ia merasa sedih.
Klek!
Rima terkejut dengan suara pintu yang seperti terkunci. Ia menoleh ke arah pintu. Sandi telah berdiri dengan tegap di sana. Seketika napas Rima seakan tercekat.
"Papa ... Papa tidak di kantor?" tanya Rima dengan nada suara sedikit bergetar.
Sandi tak menjawab. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Rima dengan raut wajah yang datar.
Rima mulai merasa ketakutan. Ia berjalan mundur, mengepalkan tangannya.
"Pa, tadi Mama kembali lagi ke kantor. Katanya ada urusan. Apa Papa tidak ikut membantu?" Rima memberanikan diri bertanya untuk mengalihkan perhatian.
Sayangnya, Sandi tak terpengaruh. Lelaki itu seolah hanya tertarik kepadanya. Ia seperti singa yang hendak menangkap mangsa.
Rima terus melangkah mundur. Ia berharap segera menuju pintu hubung ke arah kamarnya.
Saat ada kesempatan, akhirnya Rima sedikit berlari dan meraih gagang pintu penghubung ke kamarnya.
Klek! Klek!
Rima mencoba membuka pintu penghubung itu beberapa kali, namun tak bisa terbuka. Ia akhirnya tersadar bahwa pintu tersebut terkunci dari arah kamarnya sendiri.
Rima merasa terpojok. Ia tahu sudah ada Sandi yang tengah berdiri di belakangnya.
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
muhammad djaidi
suni knp mest blk kantor sh
2023-04-10
0
emak ⏤͟͟͞R
typo, harusnya suni
2023-03-11
0
Eka Delima
Lanjut
2023-03-10
2