Perut Rima kian hari kian membesar. Janin di dalam perutnya tumbuh dengan sehat. Ia melewati masa kehamilannya dengan curahan kasih sayang yang banyak dari semua orang. Mereka menganggap dirinya sebagai pembawa keberuntungan, calon ibu yang akan melahirkan penerus keluarga Wibowo.
"Sayang, apa kamu sudah siap?" tanya Arjun.
Rima yang telah merias diri dengan dress warna baby pink itu mengulaskan senyuman termanisnya. Di mata Arjun, Rima kelihatan semakin mempesona saat hamil. Wanita itu terlihat cantik dengan perut yang semakin membuncit.
Arjun menuntun Rima secara perlahan menuruni satu per satu anak tangga di rumah mereka.
"Mama bilang nanti akan memindahkan kamar kita ke lantai bawah, Sayang," kata Arjun.
Rima memasang wajah cemberut. Ia tak suka dengan rencana itu. Apalagi kamar mereka nantinya berdekatan dengan mamar mertuanya di lantai bawah. Ia lebih nyaman berada di kamar atas. Setidaknya ia bisa menghindari bertemu dengan ayah mertuanya.
"Tidak usah, Mas. Aku suka di atas," tolak Rima.
"Pokoknya kamu tidak bisa menolak, Sayang. Perutmu sudah semakin besar, nanti kamu kelelahan naik turun tangga. Lagipula, nanti kalau anak kita sudah lahir, biar gantian dirawat oleh Mama. Dia bahagia sekali sebentar lagi akan menjadi nenek."
Mendengar ucapan Arjun, Rima menangis di dalam batinnya. Ia telah berbohong dan mengkhianati semua orang namun mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa.
"Pelan-pelan, Sayang."
Arjun membantu Rima naik ke atas mobil. Ia mengikatkan sehelai kain pada mata Rima agar istrinya tidak tahu kemana ia akan membawanya. Di usia kehamilan tujuh bulan ini, rencananya Arjun ingin memberikan kejutan kepada Rima.
Sesampainya di suatu tempat, Rima diajak turun dari mobil. Ia dibawa ke sebuah villa yang terdapat di tepi laut.
"Satu ... Dua ... Tiga ... Kejutan!" Arjun membuka penutup mata Rima.
Rima terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat kejutan yang disiapkan untuknya. Keluarga besar suaminya telah. Berkumpul di sana menyambut dirinya. Villa pribadi milik keluarga Arjun disulap menjadi tempat pesta dengan dekorasi yang didominasi oleh sentuhan warna biru dan merah muda.
"Oh, ini lucu sekali ... Siapa yang membuat kejutan ini," guman Rima sembari melihat balon-balon yang memenuhi langit-langit rumah. Ia seperti akan melakukan acara ulang tahun.
"Siapa lagi kalau bukan Ibu Mertuamu, dia yang paling cerewet waktu kami bilang ingin membuatkan acara baby shower untukmu," kata Tante Gina.
"Benar sekali, Rima. Padahal kamu yang sedang hamil, tapi Suni yang paling heboh mempersiapkannya." Tante Sania menambahi.
"Dia bahkan sudah membelikan semua perlengkapan untuk calon anakmu. Lihat saja nanti, waktu kamu pulang ke rumah, kamarmu pasti sudah berubah!" sambung Gina.
"Heh! Kenapa kalian jadi membocorkan rencanaku?" protes Suni. "Rima, ayo ikut Mama," ajaknya. Suni menggandeng tangan Rima dan mengajaknya duduk di sofa.
Rima merasa kurang nyaman. Di sana ada Sandi yang seperti biasa selalu memperhatikannya dengan tatapan mesvm. Selama ada lelaki itu di dekatnya, ia merasa tak bisa bernapas dengan bebas.
"Sepertinya cucuku tumbuh dengan baik di dalam sana." Suni mengelus perut Rima dengan lembut. Wanita itu mendekatkan telinganya di sana, berharap bisa mendengarkan detak jantung calon cucunya.
"Halo, Sayang ... Cepatlah lahir, Nenek sudah tidak sabar menantikan kelahiranmu," ucap Suni.
Suni selalu membanggakan calon cucu pertamanya itu di hadapan keluarga, sahabat, dan rekan bisnisnya. "Aduh aduh aduh ... Aku merasakan gerakannya. Dia mendengar suaraku!" serunya kegirangan.
Tante Gina dan Tante Sania turut tertawa melihat tingkah Suni yang lucu. Wanita paruh baya yang biasanya serius itu tiba-tiba bisa menjadi sangat lembut.
Rima hanya bisa tersenyum. Ia masih mengingat perlakuan ibu mertua sebelumnya. Ia hampir dibuang dari rumah itu karena tak kunjung hamil. Ibu mertuanya juga sering mempengaruhi Arjun agar menikah lagi. Hal semacam itu yang terkadang membuat ia tak menyesal telah tidur dengan ayah mertuanya sendiri.
"Rima, ayo pecah balon dulu!" ajak Arjun.
Ia meraih tangan istrinya, membawa Rima menuju ke ruang tengah tempat acara utama gender reveal akan segera dilaksanakan. Ia berdiri bersama Rima di tengah-tengah, di antara anggota keluarga yang lain.
Pembawa acara memandu jalannya acara baby shower mereka. Keduanya melakukan acara potong kue lalu saling menyuapi seperti acara ulang tahun. Lalu, mereka mendapatkan sebuah balon besar yang harus dipecahkan untuk mengetahui kejutan di dalamnya mengenai jenis kelamin calon anak mereka.
"Satu ... Dua ... Tiga ....!"
Dor!
Balon besar itu meletus. Potongan kertas-kertas kecil dan balon berwarna biru keluar dari dalam balon yang meletus itu. Keduanya saling berpelukan kegirangan mengetahui calon anak mereka nantinya adalah laki-laki.
"Oh, selamat, ya ... Aku sudah yakin kalau bayinya pasti laki-laki. Mudah-mudahan tampan dan pintar seperti Arjun!" kata Tante Gina kegirangan.
"Anak pertama memang lebih baik laki-laki supaya nanti bisa melindungi adiknya," ujar Om Ramli.
"Nanti tinggal nambah anak perempuan supaya jadi lengkap," sahut Om Dion.
"Satu saja belum lahir kalian sudah meributkan anak kedua. Hahaha ...." Sandi ikut menyambung pembicaraan.
Lagi, Rima kembali merasa terancam. Ia tak bisa berkutik ketika Sandi ada di dekatnya.
"Kak Sandi sendiri dan Kak Suni tidak mau menambah anak?" tanya Om Dion.
"Apa kamu sudah gila, Dion? Sebentar lagi aku akan jadi nenek dan kamu menyuruhku untuk hamil?" kesal Suni.
"Hahaha ... Siapa tahu Kakak kesepian karena anak hanya satu. Apalagi Arjun juga sudah sibuk dengan keluarganya sendiri. Tambah saja lagi. Sandi masih kuat, kan?" ledek Dion.
Sekilas Sandi melirik nakal ke arah Rima namun wanita itu menghindari pandangannya.
"Bagaimana, Suni? Apa menurutmu aku masih kuat untuk membuat anak?" tanya Sandi.
"Oh. Ayolah, kenapa kamu jadi mengurusi candaan gila adikku. Kita ini sudah tua dan mau punya cucu. Kalau kurang kerjaan, kita bisa ikut mengasuh cucu, untuk apa susah-sudah hamil sendiri. Biar Arjun dan Rima yang menambah keturunan saja," ujar Suni.
"Kakakmu menolak, Dion. Jadi aku tidak bisa membuktikan kemampuanku," kata Sandi.
"Sudah, hentikan pembahasan ini. Kita semua calon kakek dan nenek kenapa malah membahas hal yang aneh-aneh. Untung anak-anak sedang main di luar," tegur Om Ramli.
"Sayang, kenapa kamu jadi orang terlalu kaku? Ini bagus sekali untuk mempererat kekeluargaan di antara kita. Biar calon anak Rima juga tahu kalau kakek neneknya sebanyak ini," sahut Gina.
Acara baby shower berjalan dengan sukses. Setelah acara, Arjun, Rima, Suni, dan Sandi memutuskan untuk menginap semalam di villa mengingat rumah mereka ada sedikit renovasi. Sementara anggota keluarga yang lain pulang ke rumah masing-masing.
🤎🤎🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
🍁ɳιℓα❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ
sumpah deg2an yah semoga gak bocor yah rahasia sandi sama rima
2023-06-01
1
Muzie✰͜͡v᭄👻ᴸᴷ㊍㊍
Semoga aja gak ketahuan
2023-04-30
0
muhammad djaidi
semoga j gak ketahuan
2023-04-07
0