Bab 4: Mertua Bejat

Rima memegang segelas minuman sembari berdiri memandangi laut malam dari teras belakang villa. Suasanya terasa sunyi, hanya suara deburan ombak yang begitu menenangkan ditelinga.

Ia mengelus perutnya. Bayi yang ada di dalam perutnya merupakan manifestasi dosa yang ia lakukan bersama sang ayah mertua. Terdengar bodoh setiap kali ia berharap bisa bahagia dengan keberadaan anak itu.

"Sayang ...."

Arjun datang dari arah belakang memeluk dirinya. Rima merasakan kehangatan. Ciuman yang lelaki itu berikan membuat dia merasa dicintai sepenuhnya.

"Kamu belum mengantuk?" tanya Arjun sembari menciumi ceruk leher istrinya.

"Belum," jawab Rima singkat.

"Kamu tidak boleh berlama-lama di luar. Kalau malam udaranya dingin, takutnya nanti kamu masuk angin." Arjun melepaskan sweater yang dikenakan lalu memakaikan ke tubuh istrinya.

"Aku baru sebentar, kok. Menikmati suasana laut saat malam, sepi begini bisa mendamaikan perasaan."

"Hm, laut memang selalu menjadi tempat favorit untuk refreshing."

Arjun kembali memeluk Rima. Kali ini pelukannya terkesan berbeda seolah ia sedang merajuk. "Masuk ke kamar, yuk! Kita saling menghangatkan tubuh masing-masing," godanya.

Rima selalu senang saat suaminya memberi kode. Tanpa menunggu lagi, ia menyambut ajakan yang diberikan oleh suaminya. Arjun menggendong istri hamilnya ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Tak jauh dari mereka, Sandi ternyata sejak tadi terus memperhatikan Rima. Melihat kemesraan antara Arjun dan Rima benar-benar menyulut api cemburu di hatinya. Kaleng bir yang baru saja diminum sampai peyot karena rem asan tangannya.

"Rima, kamu milikku ... Anak itu juga milikku ...," lirihnya.

Sandi kesal atas penolakan yang selama ini Rima lakukan padanya. Ia sangat ingin mengulang hubungan yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Sandi tak pernah melupakannya. Tubuh Rima masih terngiang-ngiang dalam ingatannya.

"Apa yang harus aku lakukan supaya kamu menurut padaku? Kamu tidak bisa mengabaikanku terus - menerus. Aku bisa mati, Rima!" Minuman yang direguknya sedikit membuat mabuk sehingga ucapannya juga kacau.

Saat ia kembali masuk, ia melihat Rima baru saja masuk ke dalam kamar mandi. Sandi menyeringai. Kamar mandi di bagian atas memang sedang rusak dan yang berfungsi hanya kamar mandi bawah. Ia lihat sekeliling sepi, didekatinya pintu kamar mandi itu. Sandi menunggu Rima keluar dari sana.

Klek!

Rima membuka pintu kamar mandi setelah buang air. Ia terkejut melihat ayah mertuanya ada di sana dengan wajah yang serius dan tatapan tajam.

"Maaf, Papa, aku mau kembali ke atas."

Rima berusaha menerobos Sandi, namun lelaki itu justru kembali mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu itu kembali.

"Pa, please ...." Nada bicara Rima sedikit bergetar. Ia berjalan mundur sampai punggungnya mentok ke dinding. Rima ketakutan.

Sandi mengungkung Rima dengan kedua tangannya yang kekar. "Memangnya kamu takut apa, Rima? Kita sudah pernah melakukan hal yang tidak bermoral."

Ia mencoba mengingatkan kemesraan sesaat yang pernah mereka lewati tujuh bulan lalu.

"Kamu lupa ya, siapa yang membantumu sampai bisa bertahan di keluarga ini? Kamu disayang oleh banyak orang karena benih yang aku tanamkan di rahimmu, Rima."

Sandi mengelus perut Rima yang terasa kencang dan padat itu. Selama ini ia tak bisa melakukannya di hadapan orang lain. Padahal, ia juga ingin menyentuh perut itu. Perut yang berisi calon anaknya.

Rima terisak. Ia gemetar ketakutan terhadap perbuatan ayah mertuanya. "Papa sudah janji kan, hanya mau membantuku hamil. Tapi kenapa Papa terus menggangguku? Hiks! Hiks!"

"Siapa yang mau mengganggumu, Rima? Papa hanya ingin menunjukkan perhatian padamu. Tapi, kenapa kamu selalu menghindar? Kamu tega ya, membuat Papa merasa diabaikan dan kesepian?" Sandi merapikan helaian rambut Rima yang berantakan ke belakang telinga.

Sandi mulai mendekatkan wajahnya. Ia memaksa menciumi wajah Rima meskipun wanita itu berusaha memberontak. Aroma wangi wanita muda itu membuatnya terlena dan mengingat kembali hari itu.

Tok tok tok

Sandi menghentikan perbuatannya saat mendengar suara pintu kamar mandi diketuk dari luar.

"Sayang, kamu masih di dalam? Kenapa lama sekali?"

Terdengar suara Arjun dari balik pintu.

Rima memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur. Ia mendorong tubuh Sandi menjauh darinya dan berlari ke arah pintu. Buru-buru ia membuka kunci pintu dan akhirnya bisa keluar.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Arju heran melihat istrinya keluar dari dalam kamar mandi seperti orang yang ketakutan.

Rima memeluk Arjun sembari menangis. "Ayo ke kamar, aku takut," rengeknya.

Arjun menggendong istrinya dan membawanya kembali ke kamar atas villa. Ia biarkan Rima menangis dalam pelukannya sampai kondisinya sedikit tenang.

"Aku sangat khawatir karena kamu tidak balik-balik ke kamar. Aku kira kamu pingsan. Tadi kamu kenapa sampai menangis ketakutan seperti ini?" tanya Arjun sembari membelai rambut Rima.

Rima mencoba menenangkan hatinya dalam pelukan Arjun. Ia masih sangat ketakutan membayangkan ayah mertuanya yang hendak berbuat macam-macam kepada dirinya.

"Mas, aku ingin pulang ke rumah sekarang," rengek Rima.

"Permintaanmu ini aneh-aneh, Rima. Ini sudah larut malam, rumah kita juga sedang direnovasi makanya kita menginap di sini. Aku kan sudah bilang kalau Mama mau memindahkan kamar kita ke lantai bawah supaya kamu tidak perlu susah-susah naik turun tangga."

Arjun begitu penasaran dengan istrinya. Setelah menangis karena ketakutan di kamar mandi, Rima ingin pulang.

"Kalau begitu, kita menginap di hotel saja. Aku tidak mau di sini." Rima yang diliputi ketakutan masih menginginkan pergi sejauh mungkin dari ayah mertuanya yang bejat itu. Ia rasanya ingin menjerit sekencang mungkin memikirkan betapa kotor dirinya membiarkan lelaki semacam itu menjamah tubuhnya dengan mudah sampai ia hamil.

Arjun mengeratkan pelukannya dan mencoba menenangkan istrinya. "Sudahlah, kalau memang yang kamu takutkan hantu, aku sudah ada di sini, jangan takut lagi. Kalau nanti kamu perlu ke kamar mandi, aku akan menemanimu sampai ke dalam. Sekarang, tidur. Besok baru kita pulang."

Rima tahu bahwa Arjun tak akan mengerti apa yang sebenarnya ia takuti. Dia berada di dalam posisi yang serba salah karena ia juga tak sepenuhnya benar. Sekalipun ia berkata jujur, Arjun tidak akan membelanya. Karena dia pernah tidur dengan ayah mertuanya sendiri.

Rima hanya berharap kebohongan tentang anaknya akan menjadi satu-satunya kebohongan yang akan ia lakukan terhadap Arjun. Kenyataannya, ia mulai harus melakukan kebohongan-kebohongan kecil demi menutupi kebobongan pertamanya.

"Bagaimana kalau kita tinggal di apartemen saja? Kita latihan hidup mandiri," usul Rima.

"Mama tidak akan setuju, Sayang. Dia sudah sangat menantikan kelahiran bayi kita."

"Tapi ...."

"Rima, sebenarnya ada apa?" Arjun memotong perkataan sebelum sang istri menyelesaikannya. "Kenapa kamu terkesan ingin menjauhi Mama? Bukankah Mama yang sekarang sangat menyayangimu?" tanya Arjun heran.

"Bukan begitu, Mas. Aku hanya ingin merasakan hidup mandiri saja," ucap Rima. Ia merasa Arjun mulai curiga kepadanya.

🤎🤎🤎

Terpopuler

Comments

🍁ᴺᶦᵉˡᵃ❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ

🍁ᴺᶦᵉˡᵃ❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ

sumpah rima ketakutan sendiri kan jadinya coba dri awal jujur aja kalo arjun mandul pasti ga ketakutan gini skrg , dia disayang tp hasil sama mertua 🤧

2023-06-01

0

Yatima Mauluddin

Yatima Mauluddin

lama² jadi merinding mo lanjut baca...
takut ketauan

2023-04-11

0

muhammad djaidi

muhammad djaidi

kamu pasti bisa mnghdp masalh km

2023-04-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2 Bab 2: Benih yang Tumbuh
3 Bab 3: Baby Shower
4 Bab 4: Mertua Bejat
5 Bab 5: Kamar Baru
6 Bab 6: Bibit Kecurigaan
7 Bab 7: Sinyal Kebohongan
8 Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9 Bab 9: Beda Nasib
10 Bab 10: Iri Hati
11 Bab 11: Permintaan Perpisahan
12 Bab 12: Jangan Lupakan
13 Bab 13: Kepergian Mertua
14 Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15 Bab 15: Kepanikan Arjun
16 Bab 16: Bertemu Yunita
17 Bab 17: Hutang Fiktif
18 Bab 18: Pesan Mesra
19 Bab 19: Frustasi
20 Bab 20: Amarah
21 Bab 21: Yunita di Klab Malam
22 Bab 22: Akibat Mabuk
23 Bab 23: Melahirkan
24 Bab 24: Baby Renjun
25 Bab 25: Perasaan Arjun
26 Bab 26: Meyakinkan Hati
27 Bab 27: Memilih Pengasuh
28 Bab 28: Kesepakatan
29 Bab 29: Baby Sitter
30 Bab 30: Kepulangan Mertua
31 Bab 31: Perjalanan Pulang
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: Pandangan Yunita
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Extra Part
87 Papaku Seorang CEO
88 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2
Bab 2: Benih yang Tumbuh
3
Bab 3: Baby Shower
4
Bab 4: Mertua Bejat
5
Bab 5: Kamar Baru
6
Bab 6: Bibit Kecurigaan
7
Bab 7: Sinyal Kebohongan
8
Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9
Bab 9: Beda Nasib
10
Bab 10: Iri Hati
11
Bab 11: Permintaan Perpisahan
12
Bab 12: Jangan Lupakan
13
Bab 13: Kepergian Mertua
14
Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15
Bab 15: Kepanikan Arjun
16
Bab 16: Bertemu Yunita
17
Bab 17: Hutang Fiktif
18
Bab 18: Pesan Mesra
19
Bab 19: Frustasi
20
Bab 20: Amarah
21
Bab 21: Yunita di Klab Malam
22
Bab 22: Akibat Mabuk
23
Bab 23: Melahirkan
24
Bab 24: Baby Renjun
25
Bab 25: Perasaan Arjun
26
Bab 26: Meyakinkan Hati
27
Bab 27: Memilih Pengasuh
28
Bab 28: Kesepakatan
29
Bab 29: Baby Sitter
30
Bab 30: Kepulangan Mertua
31
Bab 31: Perjalanan Pulang
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: Pandangan Yunita
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Extra Part
87
Papaku Seorang CEO
88
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!