Bab 12: Jangan Lupakan

"Pa ...."

Perkataan Rima terhenti saat ia merasakan pinggangnya direngkuh dari belakang. Tubuh wanita itu seakan membeku, sulit untuk digerakkan seperti patung. Jantung Rima berdebar kencang, sekujur tubuhnya terasa gemetar.

Ia hampir menangis saat mulai merasakan sentuhan bibir Sandi yang mulai menyusuri tengkuknya. Bahkan hangatnya deru napas yang dihembuskan bisa ia rasakan dan membuat bulu kuduknya berdiri.

"Pa, tolong lepaskan aku," pinta Rima memohon.

Sandi tak mau menggubris permintaan menantunya. Ia semakin agresif menciumi area tengkuk leher Rima dan menghirup aroma wanginya tanpa kepuasan.

"Kamu pasti sangat senang mendengar Papa akan pergi jauh darimu, kan? Kamu pasti merasa bisa terbebas dariku, Rima ... Papa tidak akan membiarkannya," ucap Sandi.

Air mata Rima akhirnya mengalir. Ia benar-benar ketakutan dan tak berdaya menghadapi lelaki itu.

"Papa janji tidak akan menggangguku lagi, kan? Papa sudah janji. Hiks ... Hiks ...."

"Persetan dengan janji itu! Kamu sudah sangat menyiksa Papamu ini. Aku paling benci diabaikan. Apa perlu aku mengatakan semuanya pada Arjun?" ancam Sandi.

"Jangan, Pa ... Aku mohon ... Huhuhu ...," rengek Rima.

Sandi menyeringai. Ia mendekatkan mulutnya ke arah telinga Rima. "Makanya, menurut saja agar rahasiamu aman," bisiknya.

Rima sudah terlihat pasrah. Ia hanya bisa menangis membiarkan lelaki itu menyentuhnya.

Sandi semakin berani merapatkan tubuhnya. Ia kembali menciumi tengkuk Rima yang beraroma harum itu. Tangannya menggerayangi area perut yang membusung.

"Jangan lupa kalau Papa juga ikut andil untuk ini, Rima. Meskipun kita tak akan mengakuinya di depan semua orang, bayi yang akan kamu lahirkan adalah benihku," kata Sandi.

Lelaki itu membalikkan tubuh Rima agar menghadap ke arahnya. Dengan serakah ia memagut bibir tipis Rima. Ia sama sekali tak peduli meskipun Rima terus menangis selama ia memaksanya.

"Lepaskan pakaianmu!" perintah Sandi.

"Pa ...," Rima masih berusaha memohon agar lelaki itu mengurungkan niatnya.

"Jangan membuat Papa lebih murka, Rima. Aku bisa saja kasar padamu. Aku sama sekali tidak peduli dengan kehamilanmu. Kalau terjadi apa-apa pada bayimu, jangan menyesal!"

Sandi sangat lihai menekan seseorang. Rima yang lemah dengan alasan calon anaknya terpaksa menuruti kegilaan lelaki itu. Ia melepaskan satu per satu pakaian yang melekat di tubuhnya. Ia juga mengabaikan rasa malunya sendiri.

Sandi merasa takjub dengan kemolekan tubuh wanita idamannya. Meskipun tengah hamil, namun Rima tetap terlihat mempesona. Bahkan bagian dadanya terlihat lebih besar dibandingkan dengan saat pertama ia melihatnya secara langsung.

"Apa ini sudah bisa mengeluarkan susu?" tanyanya sembari memegang salah satu gundukan dada Rima.

Rima berusaha menahan tangan itu agar tak menyentuh darinya. Namun, tenaganya tak seberapa dibandingkan Sandi. Dengan seenaknya lelaki itu mengelus dadanya. Rima hanya diam mematung.

"Seharusnya sejak awal kamu menurut saja seperti ini. Memang apa ruginya bagimu? Suamimu juga tidak akan tahu. Malah kamu lebih beruntung bisa disayangi dua lelaki sekaligus," ujar Sandi.

Rima merasa jijik dengan ucapan Sandi. "Kenapa Papa sangat tega mengkhianati Mama?" tanya Rima dengan nada kesal.

Sandi kembali menyeringai. "Apa kamu mau tahu alasan sebenarnya?" tanyanya. "Sebenarnya aku tidak pernah mencintai Suni. Kamu yang menjadi alasanku untuk mau menikah dengan wanita tua seperti Suni."

Rima melebarkan matanya. Ia terkejut mendengar pengakuan Sandi.

"Aku jatuh cinta padamu saat pertemuan pertama di hotel XXX, Rima. Kamu datang bersama Suni dua tahun yang lalu."

Rima mencoba mengingat-ingat perkataan Sandi. Ia memang sering mengikuti pesta dengan kalangan atas bersama ibu mertua. Ia memang sempat mengenal Sandi karena merupakan salah satu rekan bisnis ibu mertuanya.

Sandi melepaskan tangannya dari dada Rima yang sedari tadi dipegangi. Ia melepaskan sendiri pakaianya satu persatu hingga kondisi sama-sama polos seperti Rima.

"Awalnya aku kira kamu adalah putri Suni karena kalian kerap berdua. Ternyata kamu adalah menantunya. Harapanku untuk memilikimu jadi pupus. Tapi, aku berpikir jika menikah dengan Suni setidaknya aku akan bisa bertemu denganmu setiap hari. Bukankah aku sangat licik?" Sandi menyunggingkan senyum. Ia mengakui kejahatannya sendiri.

Sandi mengambil sebuah kursi dan duduk di atasnya. Ia menyuruh Rima untuk duduk di pangkuan sembari melakukan penyatuan secara perlahan. Mengingat Rima dalam kondisi hamil, ia sangat berhati-hati melakukannya.

"Apa kamu menyukainya?" bisik Sandi dengan nada yang nakal.

Bukannya menikmati, Rima justru merasakan hal yang sangat memalukan itu terulang kembali. Ia berada di dalam pelukan ayah mertuanya yang bejat.

"Ah, ini kedua kalinya kita melakukan ini. Meskipun sangat disayangkan, aku akan pergi jauh dan tidak menyentuhmu lagi." Sandi menikmati aktivitas yang tengah dilakukannya. Merengkuh wanita yang dicintainya membuat ia merasa bahagia tak terkira.

"Rima, jangan lupakan kebersamaan kita kali ini. Akan aku usahakan untuk secepatnya kembali," ucap Sandi.

Ia kembali memagut bibir wanita itu dengan mesra. Setelah hasratnya tersalurkan, ia tinggalkan Rima begitu saja di atas ranjang yang ada di kamar calon bayi mereka.

🤎

🤎

🤎

Terpopuler

Comments

muhammad djaidi

muhammad djaidi

lebih baik u jujur j rima kl itu bukan ank laki u

2023-04-10

0

lee go

lee go

Penasaran Sandy ini bapak2 umur berapa sih?

2023-04-06

0

Realme Baru

Realme Baru

berarti arjun hanya anak tiri sandi tak kira anak kandung

2023-03-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2 Bab 2: Benih yang Tumbuh
3 Bab 3: Baby Shower
4 Bab 4: Mertua Bejat
5 Bab 5: Kamar Baru
6 Bab 6: Bibit Kecurigaan
7 Bab 7: Sinyal Kebohongan
8 Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9 Bab 9: Beda Nasib
10 Bab 10: Iri Hati
11 Bab 11: Permintaan Perpisahan
12 Bab 12: Jangan Lupakan
13 Bab 13: Kepergian Mertua
14 Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15 Bab 15: Kepanikan Arjun
16 Bab 16: Bertemu Yunita
17 Bab 17: Hutang Fiktif
18 Bab 18: Pesan Mesra
19 Bab 19: Frustasi
20 Bab 20: Amarah
21 Bab 21: Yunita di Klab Malam
22 Bab 22: Akibat Mabuk
23 Bab 23: Melahirkan
24 Bab 24: Baby Renjun
25 Bab 25: Perasaan Arjun
26 Bab 26: Meyakinkan Hati
27 Bab 27: Memilih Pengasuh
28 Bab 28: Kesepakatan
29 Bab 29: Baby Sitter
30 Bab 30: Kepulangan Mertua
31 Bab 31: Perjalanan Pulang
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: Pandangan Yunita
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Extra Part
87 Papaku Seorang CEO
88 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2
Bab 2: Benih yang Tumbuh
3
Bab 3: Baby Shower
4
Bab 4: Mertua Bejat
5
Bab 5: Kamar Baru
6
Bab 6: Bibit Kecurigaan
7
Bab 7: Sinyal Kebohongan
8
Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9
Bab 9: Beda Nasib
10
Bab 10: Iri Hati
11
Bab 11: Permintaan Perpisahan
12
Bab 12: Jangan Lupakan
13
Bab 13: Kepergian Mertua
14
Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15
Bab 15: Kepanikan Arjun
16
Bab 16: Bertemu Yunita
17
Bab 17: Hutang Fiktif
18
Bab 18: Pesan Mesra
19
Bab 19: Frustasi
20
Bab 20: Amarah
21
Bab 21: Yunita di Klab Malam
22
Bab 22: Akibat Mabuk
23
Bab 23: Melahirkan
24
Bab 24: Baby Renjun
25
Bab 25: Perasaan Arjun
26
Bab 26: Meyakinkan Hati
27
Bab 27: Memilih Pengasuh
28
Bab 28: Kesepakatan
29
Bab 29: Baby Sitter
30
Bab 30: Kepulangan Mertua
31
Bab 31: Perjalanan Pulang
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: Pandangan Yunita
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Extra Part
87
Papaku Seorang CEO
88
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!