“Pa, tapi kita keluarga … hal seperti ini sangatlah tidak ….”
“Sstt ….” Sandi menempelkan jari telunjuknya di bibir Rima. “Makanya kita harus merahasiakan hal ini. Hanya kita berdua yang boleh tahu. Kita akan tetap menjadi keluarga seperti biasanya, Rima,” bujuk Sandi.
Ucapan dan janji-janji manis Sandi begitu mampu memberikan sugesti kepada Rima. Akhirnya wanita itupun luluh dan menuruti kemauan sang ayah mertua.
“Papa janji tidak akan mengatakan apapun kepada Mas Arjun, kan?” tanya Rima.
Sandi merobek kertas hasil pemeriksaan Arjun yang dipegangnya di hadapan Rima. “Papa akan pegang kata-kata Papa, Rima. Arjun tidak akan tahu kalau dia mandul dan kamu akan tetap bisa berada di samping Arjun dengan percaya diri setelah hamil nanti.”
Rima menurut. Ia biarkan Sandi mengusap pipinya dengan lembut. Ini pertama kalinya ia biarkan lelaki lain menyentuhnya. Ada rasa malu dan risih Ketika tangan itu mulai menjalar menelusuri bagian tubuhnya yang lain.
Rima hanya bisa pasrah Ketika bibirnya mulai dipagut oleh sang ayah mertua. Ruangan itu menjadi saksi terjadinya hubungan tabu yang terjadi antara dirinya dan ayah mertua. Buliran air mata jatuh saat hubungan terlarang itu benar-benar terjadi. Ia merasa berdosa dan bersalah pada Arjun. Namun, ia juga melakukannya demi tetap mempertahankan pernikahannya tanpa menyakiti hati suaminya.
***
“Mas, maafka aku, ya!” ucap Rima sembari memeluk tubuh suaminya.
Semenjak hubungan terlarang itu terjadi, tiada hari bagi Rima untuk menangis dan menyesali tindakannya. Ia yakin Arjun akan sangat kecewa jika mengetahui dirinya pernah berhubungan badan dengan ayahnya. Ia hanya bisa memeluk sang suami dan meminta maaf setiap hari untuk mengurangi rasa bersalahnya.
Arjun sampai heran karena istrinya kini lebih tenang dan patuh padahal sebelumnya sering marah-marah dan tersinggung. Bahkan setiap hari istrinya selalu minta maaf seakan telah membuat kesalahan yang tak bisa termaafkan.
“Kenapa kamu minta maaf terus, hm?” tanya Arjun seraya membalas pelukan istrinya. Ia merasa gemas dengan Rima yang kian hari kian terlihat cantik di hadapannya. Wanita itu sekarang sangat suka mengenakan gaun tidur yang menawan dan membuatnya bergairah setiap malam.
“Ya, maaf kalau selama ini sudah banyak merepotkan. Maaf juga karena belum hamil,” kata Rima.
“Hah … kenapa hal itu lagi yang dibahas? Kamu atau Mama sama saja!” keluh Arjun.
“Kamu kana nak tunggal, wajar kalau Mama menuntutmu untuk segera punya anak,” ujar Rima.
“Iya, aku tahu. Tapi, tidak perlu terburu-buru seperti itu. Lagipula, hasil pemeriksaan dokter juga memperlihatkan kalau kita tidak punya masalah Kesehatan organ reproduksi, kan? Aku yakin kalau waktunya sudah tiba, kita juga bisa punya anak.”
Rima tersenyum kecut. Ia tahu hal itu tidak mungkin terjadi. Rima sengaja memalsukan hasil pemeriksaan dokter sehingga Arjun tidak mengetahui jika kenyataannya dia infertile.
***
“Rima,” sapa Sandi.
Rima baru saja mengambil sebotol jus dari dalam kulkas. Ia tidak menyangka Sandi akan memergokinya.
Setelah peristiwa itu, ia lebih memilih menghindar setiap kali bertemu dengan Sandi meskipun mereka tinggal satu rumah. Ia tidak bisa lagi memandang lelaki itu murni sebagai ayah mertua setelah hubungan terlarang itu terjadi.
“Maaf, Pa, aku mau naik ke atas,” pamit Rima.
“Tunggu, Rima!” cegah Sandi.
Terpaksa Rima menghentikan langkah. Ia menunduk saat Sandi berjalan mendekat ke arahnya.
“Apa kamu mencoba menghindari Papa?” tanya Sandi.
Rima terdiam.
“Papa sedih sekali kamu jadi seperti ini. Padahal Papa hanya berniat membantu saja,” ujar Sandi memasang wajah sedih.
“Maaf, Pa. Aku memang merasa tidak nyaman.” Rima berusaha berkata jujur.
“Bagaimana, apa kamu sudah ada tanda-tanda hamil?”
“Pa!” kesal Rima. “Aku tidak mau membahas hal itu lagi. Tolong, berhenti melakukannya!” pintanya seraya berjalan pergi meninggalkan sang ayah mertua.
Sandi menyeringai. Ia merasa senang setidaknya bisa berkesempatan bicara dengan menantu yang sangat disayanginya.
Sandi belum lama menikah dengan Suni, ibu Arjun. Mereka menikah sekitar delapan bulan yang lalu. Saat pertama kali bertemu dengan Rima, ia sudah merasa tertarik padanya. Ia sering kali curi-curi pandang terhadap menantunya. Kian hari rasa ketertarikan itu semakin besar terhadap Rima. Sayangnya, ia terhalang status sebagai menantu dan ayah mertua.
Saat melihat hasil pemeriksaan organ reproduksi Arjun yang sangat mengejutkan, ia merasa memiliki kesempatan untuk bisa menguasai Rima. Dengan segala bujuk rayunya, ia berhasil meniduri wanita itu.
Ia kira akan puas hanya dengan merasakan berhubungan satu kali. Nyatanya, ia tak bisa melupakan momen terindah bersama sang menantu. Sifat serakahnya membuat ia ingin mengulang kembali. Sayangnya, Rima terkesan menjauh dan menghindarinya.
***
“Hoek! Hoek!”
“Kamu salah makan atau memang masuk angin? Kenapa jadi muntah-muntah begitu.”
Arjun membantu memijit Pundak Rima sembari mengoleskan minyak kayu putih. Ia mengajak istrinya pergi ke dokter bersama sopir karena sejak bangun tidur Rima terus muntah-muntah tanpa sebab yang jelas. Tubuh Rima juga terlihat lemas.
Sesampainya di ruangan dokter, Rima langsung diperiksa.
“Bapak, selamat, istri Anda ternyata hamil,” ucap Sang dokter.
“Benarkah, Dok! Istri saya hamil?” tanya Arjun memastikan.
“Benar, Pak. Istri Anda hamil.”
“Ah … sayang, kamu hamil!” seru Arjun kegirangan. Ia memeluk istrinya yang masih terduduk di ranjang pemeriksaan.
Perasaan Arjun sangat senang sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya masih tidak percaya jika istrinya akhirnya bisa hamil.
Sementara, Rima hanya bisa tertegun dengan kehamilannya. Ia hanya melakukan hubungan sekali dengan ayah mertuanya. Berselang satu bulan setelah hubungan itu terjadi, ia muntah-muntah dan ternyata hamil. Padahal, ia sudah ingin melupakan niat awal melakukan hubungan terlarang itu demi kehamilan.
“Sayang, aku bahagia sekali. Akhirnya kitab isa punya anak!”
Arjun menunjukkan ekspresi bahagianya yang sangat besar. Sementara, Rima kembali diliputi kegalauan akibat kehamilannya. Ia tak lagi menginginkan benih yang bukan berasal dari suaminya. Namun, ia juga tak tega bila menggugurkan bayi yang sangat diinginkan oleh Arjun dan keluarganya.
Sepulangnya dari rumah sakit, Rima mendapatkan pesta kejutan dari keluarga Arjun. Ada ibu mertua dan saudara-saudara Arjun yang datang memberi semangat. Perlakuan mereka seketika berubah akibat kabar kehamilannya.
Ucapan selamat mengalir satu per satu kepadanya. Bahkan, mereka memberikan kado barang-barang mewah untuk merayakan kehamilannya. Seketika ia merasa seperti diratukan oleh semua orang.
“Selamat, Rima. Papa sudah bilang akan membuatmu bahagia,” ucap Sandi.
Mendengar perkataan lelaki itu membuat Rima bergidik. Bagaimanapun juga, orang yang menanamkan benih dalam rahimnya adalah lelaki itu, ayah mertuanya sendiri.
“Kamu tidak perlu khawatir, semuanya aka naman. Kamu akan tetap bahagia, Rima. Papa Janji.”
Rima hanya bisa terdiam. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena Sandi mengetahui semua rahasianya. Meskipun ia tidak suka, namun berkat kehamilannya ia bisa memiliki hubungan yang hangat dengan suami dan keluarga.
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
ya ampun mana ternyata sandi cuma papah tiri lagi duh gimana kalo terbongkar yah😱
2023-06-01
1
Nala Ratih Soemarna
Gimana ya
2023-05-31
0
Muzie✰͜͡v᭄👻ᴸᴷ㊍㊍
Rima berkorban sangat jauh,,,
Bingung pasti risma apa yg akan terjadi selanjutnya,,
2023-04-25
1