"Permintaanmu berlebihan, Jun ...." Yunita merasa terbebani dengan permintaan Arjun.
"Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa. Bahkan Rima sudah tak punya keluarga. Kamu satu-satunya orang yang paling dekat dengan Rima." Arjun terus berusaha mempengaruhi Yunita agar mau menerima tawarannya.
"Baiklah, coba nanti aku atur waktu supaya bisa mengatur waktu bertemu Rima."
Arjun tersenyum lega. Ia harap istrinya segera bisa pulih seperti sedia kala.
Pesanan yang mereka inginkan akhirnya datang. Keduanya menyantap dengan nikmat sembari berbincang-bincang.
"Oh, iya. Bagaimana kabar ibumu? Apa dia sudah sembuh?" tanya Arjun.
Yunita tertegun sejenak. "Pfffttt ... Hahaha ...." ia tak bisa menahan tawanya.
Arjun menatap Yunita heran. "Kenapa kamu malah tertawa?" ia merasa tak ada yang salah dengan pertanyaannya.
"Apa kamu belum tahu? Ibuku sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Dulu Rima juga datang ke pemakaman ibuku."
Kini giliran Arjun yang mematung. Masih jelas dalam ingatannya belum ada satu tahun Rima bercerita tentang ibu Yunita yang tengah sakit kanker. Katanya Rima ingin meminjamkan 300 juta untuk operasi ibu Yunita.
"Ibuku meninggal karena sakit kanker, Jun. Waktu itu kami juga menangis berdua karena mematian Ibu." Yunita mengingat kembali kenangannya bersama Rima.
"Lalu ... Apa kamu pernah meminjam uang 300 juta kepada Rima?" tanya Arjun.
"Hah? 300 juta? Mana mungkin aku berani meminjam uang sebanyak itu. Lagi pula, untuk apa juga aku meminjam uang sebanyak itu." Yunita merasa heran dengan pertanyaan Arjun.
"Waktu itu memang Rima memberiku uang 10 juta. Aku sudah berusaha menolaknya, tapi ia memaksaku untuk menerimanya. Apa Rima mengatakan hal seperti itu padamu?" tanya Yunita penasaran.
"Ah, tidak ...." Arjun segera berkilah. "Rima hanya mengatakan telah meminjamkan uangnya kepada seorang teman. Aku kira itu kamu untuk melakukan pengobatan ibumu," katanya.
"Tidak, Jun ... Ibuku sudah lama meninggal. Aku juga sungkan untuk merepotkan orang lain untuk masalahku sendiri. Kalau bisa, aku tidak akan berhutang pada siapa-siapa."
Pengalaman sang ayah yang selalu terjerat hutang tak berkesudahan memberikan pelajaran pada Yunita bahwa ia tidak boleh gampang bergantung pada orang lain. Lebih baik ia hidup apa adanya dari pada harus terlilit hutang. Dan menurutnya orang yang mudah berhutang adalah orang yang murahan dan hina.
Arjun akhirnya tahu bahwa sang istri telah berbohong. Ia tidak menyangka jika Rima bisa melakukan hal semacam itu kepadanya.
"Apa mungkin itu yang menjadi akar permasalahan Rima?" ujar Yunita.
Arjun mencoba mendengarkan pendapat wanita yang ada di hadapannya.
"Siapa tahu dia terlilit hutang yang besar tapi takut memberitahumu, Jun. Kehidupan kalian kan jauh berbeda denganku. Mungkin jeratan hutang Rima sangat banyak. Ini hanya pendapatku saja. Atau bisa jadi ada orang yang berusaha memeras Rima."
Ucapan Yunita cukup masuk akal. Selama ini Arjun kesulitan mencari tahu karena sikap Rima yang sangat tertutup bahkan kepada dirinya.
"Pelan-pelan saja kamu cari tahu, Jun ... Orang yang pernah berusaha bunuh diri pasti jiwanya sangat terguncang. Jangan kamu tambah menekannya. Bukan aku mau membela Rima. Salah atau benar tindakannya, aku harap kamu bisa tetap bersabar kepadanya."
Arjun merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Yunita. Wanita itu terlihat dewasa dari cara berbicaranya. Ia tak memperkeruh suasana, bahkan nasihatnya bisa diterima oleh logika.
"Kalau begitu aku mau kembali ke rumah sakit dulu, Yun. Terima kasih atas waktumu," ucap Arjun sembari meletakkan beberapa lembar uang di meja untuk Yunita.
"Arjun ... Kamu ini apa-apaan? Simpan kembali uangmu!" perintah Yunita.
"Tidak apa-apa, ambil saja. Anggap kamu sudah melakukan kerja paruh waktu untuk menemaniku bicara."
Yunita mengambil uang itu dan memasukkannya ke dalam saku baju. "Terima kasih, Jun. Maaf, setelah ini aku masih harus bekerja jadi belum bisa menjenguk Rima," ucapnya.
Arjun hanya tersenyum lalu pergi menuju mobilnya.
Sepanjang perjalanan, Arjun tak bisa fokus menyetir. Ia masih memikirkan kemana istrinya menghabiskan uang sebanyak itu. Bahkan sampai kemarin Rima masih berusaha menutupi temtang yang 300 juta dengan alasan Yunita belum sanggup mengembalikannya.
Sesampainya di rumah sakit. Ia mendekati istrinya yang masih terbaring di sana. Ia mencium kening Rima.
Meskipun belum siuman, wajah Rima mulai terlihat kembali cerah.
"Sayang, apa yang kamu sembunyikan dariku? Kenapa kamu berbohong?" tanya Arjun kepada sang istri yang masih belum sadar itu.
"Pak, makan siang untuk Anda sudah saya siapkan di meja," ucap sang pelayan baru muncul dari arah belakang saat Arjun kembali.
Arjun melihat ke arah meja yang dipenuhi oleh makanan. Padahal ia baru saja makan di luar.
"Apa saya boleh pamit pulang sekarang?" tanya sang pelayan.
"Oh, iya, Bi. Pulanglah sekalian bawa makanan ini untuk orang di rumah. Aku sudah makan di luar," kata Arjun.
"Baik, Pak."
🤎
🤎
🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
muhammad djaidi
kok arjun ingt y tentang kebohongn rima
2023-04-11
0
Uneh Wee
seandai nya ri
a jujur te nb tang tes itu ga akan begini jd nya
2023-04-07
0
Lie Hia
Arjun...jgn selalu ingat tentang kebohongan yg hutang fiktif, lupakanlah, yg penting rima sdh sehat.. yg 300 jgn di ingat2...anggap aja ksh ke aku hehehe
2023-03-12
2