Sopir menghentikan mobil di halaman rumah Arjun. Rima merasa malas untuk kembali ke rumah itu lagi. Sementara, Arjun terlihat antusias untuk membawa pulang istrinya setelah semalam sempat menginap di villa.
Mobil yang dinaiki orang tua mereka juga sudah sampai.
Rima memegang erat-erat lengan Arjun saat melihat Sandi turun dari mobil. Ia menundukkan pandangan tak berani melihat lelaki bejat itu.
"Apa semuanya sudah beres, Ma?" tanya Arjun.
"Tentu saja, Sayang. Aku menyuruh mereka lembur pokoknya semalam harus jadi demi kalian," kata Suni dengan semangat.
Sebenarnya ia akan menjadikan hal itu sebagai kejutan untuk Rima. Sayangnya, Tante Gina lebih dulu membocorkannya.
Suni menyewa tukang untuk diam-diam mengatur kamar yang akan ditempati anak dan cucunya. Ia memindahkan kamar mereka ke bawah agar dekat dengan kamarnya dan tidak perlu repot-repot naik turun tangga.
"Mama kalian memang seperti Roro Jonggrang, seenaknya memerintah orang untuk membangun dalam waktu semalam," seloroh Sandi.
"Hahaha ... Mama memang keras kepala kalau sudah ada maunya." Arjun mengiyakan.
"Mereka juga sudah menyanggupi dan Mama membayar 5 kali lipat upah mereka. Ayo kita lihat bagaimana hasil kerjanya."
Mereka masuk ke dalam rumah bersama. Beberapa pelayan tampak sedang sibuk membersihkan rumah memberikan sapaan saat mereka pulang.
Di rumah Arjun tidak terlalu banyak pelayan yang bekerja. Mereka diharusnya kembali ke tempat tinggal di belakang setelah pekerjaan selesai. Suni tidak terlalu suka rumahnya menjadi tempat lalu lalang pelayan. Hanya saat-saat tertentu saja mereka diperbolehkan masuk.
"Tara ...."
Suni antusias memamerkan hasil desain kamar yang akan ditempati Rima dan Arjun. Kamar itu ia desain bergaya klasik modern dengan nuansa putih dan krem yang mendominasi. Sementara, kamar untuk calon cucunya ia desain dengan nuansa biru muda dan banyak mainan yang terpajang di sana padahal bayinya sendiri belum lahir.
Kamar bayi ditempatkan di antara kamar Rima dan kamar Suni. Alasannya, jika sewaktu-waktu bayinya nanti menangis, mereka akan gampang menenangkannya.
Hal itu malah membuat Rima semakin khawatir. Ayah mertuanya bisa saja seenaknya sendiri masuk ke kamar calon bayinya. Namun, posisinya yang hanya sebagai menantu tak bisa berbuat banyak. Semua terserah kepada ibu mertua dan suaminya.
"Bagaimana, Rima? Apa kamu suka?" Suni tak sabar mendengar respon dari menantunya setelah usaha yang telah ia lakukan.
"Iya, Ma. Aku suka." Rima mengulaskan senyuman memaksa.
Ia melirik ke arah Sandi. Lelaki itu kedapatan tengah menatapnya dengan tatapan mencurigakan seperti biasa. Ia layaknya singa yang tengah mencari kesempatan untuk menyergap mangsanya.
"Apa Mama sudah mencari baby sitter untuk membantu Rima nanti? Kalau belum, biar aku saja yang carikan," kata Arjun.
"Baby sitter, ya? Mama rasa kalau nanti awal-awal punya bayi belum terlalu butuh, aku rasa Rima sanggup mengurus sendiri. Iya kan, Rima?" tanya Suni.
Rima terkejut dengan pernyataan ibu mertuanya. "Tapi, Ma. Aku kan juga harus bekerja," kilahnya.
Selama kehamilan ia memang disuruh berhenti sementara oleh Arjun agar fokus pada kehamilannya. Namun, sesuai dengan kesepakatannya bersama Arjun, ia akan kembali bekerja setelah melahirkan. Rima menikmati karirnya sebagai seorang manajer di salah satu restoran milik Arjun.
"Untuk apa kamu bekerja, Rima? Penghasilan suamimu sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan kamu dan anakmu nanti. Kalau memang masih kurang, Mama juga tidak keberatan untuk memberikan uang kepadamu."
"Mama mau kamu merawat anakmu sendiri nanti tanpa bantuan pengasuh. Mama juga pernah melakukannya waktu Arjun lahir. Kalau memang agak kerepotan, kamu bisa meminta tolong pelayan di rumah. Tidak baik menyerahkan anak kepada orang lain, nanti dia akan bertingkah seperti orang yang mengasuhnya."
Rima merasa sedih. Bukan tentang uang yang disesalkan ketika ia dilarang bekerja. Namun, ia sudah biasa sibuk dengan pekerjaan. Selama hamil ia tak melakukan apapun saja sudah membuatnya hampir mati kebosanan di rumah.
"Ma, masa gara-gara punya anak karir yang sudah aku bangun selama 4 tahun harus terhenti?" protes Rima.
"Mama tidak bermaksud begitu, Rima. Mama hanya tidak mau kamu terlalu kelelahan mengurus anak dan perusahaan. Apalagi anak yang akan kamu lahirkan sudah dinanti-nantikan selama 4 tahun. Fokuslah pada kehamilanmu dan persiapan kelahiran dulu, masalah karir, kamu bisa memulainya lagi setelah anakmu berusia 2 tahun. Pokoknya sebelum dua tahun, jangan libatkan orang luar dalam pengasuhan anak. Mama ini sudah berpengalaman," kata Suni.
"Sudah, Sayang. Dengarkan Mama saja. Maksudnya juga baik. Kamu bisa menghabiskan waktu bersama anak kita nanti," bujuk Arjun. Ia tak ingin istri dan ibunya bertengkar hanya karena masalah pengasuh.
Rima menghela napas dalam-dalam. Memang ia tak bisa menang jika sudah berdebat dengan ibu mertuanya.
"Kalian beristirahatlah dulu di dalam. Kalau memang ada yang kurang-kurang, Mama akan menghubungi tukangnya lagi," kata Suni.
Arjun mengajak Rima masuk ke kamar baru. Ia menutup pintu kamar dari dalam. Dipandanginya wajah sang istri yang murung karena kalah debat dengan ibunya.
"Sudah, ya! Kamu jangan murung terus," bujuk Arjun.
"Mama selalu saja begitu. Dia terlalu ingin mencampuri kehidupan rumah tangga kita. Aku tidak suka!" kata Rima dengan nada kesal.
Arjun menyuruh istrinya agar duduk dulu di tepi ranjang. "Mau bagaimana lagi? Aku anak tunggal, anak yang akan kamu lahirkan adalah cucu pertama Mama. Wajar kalau dia memperlakukan kalian dengan spesial."
"Spesial sih spesial, tapi aku juga punya pilihan sendiri! Masa semuanya Mama yang atur? Bahkan baju-baju hamilku, baju-baju bayi ini, Mama semua yang pilihkan?" rengek Rima. Ia seakan tak punya kuasa apa-apa di sana.
Arjun memeluk Rima. "Anggap saja itu bantuan untuk mempermudahmu. Kalau kamu mau beli pakaian sendiri, atau pakaian untuk calon anak kita, belilah tanpa mengatakannya kepada Mama," sarannya.
"Aku sebenarnya mau tinggal di apartemen saja denganmu, Mas. Di sini tidak leluasa, mau apa saja seperti dipantau terus!"
Arjun mengulaskan senyum. "Bersabarlah, suatu saat Mama juga akan bosan mengurusi kita. Urusan bisnisnya juga banyak, kebetulan saja sekarang pekerjaannya di dalam negeri. Katanya tahun depan Mama ada kerjasama bisnis di luar negeri. Biasanya juga waktunya lama."
Rima bisa kembali tersenyum. Kehidupan rumah tangganya memang lebih adem saat Suni berada di luar negeri. Selama ibu mertuanya tinggal bersamanya, apapun yang dilakukan selalu terlihat salah.
Ia juga berharap ayah mertuanya segera pergi dari rumah itu. Ia yakin lelaki itu punya maksud tidak baik kepadanya. Saat di villa, Sandi hampir ingin melecehkannya kalau saja Arjun tak datang untuk mengeceknya di kamar mandi.
"Mas, kamu tidak akan meninggalkan aku, kan?" tanya Rima sembari memeluk suaminya.
"Kamu ini bicara aneh lagi. Aku tidak akan mungkin meninggalkanmu, Sayang."
"Janji, ya!"
"Iya, aku janji."
🤎🤎🤎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
🍁ɳιℓα❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ
yah gitu rima kalo tinggal sama mertua jadi tahan aja yah
2023-06-01
0
muhammad djaidi
sabar j rima
2023-04-08
0
Uneh Wee
kasian rima jd mnderita ga bhgia karn tertekn
2023-04-06
1